Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengenal Bahasa Melayu Sabahan

9 September 2024   05:30 Diperbarui: 9 September 2024   07:05 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu menurut Andi Budimansyah, praktisi IT dan teman SMA penulis yang orang tuanya berasal dari Bugis, kata "bah" atau "ba", sering digunakan masyarakat Bugis di Kabupaten Wajo dengan Ibukota Sengkang sentra kain sutera di Sulsel. Menurutnya terdapat dua arti Baa atau Bah yaitu: pertama, yang berarti setuju dengan pernyataan lawan bicara, misal, "bunga ini bagus yah?", tanya Anto, "baaa (atau bah) jawab Anti. Kedua, Baa atau Bah dapat juga berarti "iya" seperti "nanti berangkat bareng yah" kata Anto. "Baa" jawab Anti

Selain di Wajo, ternyata pemakaian kata "Bah" juga terdapat pada dialek Sorowako. Misalnya saja saat sedang berada di depan komputer dan kemudian ada orang yang menghalangi pandangannya, maka orang tersebut akan berseru, “Awasko bah!” Arti khususnya sih tak ada. Tapi kalau tak diucapkan, rasanya ada yang kurang.

Selain ada penambahan kata "Bah", ciri khas Bahasa Melayu Sabahan yang lain adalah adanya pengucapan "ng" bagi setiap kata yang berakhiran N. Sebagai contoh "ikan" diucapkan "ikang". 

Adanya kekhasan dalam pengucapan kata yang berakhiran N menjadi "ng", sebenarnya tidak terlepas dari keberadaan masyarakat keturunan Bugis yang cukup besar jumlahnya di Tawau dan membuat Bahasa Bugis dan dialeknya sangat kental di Sabah. 

Besarnya pengaruh Bahasa Bugis terhadap Bahasa Melayu Sabahan membuat orang-orang Tawau yang bekunjung ke Semenanjung Malaysia kerap dikira sebagai orang Indonesia. 

"Benar bah, setiap kali orang Tawau berkunjung ke Semenanjung Malaysia, maka yang bersangkutan sering dikira sebagai orang Indonesia," ujar Chok. 

Menanggapi penjelasan Chok, penulis sependapat bahwa bahasa tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya. Ketika budaya masuk ke suatu tempat, maka berbagai bahasa setempat pun muncul sebagai bahasa sehari-hari atau bahasa gaul, baik dalam hal penggunaan kata ataupun dialeknya. 

"Basically, it's normal apabila kebudayaan yang sudah mendarah daging sangat berpengaruh pada bahasa seseorang," ujar anak Jaksel. (AHU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun