Tegaknya telur yang ditusuk dan ditancapkan di pohon juga melambangkan adanya kelurusan, kekuatan, dan keteguhan agama Islam.
Adanya peringatan Maulid Nabi dapat memberi makna pada umat Islam untuk selalu teguh, lurus, dan menjulang tinggi dalam meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang mulia.
Lalu mengapa menggunakan batang Pohon Pisang?
Menurut Pak Ustad, hal tersebut erat kaitannya dengan manfaat yang besar dari pohon dan buah pisang. Semua bagian pisang dapat digunakan oleh manusia.
Buahnya sangat bermanfaat untuk menjaga stamina. Daun pisang bisa digunakan untuk pembungkus dan batangnya mengandung serat pangan yang penting untuk kesehatan pencernaan manusia. Serat batang pisang, selain bisa digunakan sebagai tali menali, ternyata serat batang pisang berkhasiat membantu memperlancar proses pencernaan, mencegah sembelit, dan menjaga kesehatan usus secara keseluruhan. Konsumsi serat yang cukup juga dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan kolesterol dalam tubuh. Sementara cairan batang pisang memiliki kandungan antioksidan yang bermanfaat mencegah timbulnya batu ginjal dan menghancurkannya.
Selain manfaat pohon pisang secara keseluruhan bagi manusia, pohon pisang juga memberikan pembelajaran tentang aspek regenerasinya. Pohon pisang tak akan pernah mati sebelum memunculkan tunas baru.
Oleh karena itu, melalui penggunaan pohon pisang dalam tradisi membuat dan menghias pohon telur Maulid Nabi, setiap muslim diharapkan mampu menjadi pribadi yang bermanfaat. Sebagaimana Rasulullah yang selalu memberi manfaat untuk umat manusia. Selain itu, setiap muslim diingatkan untuk perlu menyiapkan generasi yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.
Selain penggunaan bahan-bahan tersebut di atas, penggunaan kertas warna warni atau lembaran uang kertas dimaknai sebagai simbol bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan yang agung.
Hiasan bunga yang ditancapkan dengan bilah bambu memberi arti bahwa Islam dan semua ajaran Rasulullah sangat kokoh serta relevan sampai akhir zaman. Seperti halnya kitab suci Al-Qur'an yang isinya tak akan pernah bisa dipalsukan. Dengan begitu, umat Islam harus berpegang secara Istiqomah terhadap ajaran Islam yang terdapat dalam Al Quran dan risalah rasul untuk selamanya.
Terlepas dari makna filosofis dari membuat dan menghias pohon telur, hal yang juga menarik perhatian penulis adalah kebiasaan masyarakat Jawa dalam menjaga dan merawat tradisi yang hidup di daerah asalnya.
Mengutip pendapat Fuji Riang Prastowo, dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam artikel di Kompas 28 November 2018 "Menilik Jejak Diaspora Jawa, Menjaga Tradisi Leluhur di Negeri Orang", sikap orang Jawa di luar daerah asalnya, tidak terlepas dari ciri khas diaspora pada umumnya.