Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Tradisi Membuat dan Menghias Pohon Telur Pada Peringatan Maulid Nabi di Tawau Malaysia

5 Oktober 2024   06:48 Diperbarui: 5 Oktober 2024   07:14 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Telur Pada peringatan Maulid Nabi di Tawau,  sumber gambar: Dokpri Aris Heru Utomo

Pada 2 Oktober 2024, penulis menghadiri undangan Maulidur Rasul atau Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan masyarakat Indonesia asal Jawa di Tawau, khusunya masyarakat asal Bojonegoro. Seperti lazimnya peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan di Indonesia, peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia asal Jawa di Tawau juga masih mempertahan tradisi peringatan dari tempat asalnya, salah satunya tradisi membuat dan menghias pohon telur.

Pohon telur Maulid Nabi adalah salah satu tradisi peringatan Maulid Nabi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di Pulau Jawa seperti di Jawa Timur, Pulau Sulawesi seperti di Makassar dan Palu, maupun Pulau Sumatera di daerah Jambi.

Pohon telur ini terbuat dari telur rebus yang ditusuk atau digantung pada sebilah bambu dan ditancapkan di batang pohon pisang. Selain telur, pada batang pohon pisang juga ditancapkan aneka buah-buahan seperti jambu air, apel, jeruk dan nanas pada puncaknya serta lembaran kertas warna warni dikombinasikan dengan lembaran uang ringgit Malaysia.

Menurut Pak Ustad yang menjadi penceramah pada kegiatan Maulid Nabi ini, pembuatan pohon telur dan digunakannya telur sebagai bahan utama adalah sebagai simbol kehidupan manusia. Terdapat filosofi pembuatan pohon telur Maulid Nabi dengan melihat bahan-bahan yang digunakan.

Pertama, telur. Ada tiga makna telur yang berkaitan dengan bagian-bagiannya, yaitu kulit, putih telur, dan kuning telur.

Kulit telur melambangkan keimanan. Sebagaimana kulit telur yang bersifat padat, iman seseorang senantiasa menjadi perisai agar tehindar dari perangai buruk. Dalam kehidupan manusia, kulit telur disimbolkan sebagai fase kelahiran

Selanjutnya, putih telur melambangkan agama Islam. Dari segi warna, putih telur melambangkan agama Islam yang suci dan agung. Dalam fase kehidupan manusia, putih telur disimbolkan sebagai fase hidup di dunia

Sedangkan kuning telur melambangkan ihsan yang baik dalam diri seorang muslim. Dalam fase kehidupan, kuning telur dimaknai sebagai akhir kehidupan

Lalu apa makna telur yang ditancapkan di batang pohon pisang?

Seperti dijelaskan oleh Pak Ustad, makna telur yang ditancapkan di pohon melambangkan Iman, Islam dan Ihsan disatukan dan ditegakkan ke atas berdasar kalimat Allah.

Tegaknya telur yang ditusuk dan ditancapkan di pohon juga melambangkan adanya kelurusan, kekuatan, dan keteguhan agama Islam.

Adanya peringatan Maulid Nabi dapat memberi makna pada umat Islam untuk selalu teguh, lurus, dan menjulang tinggi dalam meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang mulia.

Lalu mengapa menggunakan batang Pohon Pisang?

Menurut Pak Ustad, hal tersebut erat kaitannya dengan manfaat yang besar dari pohon dan buah pisang. Semua bagian pisang dapat digunakan oleh manusia.

Buahnya sangat bermanfaat untuk menjaga stamina. Daun pisang bisa digunakan untuk pembungkus dan batangnya mengandung serat pangan yang penting untuk kesehatan pencernaan manusia. Serat batang pisang, selain bisa digunakan sebagai tali menali, ternyata serat batang pisang berkhasiat membantu memperlancar proses pencernaan, mencegah sembelit, dan menjaga kesehatan usus secara keseluruhan. Konsumsi serat yang cukup juga dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan kolesterol dalam tubuh. Sementara cairan batang pisang memiliki kandungan antioksidan yang bermanfaat mencegah timbulnya batu ginjal dan menghancurkannya.

Selain manfaat pohon pisang secara keseluruhan bagi manusia, pohon pisang juga memberikan pembelajaran tentang aspek regenerasinya. Pohon pisang tak akan pernah mati sebelum memunculkan tunas baru.

Oleh karena itu, melalui penggunaan pohon pisang dalam tradisi membuat dan menghias pohon telur Maulid Nabi, setiap muslim diharapkan mampu menjadi pribadi yang bermanfaat. Sebagaimana Rasulullah yang selalu memberi manfaat untuk umat manusia. Selain itu, setiap muslim diingatkan untuk perlu menyiapkan generasi yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

Selain penggunaan bahan-bahan tersebut di atas, penggunaan kertas warna warni atau lembaran uang kertas dimaknai sebagai simbol bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang agung.

Hiasan bunga yang ditancapkan dengan bilah bambu memberi arti bahwa Islam dan semua ajaran Rasulullah sangat kokoh serta relevan sampai akhir zaman. Seperti halnya kitab suci Al-Qur'an yang isinya tak akan pernah bisa dipalsukan. Dengan begitu, umat Islam harus berpegang secara Istiqomah terhadap ajaran Islam yang terdapat dalam Al Quran dan risalah rasul untuk selamanya.

Terlepas dari makna filosofis dari membuat dan menghias pohon telur, hal yang juga menarik perhatian penulis adalah kebiasaan masyarakat Jawa dalam menjaga dan merawat tradisi yang hidup di daerah asalnya.

Mengutip pendapat Fuji Riang Prastowo, dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam artikel di Kompas 28 November 2018 "Menilik Jejak Diaspora Jawa, Menjaga Tradisi Leluhur di Negeri Orang", sikap orang Jawa di luar daerah asalnya, tidak terlepas dari ciri khas diaspora pada umumnya.

Pertama, mereka adalah keturunan dari leluhur yang hidup di luar tanah air etnis atau suku bangsanya. Misalnya orang Jawa yang tinggal di Tawau.

Kedua, selama tinggal di luar tanah air leluhur mereka tetap melestarikan collective memory (ingatan komunal) akan tanah air yang terus diwariskan turun temurun.

Ketiga, pelaku diaspora percaya mereka tidak akan diterima sepenuhnya oleh masyarakat asli (host country).

Keempat, mereka percaya bahwa anggota masyarakat diaspora harus melestarikan kebudayaan tanah air leluhur dan terus membangun relasi dengan tanah air.

Memperhatikan ciri-ciri khas tersebut di atas, tidak mengherankan meskipun masyarakat Jawa berada di luar negeri (Tawau), mereka membutuhkan satu rasa. Meskipun tidak bisa tinggal di satu kampung karena memang kondisi pekerjaan yang tidak memungkinkan, namun saat ada kegiatan seperti peringatan Maulid Nabi, mereka akan tetap kumpul dan saling bergotong royong atau rewang (bantu membantu), termasuk dalam membuat pohon telur.

Sebenarnya, di Tawau atau Sabah secara keseluruhan, diaspora Indonesia bukan hanya berasal dari Jawa, tetapi banyak juga yang berasal dari Bugis, Bone, Toraja, Nusa Tenggara dan sebagainya. Sebagian besar dari mereka tetap berupaya mempertahankan tradisi dan adat budaya serta kuliner daerahnya masing-masing, meski sebagian sudah berada pada generasi kedua dan ketiga.

Memperhatikan banyaknya diaspora Indonesia di Tawau, Konsulat RI di Tawau aktif melakukan komunikasi dan bahkan menjadikannya sebagai ajang promosi seni budaya dan kuliner seperti pada kegiatan resepsi kemerdekaan tanggal 28 September 2024 yang mengambil tema "Promosi Seni Budaya Indonesia dan Kuliner Sulawesi Selatan".

Pada resepsi tersebut ditampilkan tiga tarian asal Sulawesi Selatan tarian penyambutan tamu (Tari Paduppa), Tari Mappadendang dan Tari 4 Etnis Sulawesi Selatan, serta kuliner Coto Makassar, Ikan Bakar Parappe, Nasu Likku Ayam Kampung, sayur tutu dan Barongko. Selain itu, dihadirkan pula penyanyi Trie Utami yang membawakan lagu-lagu daerah Sulawesi Selatan.

Dipilihnya daerah Sulawesi Selatan sebagai bagian utama dari tema resepsi tidak terlepas dari banyaknya masyarakat Indonesia asal berbagai etnis di Sulawesi Selatan yang berdiam di wilayah kerja Konsulat RI Tawau, baik yang masih WNI ataupun sudah berwarganegara Malaysia. Diperkirakan lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia di wilayah kerja Konsulat RI Tawau berasal dari Sulawesi Selatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun