Menurut Ibu Nona, mereka berdua berada di pondok pesantren sebagai bagian dari kerjasama antara Pondok Pesantren Walisongo dan  konggregasi Serikat Sabda Allah - Societas Verbi Devini (SVD) yang sudah berlangsung sejak masa awal pendirian pondok pesantren. Mereka mengajar musik, bahasa Inggris dan komputer.
Bukan hanya itu, di tengah tugasnya melakukan pelayanan jemaahnya, kedua Frater tersebut diberi tanggung jawab untuk mengurus asrama di pondok pesantren dan mendampingi anak-anak belajar, membangunkan santri untuk sholat Subuh dan belanja ke pasar untuk membeli bahan makanan pokok untuk konsumsi di pondok.
Ketika saat itu saya konfirmasi ke pimpinan SVD Ende, Romo Lukas Aja, diketahui bahwa pemagangan para calon Pastor di pondok pesantren adalah agar mereka bisa belajar mengenai Islam yang sesungguhnya, Islam yang rahmatan lil alamin. Bukan Islam yang penuh kekerasan seperti yang sering dihadirkan di media sosial.
Dari penuturan di atas, terlihat bahwa kehidupan beragama di masyarakat Ende sejatinya telah terjalin dengan baik sejak lama karena adanya toleransi yang kuat antar warga Muslim dan Katholik. Sikap yang hingga saat ini terus hidup dan dipelihara oleh masyarakat di Ende. (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H