Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Indahnya Ciptaan Tuhan di Gunung Batur

20 April 2024   18:47 Diperbarui: 20 April 2024   18:47 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Gunung Batur, sumber gambar: Aris Heru Utomo

Kamis (19/04), kami kembali berkesempatan mengadakan kegiatan di Pulau Bali. Pulau yang mendapat julukan sebagai Pulau Dewata ini dikenal akan kekayaan budayanya dan memiliki banyak destinasi wisata alam seperti pantai dan pegunungan yang mempesona.

Salah satu kekayaan alam yang mempesona adalah pemandangan Gunung Batur yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Gunung Batur memiliki ketinggian 1717 mdpl dan dianggap sebagai salah satu gunung purba yang lebih dahulu ada dibandingkan dengan Gunung Agung, gunung terbesar di Pulau Bali.

Gunung Batur terkenal akan pesonanya yang menawan sehingga menjadi daya tarik utamanya. Gunung Batur merupakan salah satu gunung yang masih aktif dan memiliki kaldera di Pulau Bali.

Dari berbagai referensi diketahui bahwa Gunung Batur memiliki keistimewaan bagi masyarakat Bali. Mereka menganggap gunung ini sebagai lingga buana yang memiliki arti penting dalam kehidupan religi masyarakat Bali. Selain itu gunung Batur dianggap sebagai perwujudan Pradhana (perempuan), dimana perwujudan Pradhana tidak bisa dipisah oleh Purusha (laki-laki) pada Gunung Agung. Keduanya bersinergi untuk melahirkan kesuburan dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.

Kawasan Gunung Batur sendiri telah ditetapkan UNESCO sebagai Taman Bumi yang memiliki luas 16 kilometer dengan pemandangan alam yang sangat indah.

Karena itu, segera setelah selesai berkegiatan di Tampaksiring, kami memanfaatkan sisa waktu di akhir kegiatan untuk meluncur ke sana. Karena keterbatasan waktu, kami tidak berencana untuk mendaki Gunung Batur, namun cukup menikmati keindahannya dari kejauhan

Untuk menyaksikan keindahan Gunung Batur tersebut bisa dilakukan dari beberapa spot di  pinggiran jalan di Kota Kintamani. Di tempat tersebut  banyak restoran dan kafe yang selain menyajikan makanan dan minuman, juga menawarkan pemandangan Gunung Batur dan tempat berfoto yang instagramabel. 

Pengunjung dapat menikmati pemandangan Gunung Batur dan berfoto-foto sambil bersantai menyantap hidangan dan menyesap kopi Bali khas Kintamani yang terkenal. 

Saat siang itu kami berkunjung ke sana, langit di atas Gunung Batur dan sekitarnya agak tertutup awan tebal. Namun demikian, hal tersebut tidak menghilangkan keindahan gunung tersebut. 

Dari kejauhan tampak puncak Gunung Batur dengan danau yang biru kehijauan atau hijau berkarat di salah satu kaki gunung.  

"Di ujung sana adalah Desa Trunyan dimana terdapat pemakaman warga asli Bali tanpa dikubur. Di sana, warga yang wafat tidak dikubur, tetapi mayatnya diletakkan di bawah pohon. Mayat tersebut tidak berbau karena bau diserap oleh wangi pohon Trunyan," jelas Ngurah, driver sekaligus guide kami, sambil menunjuk sebuah lokasi di ujung danau. 

"Untuk sampai ke sana, kita harus menyeberangi danau menaiki boat," ujar Ngurah.

Sambil mendengarkan penuturan Ngurah soal jalur ke Desa Trunyan, saya terus memandang keindahan alam di Gunung Batur yang luar biasa. Suatu pemandangan alam yang benar-benar mempesona hati setiap orang yang mengunjunginya.

Udara segar dan aroma hutan yang harum lamat-lamat tercium sampai ke tempat kami berada, menambah pengalaman bathin menjadi lebih memikat dan berkesan. 

Jika ada kesempatan, lain kali tampaknya perlu melakukan pendakian dan menatap matahari terbit dari puncak Gunung Batur. (AHU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun