Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ternyata Arus Balik Mudik Tahun Lalu Lebih Baik dari Tahun Ini

16 April 2024   08:00 Diperbarui: 16 April 2024   08:13 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke kediaman dalam momen arus balik menjadi pengalaman yang selalu diingat para pemudik, termasuk kami sekeluarga. Pada arus balik 2024 ini, kami sekeluarga melakukan perjalanan sepanjang 313 km dari kampung halaman di Pemalang ke Bekasi pada hari terakhir puncak arus balik, Senin (15/04/2024).

Informasi yang didapat menyebutkan bahwa untuk memperlancar arus balik pada hari itu, Korlantas Polri telah melakukan rekayasa lalu lintas di jalur Tol Trans Jawa. Salah satunya dengan menerapkan contra flow atau lawan arah di Tol Trans Jawa tepatnya mulai dari Kalikangkung Semarang sampai kilometer Nol di Jakarta.

Kami mulai melintasi Tol Trans Jawab dari gerbang tol di Gandulan, Pemalang pada sekitar 10 pagi.

Sejak gerbang tol, petugas yang berjaga sudah memastikan tujuan kami dengan bertanya "Ke arah Jakarta pak? Apabila akan ke Jakarta silahkan lanjut. Apabila tidak maka silahkan memutar balik karena arah ke Semarang sudah ditutup".

Karena tujuan kami adalah ke arah Jakarta maka kendaraan yang kami tumpangi langsung meluncur ke jalan tol di jalur normal, yaitu jalur menuju Jakarta bukan jalur contra flow yang sudah dibuka dari gerbang tol Kalikangkung. Terlihat kendaraan arus balik sudah memadati jalur normal, sementara di jalur contra flow terlihat beberapa kendaraan berkecepatan tinggi melaju ke Jakarta.

Karena di jalur normal jumlah kendaraan yang melintas relatif padat, maka kendaraan pun tidak bisa dipacu secepat kendaraan yang berada di jalur contra flow. Belum lagi menjelang kawasan rest area dimana tempat ini menjadi titik kemacetan. Kendaraan terpaksa melambat karena terhalang kendaraan-kendaraan yang akan memasuki rest area. Menurut catatan saya, setidaknya terdapat 3-4 rest dari Pemalang hingga Palimanan.

Karena itu, melihat kendaraan di jalur contra flow yang bisa melintas dengan kecepatan tinggi tanpa hambaan, saya pun sempat iri.

"Coba kalau bisa masuk ke jalur contra flow, mungkin waktu tempuh dari km 313 di Pemalang ke km 188 di Palimanan yang biasanya hanya sekitar satu setengah jam, tidak menjadi lebih dari dua jam seperti sekarang," bathin saya ketika tiba di Palimanan, sambil melihat penunjuk waktu di dashboard kendaraan.

Menyadari bahwa melintas di jalur contra flow akan lebih cepat dibanding jalur normal, maka saya berencana untuk pindah jalur pada saat ada kesempatan pertama, yaitu di bekas gerbang Tol Palimanan. Sayangnya ketika sampai di bekas gerbang Tol Palimanan tersebut, saya terlewat melihat penunjuk arah ke jalur contra flow. Jadilah kami berkendaraan tetap di jalur normal.

"ach nanti pasti ada tempat lagi untuk masuk ke jalur contra flow di antara Palimanan-Cikampek, seperti yang dilakukan Korlantas tahun lalu," pikir saya.

Sayangnya hingga gerbang Tol Cikampek di km 73, tidak ada lagi akses untuk  perpindahan ke jalur contra flow.

Di jalur Palimanan-Cikampek ini kepadatan lebih parah dibanding Pemalang-Palimanan. Selain disebabkan terhalang kendaraan yang akan memasuki rest area, juga ditambah kendaraan-kendaraan yang masuk dari Bandung. Karena padatnya, kendaraan kami pun hanya bisa dipacu dengan kecepatan rata-rata sekitar 40-60 km/jam. Sementara di jalur contra flow, kendaraan bisa dipacu rata-rata di atas 80 km/jam.

Kemacetan di jalur normal bukan hanya sejak Palimanan hingga Cikampek, bahkan setelah keluar dari gebang Tol Cikampek pun masih tetap terjadi kemacetan. Kemacetan baru hilang ketika kendaraan kami memasuk jalan layang MBZ. Sebaliknya, di jalur contra flow menuju Bekasi, terlihat kemacetan baru dimulai.

Alhamdullilah setelah melintasi perjalanan Pemalang-Bekasi yang memakan waktu sekitar 7 jam tanpa berhenti sekalipun di rest area, kami pun tiba di kediaman. Dibandingkan dengan pemudik lainnya yang bisa menempuh perjalanan sampai belasan jam, perjalan kami sekitar 7 jam mungkin termasuk singkat.

Namun bila dibandingkan dengan perjalanan arus mudik kami tahun lalu, yang sekitar empat setengah jam, tentu saja perjalanan kali kali ini lebih lambat hampir tiga jam. Salah satu penyebabnya adalah kami tidak sempat masuk ke jalur contra flow dan tidak adanya akses alternatif untuk masuk ke jalur contra flow selepas Palimanan.

Terima kasih untuk Korlantas Polri, Kementerian Perhubungan dan semua pihak terkait lainnya yang telah bersusah payah mengatur kelancaran mudik dan arus baliknya. Sukses untuk semua. (AHU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun