Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajar Indonesia di Tawau Bukan Kibarkan tapi Bentangkan Bendera Merah Putih Setiap Senin Pagi

7 Agustus 2024   07:10 Diperbarui: 7 Agustus 2024   07:49 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga orang pelajar sekolah menengah pertama (SMP), dua orang pelajar laki-laki di sisi kanan dan kiri dan seorang pelajar perempuan di tengah membawa baki berisi bendera merah putih, melangkah tegap di sisi kanan lapangan upacara di Community Learning Center (CLC) Sungai Balung, Tawau, Senin (05/08/2024).

Setibanya di tempat yang ditentukan, ketiganya berhenti dan langsung balik kanan. Kemudian dua pelajar laki-laki masing-masing maju selangkah, dilanjutkan dengan hadap kanan dan kiri. Kemudian keduanya memegang ke empat sudut bendera merah putih di baki dan membentangkannya.

Seiring dengan terbentangnya bendera merah putih, dengan suara lantang dan semangat seluruh peserta upacara yang terdiri dari staff Konsulat RI Tawau, guru-guru dan pelajar tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di CLC Sungai Balung menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Usai pembentangan bendera merah putih, selanjutnya dibacakan teks Pancasila oleh Konsul RI Tawau yang kali ini bertindak sebagai Pembina Upacara dalam apel pagi yang biasa dilakukan di CLC Sungai Balung, salah satu tempat kegiatan belajar di Sabah Malaysia bagi anak-anak Indonesia yang orang tuanya bekerja sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) di ladang-ladang sawit.

CLC dibentuk untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia tahun 2011 guna memberikan akses pendidikan kepada anak-anak Indonesia yang orang tuanya bekerja jauh di pedalaman perkebunan sawit, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk belajar secara formal di sekolah. Pengajar di CLC sebagian didatangkan dari Indonesia dan dibiayai dari anggaran Pemerintah RI, sementara sebagian lainnya dibiayai oleh syarikat atau perusahaan perkebunan yang mempekerjakan PMI. 

Berbeda dengan apel pagi sebelum-sebelumnya, pelaksanaan apel pagi kali ini terasa istimewa karena dihadiri Konsul RI Tawau dan staf. Bahkan Konsul RI Tawau bertindak sebagai pembina upacara.

Bukan hanya itu, apel pagi kali terasa lebih istimewa karena dilaksanakan dalam rangka kegiatan Consulate Goes to CLC guna memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh Konsulat Republik Indonesia Tawau bekerja sama dengan pengelola perkebunan kelapa sawit.

Menurut Konsul RI Tawau, Aris Heru Utomo, gagasan untuk mengadakan kegiatan Consulate Goes to CLC, yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di tahun 2024 ini, berangkat dari keprihatinan dan kekhawatiran akan hilangnya pemahaman akan keindonesiaan dari anak-anak PMI yang bekerja di Sabah, Malaysia, khususnya di wilayah kerja kerja Konsulat RI Tawau yang meliputi Tawau, Kunak, Lahad Datu, Kalabakan dan Semporna. Hal ini mengingat bahwa sebagian besar anak-anak Indonesia tersebut lahir, tumbuh dan berkembang di luar Indonesia dan tidak mendapatkan pendidikan seperti halnya anak-anak Indonesia lainnya di dalam negeri.

Untuk itu, sesuai tujuan penyelenggaraan kegiatan Consulate Goes to CLC, terdapat dua kegiatan utama yang dilakukan yaitu upacara bentang bendera merah putih dan pemberian materi pembelajaran tentang Pancasila dan kebangsaan Indonesia serta bahaya narkoba.

Susunan upacara bentang bendera merah putih sama seperti yang dilaksanakan saat upacara bendera di sekolah-sekolah di Indonesia, yaitu pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 oleh petugas upacara dan teks Pancasila oleh Pembina Upacara, pembentangan bendera merah putih, pembacaan janji pelajar dan doa.

Dari susunan upacara tampak ada sedikit perbedaan yaitu tidak adanya pengibaran bendera merah putih, namun yang ada adalah pembentangan bendera merah putih. Perlu dipahami bahwa tidak adanya pengibaran bendera merah putih karena bendera merupakan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara, sedangkan tempat berlangsungnya upacara atau apel pagi adalah di luar kedaulatan Indonesia, sehingga disesuaikan dengan kondisi setempat.

Dalam amanatnya selaku Pembina Upacara, Konsul RI berpesan kepada para pelajar di CLC untuk tidak melupakan jati diri mereka sebagai orang Indonesia. Meskipun lahir dan besar di Malaysia, mereka tetap bagian dari bangsa dan negara Indonesia, status kewarganegaraan mereka pun masih Indonesia. Konsul RI pun berpesan agar para pelajar Indonesia di Sabah untuk rajin belajar, tetap optimis menatap masa depan yang lebih baik dan berani menggantungkan cita-cita setinggi langit.

Seusai upacara pembentangan bendera, Konsul RI menyampaikan materi pembelajaran tentang Pancasila dan kebangsaan Indonesia kepada sekitar 102 pelajar CLC Sungai Balung tingkat SMP.  Materi yang dipaparkan antara lain meliputi sejarah Indonesia dari era Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 hingga Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia 17 Agustus 1945 dan Sejarah Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945.

Selain itu disampaikan pula materi mengenai bendera, bahasa, lambang negara serta lagu kebangsaan sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Penyampaian materi ini penting karena bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD NRI Tahun 1945.

Mengakhiri kegiatan, Konsul RI juga mengadakan tanya jawab dengan para pelajar terkait materi yang disampaikan ataupun hal-hal lainnya, seperti bagaimana cara meraih cita-cita untuk menjadi seorang anggota TNI dan Polisi atau profesi lainnya.

Selain mendapatkan materi Pancasila dan wawasan kebangsaan Indonesia, para pelajar juga mendapatkan materi mengenai bahaya narkoba. Materi disampaikan oleh Staf Teknis Kepolisian Republik Indonesia dari Konsulat RI Tawau. Para pelajar diingatkan akan bahaya berbagai jenis narkoba dan diminta agar jangan sampai tergoda untuk memakai narkoba serta berani untuk tegas menolak bila ada yang menawarkannya.

Disampaikan pula bahwa agar para pelajar tidak mudah tergoda untuk memakai narkoba, mereka diharapkan dapat lebih banyak melakukan kegiatan prestasi ataupun yang positif lainnya di rumah, di lingkungan keluarga ataupun di sekolah, antara lain dengan berolahraga. Slogannya "Narkoba, No!. Prestasi, Yes!".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun