Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cerita Toleransi dari Kota Ende

31 Maret 2024   23:54 Diperbarui: 1 April 2024   00:37 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Ibu Nona, mereka berdua berada di pondok pesantren sebagai bagian dari kerjasama antara Pondok Pesantren Walisongo dan  konggregasi Serikat Sabda Allah - Societas Verbi Devini (SVD) yang sudah berlangsung sejak masa awal pendirian pondok pesantren. Mereka mengajar musik, bahasa Inggris dan komputer.

Bukan hanya itu, di tengah tugasnya melakukan pelayanan jemaahnya, kedua Frater tersebut diberi tanggung jawab untuk mengurus asrama di pondok pesantren dan mendampingi anak-anak belajar, membangunkan santri untuk sholat Subuh dan belanja ke pasar untuk membeli bahan makanan pokok untuk konsumsi di pondok.

Ketika saat itu saya konfirmasi ke pimpinan SVD Ende, Romo Lukas Aja, diketahui bahwa pemagangan para calon Pastor di pondok pesantren adalah agar mereka bisa belajar mengenai Islam yang sesungguhnya, Islam yang rahmatan lil alamin. Bukan Islam yang penuh kekerasan seperti yang sering dihadirkan di media sosial.

Dari penuturan di atas, terlihat bahwa kehidupan beragama di masyarakat Ende sejatinya telah terjalin dengan baik sejak lama karena adanya toleransi yang kuat antar warga Muslim dan Katholik. Sikap yang hingga saat ini terus hidup dan dipelihara oleh masyarakat di Ende. (AHU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun