Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Hidup Kerap Harus Berputar?

5 Juli 2024   12:41 Diperbarui: 5 Juli 2024   12:54 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tahu kan Bundaran Hotel Indonesia (BHI), sebuah bundaran jalan raya di Jakarta dimana di tengahnya terdapat Patung Selamat Datang? 

BHI dibangun pada era Presiden Soekarno sebagai bagian dari proyek pembangunan besar-besaran untuk mempersiapkan Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 pada tahun 1962. 

Proyek BHI termasuk pembangunan berbagai infrastruktur penting, seperti Jalan Thamrin dan Jalan Sudirman, yang menghubungkan BHI dengan bagian lain kota. 

Nama BHI diambil dari Hotel Indonesia yang terletak di sebelah bundaran ini. Hotel internasional ini dibuka tahun 1962 sebagai simbol modernisasi dan keterbukaan Indonesia terhadap dunia internasional pada saat itu. 

Menariknya, BHI bukanlah satu-satunya bundaran yang dibangun di masa Soekarno karena masih ada dua bundaran lain di jalur yang sama yaitu Bundaran Pemuda di Jalan Sisingamangaraja dan Bundaran Air Mancur depan Bank Indonesia. Tapi dibandingkan keduanya, BHI merupakan bundaran yang terbesar. 

Pertanyaannya kemudian, kenapa harus dibuat bundaran di sepanjang jalan Sisingamangaraja, Jenderal Sudirman, Thamrin hingga Medan Merdeka Barat, sehingga semua kendaraan yang melintas harus berputar? 

Kan bisa dibuat jalan lurus dengan perempatan di setiap persimpangan, seperti persimpangan di dekat Sarinah? 

Tidak ada jawaban resmi. Tapi dari pengalaman di berbagai belahan dunia lainnya, pembuatan bundaran dimaksudkan agar pengendara mobil berputar dan mengurangi kecepatannya, tanpa harus berhenti namun tetap memberi kesempatan bagi kendaraan dari arah berbeda melintas di jalan yang sama. 

Kalau menggunakan perempatan (dan lampu lintas) maka akan ada kendaraan yang harus berhenti dan ada kendaraan yang berjalan di saat bersamaan. 

Melihat bundaran jalan raya yang terdapat di hampir setiap kota besar, Prof Nadirsyah Hosen, akademisi Indonesia yang mengajar di Fakultas Hukum Universitas Monash, membuat pertanyaan yang sama kepada Allah: mengapa hidup kami dibuat seolah berjalan berputar, padahal kami selalu memohon diberi petunjuk menuju jalan yang lurus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun