Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Mengikuti Kegiatan Pramuka dan Upaya Membentuk Karakter Diri

6 April 2024   11:40 Diperbarui: 6 April 2024   11:52 2579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain permainan traditional enggrang dalam kegiatan Pramuka, sumber gambar: Kompas.com

Di tengah pro dan kontra hadirnya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 12/2024 tentang Kurikulum pada PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah yang menghapus Pramuka sebagai kegiatan ekstrakulikuler wajib bagi siswa di sekolah, saya jadi teringat dengan pengalaman ketika mengikuti kegiatan Gerakan Pramuka saat menempuh pendidikan di sekolah dasar dan masa awal sekolah menengah pertama.

Seperti ditulis dalam situs web Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Gerakan Pramuka (singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya) adalah organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia.

Sebagai organisasi pendidikan nonformal, maka kegiatan pendidikan "Kepramukaan", prosesnya dilakukan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.

Adapun sebutan bagi menjadi anggota Gerakan Pramuka adalah Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain disebut anggota dewasa.

Berdasarkan pengelompokan di atas, saya ingat pernah menjadi Pramuka Penggalang secara aktif ketika duduk di sekolah dasar dan masa awal sekolah menengah pertama.

Saat di sekolah dasar, jika tidak ada alasan lain, setiap hari Minggu saya selalu datang latihan Pramuka di sekolah. Saya mengenakan pakaian coklat muda dan celana pendek coklat tua dengan ikat pinggang hitam berlogo Gerakan Pramuka. Di leher terdapat ikat leher yang dulu saya sebut kacu (sekarang istilahnya setangan) merah putih berbentuk segi tiga. Selain berpakaian lengkap pramuka, saya pun membawa sebatang tongkat bambu setinggi 1,60 cm dan tali pramuka di pinggang.

Saya masih ingat, regu Penggalang saya saat itu adalah Garuda. Selain regu Garuda, terdapat pula regu penggalang putra lainnya di sekolah yaitu kelinci dan rajawali.

Selama berlatih pramuka di sekolah, kami diberikan pembelajaran oleh kakak-kakak Pembina antara lain mengenai etika dan sopan santun, kedisiplinan, gotong royong dan lain-lain. Selain itu, kami juga diajari berbagai ketrampilan seperti tali temali, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), dan tentu saja baris berbaris.

Selain latihan rutin setiap hari Minggu, hal yang menyenangkan selama mengikuti kegiatan pramuka adalah mengikuti mengikuti perkemahan, baik perkemahan sabtu minggu (Persami) atau Jambore Pramuka. Alhamdullilah saya sudah mengikuti semuanya, baik Persami ataupun Jambore Pramuka tingkat daerah dan nasional (saat itu di bumi perkemahan Cibubur yang baru saja dibangun)

Banyak hal mengesankan setiap kali mengikuti perkemahan, mulai dari mengikuti kegiatan membangun tenda, memasak di alam terbuka ataupun mengikuti serangkaian permainan dan tantangan di alam terbuka, seperti hiking, berburu jejak, membaca kode semaphore, bermain mainan tradisional seperti enggrang dan bahkan mempelajari teknik bertahan hidup sederhana di hutan.

Terkadang ada pula kegiatan lomba lingkungan di sekitar tenda ataupun karnaval dengan rute tertentu. Disini para anggota Pramuka dituntut untuk menunjukkan kreativitasnya dalam membangun dan menata tenda agar tampak rapih dan serasi menggunakan peralatan sederhana yang tersedia atau saat karnaval menampilkan kreasi busana atau kostum dari berbagai daerah di Nusantara.

Nah soal keikutsertaan di karnaval, pada kesempatan pertama kali ikut Persami, regu kami tidak membawa kostum dari daerah manapun. Untuk menyiasatinya, kami kemudian mencari akal dengan meminjam seragam seorang anggota Hansip (sekarang Satpam) berwarna hijau yang kebetulan ukuran tubuhnya tidak jauh berbeda dengan salah seorang anggota regu Garuda.

Kami kemudian menunjukkan aksi teaterikal selama karnaval. Selama perjalanan, anggota regu kami yang mengenakan pakaian Hansip berperan sebagai aparat keamanan yang berhasil menangkap seorang maling dan diarak keliling kampung. Berperan sebagai maling adalah salah seorang anggota regu Garuda lainnya yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek. Sesekali sang Hansip gadungan seolah menendang sang maling dan sang maling terhuyung-huyung.

Sepanjang rute karnaval, para warga yang melihat aksi kami memberikan sambutan meriah karena apa yang kami tampilkan berbeda dengan peserta karnaval lainnya. Di akhir acara, group kami ternyata mendapat salah satu hadiah karena kreativitas spontan yang ditunjukkan selama karnaval.

Peristiwa berkesan lainnya selama menjadi anggota Pramuka, khususnya saat mengikuti perkemahan, adalah saat mengikuti kegiatan api unggun di malam hari yang biasanya dilaksanakan pada malam terakhir kegiatan. Kami semua berkumpul di sekitar api unggun dan bernyanyi lagu-lagu pramuka dengan semangat. Kami juga berbagi cerita dan pengalaman sambil menikmati makanan yang dimasak di atas api unggun.

Selanjutnya yang ditunggu-tunggu adalah pentas seni dimana semua regu harus menampilkan kreasinya. Ada yang serius menampilkan kreasinya, ada pula yang seadanya. Apapun yang ditampilkan, acara menjadi meriah dan ramai dengan riuh tawa.  

Kini setelah puluhan tahun tidak berpramuka, saya selalu mengingat cerita asyik dan pengalaman selama di pramuka. Pengalaman yang sangat menginspirasi dan menjadi bekal dalam upaya membentuk karakter pribadi seperti sekarang ini. Terus terang banyak hal yang saya peroleh untuk memperkuat karakter pribadi dengan menjadi anggota Pramuka seperti kepemimpinan, disiplin, kebangsaan, semangat kerjasama dan gotong royong, sikap bantu membantu dan lain sebagainya.

Seperti yang dikatakan Presiden Joko Widodo ketika melantik Budi Waseso sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pada Jumat, 5 April 2024. "Pramuka menjadi suatu wadah penting dalam pengembangan pendidikan serta karakter generasi muda Indonesia".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun