Sabtu (13/07/2024), tiga hari setelah ketibaan di Tawau, Sabah, Malaysia, saya dan rombongan dari Konsulat RI di Tawau berkesempatan mengunjungi warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di perkebunan kelapa sawit milik Syarikat Kwantas Plantation di Kinabatangan, Lahad Datu.
Kunjungan dilakukan sebagai kegiatan Outreach Konsulat RI di Tawau guna melakukan jemput bola pelayanan kekonsuler dan keimigrasian bagi WNI yang berada di tengah kawasan perkebunan, jauh dari mana-mana.
Jarak dari Tawau ke kota Lahad Datu sendiri sekitar 153 km dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 45 menit di atas jalan raya negara yang agak berkelok-kelok dan naik turun, namun relatif mulus.
Dari kota Lahad Datu, perjalanan ke lokasi Perkebunan di Pintasan 2 Kinabatangan dilanjutkan dengan melewati jalan tanah yang naik turun mengikuti alur perbukitan dengan pemandagan tanaman kelapa sawit di kiri kanan selama sekitar satu jam lebih. Untung beberapa hari ini cuaca sangat cerah sehingga jalan yang dilalui tidak becek karena hujan. Â
Tiba di lokasi pukul 11an, sekitar 200 orang WNI yang bermukim dan bekerja di Syarikat Kwantas Plantation sudah menanti kedatangan kami di bawah tenda yang disiapkan Syarikat. Menurut informasi dari staf yang menjemput, mereka sudah bersiap sejak sekitar pukul 8 pagi.Â
Tanpa menunggu lama, saya pun memperkenalkan diri sebagai Konsul RI yang baru di Tawau dan menyampaikan arahan mengenai pentingnya memiliki dokumen kekonsuleran dan keimigrasian seperti surat lahir dan paspor.
Dengan memiliki dokumen yang sah dan terdokumentasikan, para WNI yang berada di Malaysia, terutama yang berada di wilayah kerja Konsulat RI Tawau, dapat bekerja dengan tenang karena hak-hak dan kewajiban sepenuhnya dijamin sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Usai bertemu dan menyapa para WNI tersebut di atas, saya pun mengunjungi tempat kegiatan belajar bagi anak-anak pekerja perkebunan yang dikelola oleh Community Learning Center (CLC) Kinabatangan dan bangunannya disediakan oleh Syarikat Kwantas Plantation.
CLC adalah adalah lembaga pendidikan yang menyediakan akses pelayanan pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP) bagi anak-anak pekerja ladang berkewarganegaraan Indonesia yang berada di Malaysia.
CLC didirikan sebagai bentuk kerjasama antara perusahaan kelapa sawit dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan kelapa sawit berkewajiban menyediakan tempat belajar dan fasilitas untuk menunjang proses belajar mengajar di CLC serta mengangkat setidaknya satu orang guru untuk mengajar, sedangkan Pemerintah Indonesia akan mengirimkan guru profesional dari Indonesia serta mengirimkan bantuan pendidikan lainnya.
Bangunan tempat kegiatan belajar yang disediakan Syarikat Kwantas Plantation merupakan sebuah bangunan berlantai dan berdinding papan dengan beberapa ruang kelas belajar dan ruang guru.
Menurut Sri Renganathan S Muthiah, Senior Plantation Control Syarikat Kwantas Plantation, bangunan yang ada sekarang ini merupakan bangunan sementara, yang nantinya akan digantikan oleh sebuah bangunan permanen yang direncanakan akan selesai pada akhir tahun 2024 ini.
Saat ini sekitar 30-50 orang anak belajar di CLC yang dipimpin seorang guru asal Indonesia. Adapun materi dasar yang mereka pelajari adalah Bahasa Malaysia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai tambahan, mereka juga belajar Bahasa Indonesia dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sesuai kurikulum Indonesia.
Dalam kesempatan bertemu dengan sekitar 26 anak di CLC, saya melihat wajah-wajah gembira dari anak-anak tersebut. Meski mereka belajar tidak mengenakan seragam seperti layaknya anak-anak yang bersekolah di Indonesia, tetapi terlihat semangat untuk maju, terbukti dengan kehadiran mereka di hari Sabtu yang sebenarnya tidak wajib.
Saya pun memberikan semangat kepada mereka untuk senantiasa menggantungkan cita-cita setinggi langit, belajar dengan baik dan sungguh-sungguh demi masa depan mereka sendiri.
Ke depan, tidak tertutup kemungkinan bagi mereka untuk dapat mewujudkan cita-citanya meski belajar di tengah perkebunan. Banyak contoh sukses dari CLC yang sekarang sudah berhasil melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Saya juga mengingatkan anak-anak untuk tetap menjadi anak Indonesia yang cinta akan negara dan bangsa Indonesia, meski lahir dan hidup di rantau.
Saya pun mengingatkan anak-anak untuk menanamkan dan memelihara semangat merah putih di dada. Saya senang ketika menanyakan tentang Pancasila, banyak anak-anak di CLC yang hafal sila-silanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H