Ditambahkan oleh Prof Aminudin bahwa dalam usia yang belum seabad, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring sudah memuat 120.549 kosakata. Jumlah tersebut terdiri dari 55.347 entri dasar (45,91 persen), 28.116 kata turunan (23,32 persen), 33.432 gabungan kata (27,73 persen), 2.103 peribahasa (1,74 persen), 276 idiom (0,23 persen), 1.186 ungkapan (0,98 persen), dan 89 varian (0,07 persen).
"Tahun ini kami sedang berproses dalam penambahan kosakata di KBBI untuk mencapai 200.000 entri," ujar Prof. Aminudin.
Ia pun menambahkan bahwa kendati masih relatif muda, namun bahasa Indonesia berkembang sangat cepat. Jauh lebih cepat daripada perkembangandaripada perkembangan bahasa induknya, yaitu bahasa Melayu.
Selanjutnya, setelah membahas sejarah kelahiran Bahasa Indonesia, sekarang kita kembali ke pembahasan bahwa bahasa dipengaruhi budaya. Hadirnya kosakata dalam Bahasa Indonesia, seperti siniar, cakram keras, perangkat keras, perangkat lunak, tangkapan layar, tetikus, borang, unduh, unggah dan sebagainya, tidak terlepas dari hadirnya budaya modern dan kemajuan teknologi yang berasal dari negara-negara maju yang menggunakan Bahasa Inggris.
Begitupun hadirnya kosakata "sahabat peradilan" yang berasal dari Bahasa Latin "Amicus Ciruae", tidak terlepas dari budaya hukum yang berawal dari jaman Yunani dan Romawi, ratusan tahun lalu, yang menggunakan Bahasa Latin.
Sebaliknya, meskipun Bahasa Inggris sudah berusia ratusan tahun, penutur Bahasa Inggris  pun tidak segan-segan menyerap kosakata Bahasa Indonesia karena mereka tidak punya konsep budayanya. Sebagai contoh, bahasa Inggris tidak memiliki konsep kata untuk "amuk" dan "sarung", atau macam-macam jenis makanan turunan dari beras serta nasi.
Akhirnya, kembali ke narasi bahwa "Bahasa Indonesia itu sebenarnya bahasa yang miskin kosakata", kita tidak perlu baper (bawa perasaan) dan bereaksi berlebihan. Justru kita perlu berterima kasih karena sudah diingatkan secara tidak langsung untuk bersama-sama memperkaya kosakata Bahasa Indonesia dan mempergunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan biarkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sendirian dan setelah berhasil menemukan padanan kata dari bahasa asing, kita justru tidak pernah menggunakannya.
Mari kita tunjukkan atma dan karsa yang kalis untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada kaum yuwana dan sujana agar mereka paham dan mengerti. Paham artinya? Kalau tidak, begini artinya, atma=jiwa, karsa=niat, kalis=suci, yuwana=muda, anak-anak dan sujana=pandai.
Salam Bahasa Indonesia, Salam Bahasa Persatuan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H