Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Tradisi Membuat dan Menghias Pohon Telur Pada Peringatan Maulid Nabi di Tawau Malaysia

5 Oktober 2024   06:48 Diperbarui: 5 Oktober 2024   07:14 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, mereka adalah keturunan dari leluhur yang hidup di luar tanah air etnis atau suku bangsanya. Misalnya orang Jawa yang tinggal di Tawau.

Kedua, selama tinggal di luar tanah air leluhur mereka tetap melestarikan collective memory (ingatan komunal) akan tanah air yang terus diwariskan turun temurun.

Ketiga, pelaku diaspora percaya mereka tidak akan diterima sepenuhnya oleh masyarakat asli (host country).

Keempat, mereka percaya bahwa anggota masyarakat diaspora harus melestarikan kebudayaan tanah air leluhur dan terus membangun relasi dengan tanah air.

Memperhatikan ciri-ciri khas tersebut di atas, tidak mengherankan meskipun masyarakat Jawa berada di luar negeri (Tawau), mereka membutuhkan satu rasa. Meskipun tidak bisa tinggal di satu kampung karena memang kondisi pekerjaan yang tidak memungkinkan, namun saat ada kegiatan seperti peringatan Maulid Nabi, mereka akan tetap kumpul dan saling bergotong royong atau rewang (bantu membantu), termasuk dalam membuat pohon telur.

Sebenarnya, di Tawau atau Sabah secara keseluruhan, diaspora Indonesia bukan hanya berasal dari Jawa, tetapi banyak juga yang berasal dari Bugis, Bone, Toraja, Nusa Tenggara dan sebagainya. Sebagian besar dari mereka tetap berupaya mempertahankan tradisi dan adat budaya serta kuliner daerahnya masing-masing, meski sebagian sudah berada pada generasi kedua dan ketiga.

Memperhatikan banyaknya diaspora Indonesia di Tawau, Konsulat RI di Tawau aktif melakukan komunikasi dan bahkan menjadikannya sebagai ajang promosi seni budaya dan kuliner seperti pada kegiatan resepsi kemerdekaan tanggal 28 September 2024 yang mengambil tema "Promosi Seni Budaya Indonesia dan Kuliner Sulawesi Selatan".

Pada resepsi tersebut ditampilkan tiga tarian asal Sulawesi Selatan tarian penyambutan tamu (Tari Paduppa), Tari Mappadendang dan Tari 4 Etnis Sulawesi Selatan, serta kuliner Coto Makassar, Ikan Bakar Parappe, Nasu Likku Ayam Kampung, sayur tutu dan Barongko. Selain itu, dihadirkan pula penyanyi Trie Utami yang membawakan lagu-lagu daerah Sulawesi Selatan.

Dipilihnya daerah Sulawesi Selatan sebagai bagian utama dari tema resepsi tidak terlepas dari banyaknya masyarakat Indonesia asal berbagai etnis di Sulawesi Selatan yang berdiam di wilayah kerja Konsulat RI Tawau, baik yang masih WNI ataupun sudah berwarganegara Malaysia. Diperkirakan lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia di wilayah kerja Konsulat RI Tawau berasal dari Sulawesi Selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun