Kamis (19/04), kami kembali berkesempatan mengadakan kegiatan di Pulau Bali. Pulau yang mendapat julukan sebagai Pulau Dewata ini dikenal akan kekayaan budayanya dan memiliki banyak destinasi wisata alam seperti pantai dan pegunungan yang mempesona.
Salah satu kekayaan alam yang mempesona adalah pemandangan Gunung Batur yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Gunung Batur memiliki ketinggian 1717 mdpl dan dianggap sebagai salah satu gunung purba yang lebih dahulu ada dibandingkan dengan Gunung Agung, gunung terbesar di Pulau Bali.
Gunung Batur terkenal akan pesonanya yang menawan sehingga menjadi daya tarik utamanya. Gunung Batur merupakan salah satu gunung yang masih aktif dan memiliki kaldera di Pulau Bali.
Dari berbagai referensi diketahui bahwa Gunung Batur memiliki keistimewaan bagi masyarakat Bali. Mereka menganggap gunung ini sebagai lingga buana yang memiliki arti penting dalam kehidupan religi masyarakat Bali. Selain itu gunung Batur dianggap sebagai perwujudan Pradhana (perempuan), dimana perwujudan Pradhana tidak bisa dipisah oleh Purusha (laki-laki) pada Gunung Agung. Keduanya bersinergi untuk melahirkan kesuburan dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kawasan Gunung Batur sendiri telah ditetapkan UNESCO sebagai Taman Bumi yang memiliki luas 16 kilometer dengan pemandangan alam yang sangat indah.
Karena itu, segera setelah selesai berkegiatan di Tampaksiring, kami memanfaatkan sisa waktu di akhir kegiatan untuk meluncur ke sana. Karena keterbatasan waktu, kami tidak berencana untuk mendaki Gunung Batur, namun cukup menikmati keindahannya dari kejauhan
Untuk menyaksikan keindahan Gunung Batur tersebut bisa dilakukan dari beberapa spot di  pinggiran jalan di Kota Kintamani. Di tempat tersebut  banyak restoran dan kafe yang selain menyajikan makanan dan minuman, juga menawarkan pemandangan Gunung Batur dan tempat berfoto yang instagramabel.Â
Pengunjung dapat menikmati pemandangan Gunung Batur dan berfoto-foto sambil bersantai menyantap hidangan dan menyesap kopi Bali khas Kintamani yang terkenal.Â
Saat siang itu kami berkunjung ke sana, langit di atas Gunung Batur dan sekitarnya agak tertutup awan tebal. Namun demikian, hal tersebut tidak menghilangkan keindahan gunung tersebut.Â
Dari kejauhan tampak puncak Gunung Batur dengan danau yang biru kehijauan atau hijau berkarat di salah satu kaki gunung. Â
"Di ujung sana adalah Desa Trunyan dimana terdapat pemakaman warga asli Bali tanpa dikubur. Di sana, warga yang wafat tidak dikubur, tetapi mayatnya diletakkan di bawah pohon. Mayat tersebut tidak berbau karena bau diserap oleh wangi pohon Trunyan," jelas Ngurah, driver sekaligus guide kami, sambil menunjuk sebuah lokasi di ujung danau.Â
"Untuk sampai ke sana, kita harus menyeberangi danau menaiki boat," ujar Ngurah.
Sambil mendengarkan penuturan Ngurah soal jalur ke Desa Trunyan, saya terus memandang keindahan alam di Gunung Batur yang luar biasa. Suatu pemandangan alam yang benar-benar mempesona hati setiap orang yang mengunjunginya.
Udara segar dan aroma hutan yang harum lamat-lamat tercium sampai ke tempat kami berada, menambah pengalaman bathin menjadi lebih memikat dan berkesan.Â
Jika ada kesempatan, lain kali tampaknya perlu melakukan pendakian dan menatap matahari terbit dari puncak Gunung Batur. (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H