Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Suasana Nonton Bola di SUGBK Dulu dan Kini yang Bikin Kangen

12 Juni 2024   13:18 Diperbarui: 12 Juni 2024   13:28 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui pertandingan yang menegangkan, pada pertandingan akhir di babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang digelar di Stadion Geloran Utama Bung Karno (SUGBK), Sabtu (11/06) pukul 19.30, akhirnya Timnas sepakbola Indonesia berhasil mengalahkan Filipina dengan skor 2-0, Selasa 11 Juni 2024.

Kemenangan atas Filipina memastikan Indonesia lolos ke babak ketiga tanpa harus bergantung pada hasil akhir pertandingan Irak vs Vietnam yang berlaga beberapa jam kemudian di Basra, Irak (hasil akhir 3-1 untuk kemenangan Irak).

Dalam pertandingan di SUGBK tersebut, sekitar 64 ribu penonton memadati stadion, termasuk Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Widodo. Dari tayangan di televisi dan unggahan di media sosial, tampak kemeriahan di stadion. Para penonton bersorak sorai memberi dukungan kepada timnas, termasuk Presiden Jokowi, yang bahkan ngevlog dan memberi salam kepada penonton.

Menyikapi kemeriahan tersebut, seorang teman yang ikut menonton langsung pertandingan tersebut di SUGBK menyampaikan kesan-kesannya melalui akun intsgramnya. Terakhir teman saya nonton timnas bermain di SUGBK pada Desember 2004. Saat itu Indonesia berhadapan dengan Malaysia dan kalah dengan skor 1-2.

“Saat terakhir nonton tim nasional bermain di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) bulan Desember 2004, anak lelaki saya belum lahir. Di pertandingan itu Indonesia kalah 1-2 melawan Malaysia, GBK masih belum direnovasi, tiket masih pakai sistem beli di loket dan di hari H masih dijual. Saat antre tiket menjelang pertandingan tiba-tiba terdengar pengumuman: penonton yang belum memliki tiket silakan langsung naik ke tribun atas - free alias gratis. Saya bergegas naik, berlomba dengan penonton lain,” tulis rekan saya tersebut.

Ia pun kemudian menambahkan ceritanya dengan menulis “Karena tertinggal dari Malaysia, penonton kelas bonek di tribun atas mulai berulah. Mereka mulai iseng melempar benda ke penonton di tribun tengah dan bawah. Awalnya botol air mineral kosong. Lama-lama apa saja yang bisa diraih tangan juga dilempar. Kebangetenly ada juga yang melempar - maaf - air seni dibungkus plastik. Chaos mode on”.

Membandingkan pengalamannya menonton 20 tahun lalu, ia memuji bahwa laga Indonesia vs Filipina tidaklahg sehebo 20 tahun lalu. Semua sudah jauh lebih baik.

“Tiket dapat dibeli online sebelum pertandingan, dikirim dalam bentuk digital. Dari rumah ke stadion (juga pulangnya) naik TransJakarta yang nyaman (meski macet). Masuk ke stadion teratur, tiket dipindai, area dan nomor pintu masuk jelas tertera, duduk sesuai nomor kursi,” tulis teman saya

"Timnas main bagus, menang 2-0, lolos ke kualifikasi fase ketiga dan Piala Asia 2027. Fans di belakang gawang semangat menyanyi hampir di sepanjang laga, lagu-lagunya riang dan membakar semangat. Menjelang akhir pertandingan tiba-tiba mereka nyanyi Indonesia Pusaka, bikin malele. Rasa kangen suasana stadion terobati. Dan bisa mengenalkan cita rasa sepakbola Indonesia ke anak," tambahnya

“Sepakbola yang membuat saya (dan ribuan fans di GBK) selalu bangga menjadi Indonesia. Terus terbang dan jadilah juara, Garudaku,” pungkasnya.

Menyimak komentar teman saya yang membandingkan suasana nonton di stadion 20 tahun lalu dengan sekarang memang berbeda. Seingat saya pengaturan pembelian tiket dan tempat duduk di stadion sudah mulai dilakukan sekitar 5 tahun lalu, beberapa waktu sebelum covid-19 melanda.

Seingat saya ketika pertandingan Indonesia vs Thailand di SUGBK sekitar tahun 2019, saya dan beberapa teman harus ikut war ticket agar bisa menonton pertandingan tersebut. Sempat gagal, namun berkat bantuan teman akhirnya bisa mendapatkan tiket. Saat itu, ketika tiba di SUGBK, meski tidak seperti dulu, tapi masih ada calo tiket yang menjual tiket pertandingan. Biasanya si calo mendapatkan tiket dari calon penonton yang batal menonton karena ada perubahan acara.

Suasana di dalam SUGBK pun sudah jauh lebih tertib. Calon penonton tidak diperkenankan membawa minuman dalam botol. Panitia menyediakan kantong plastik bila ada penonton yang ingin membawa minumannya.

Menariknya, entah sejak kapan dimulainya kebiasaan tersebut, di akhir pertandingan, tanpa dikomando, para penonton menyanyikan Indonesia Pusaka, persis seperti yang diceritakan teman saya tersebut.

Selesai pertandingan, penonton pun tertib meninggalkan stadion meski timnas Indonesia yang didukungnya kalah. Suatu kebiasaan bagus yang harus terus dipertahankan. Salam sepakbola. (AHU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun