Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menjadikan Work, Life, Ibadah Balance Sebagai Gaya Hidup

23 Maret 2024   10:45 Diperbarui: 23 Maret 2024   13:23 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi keseimbangan hid,  sumber gambar: Kompas.com

Untuk itu, agar dapat menjaga keseimbangan hidup, baik di bulan Ramadan ataupun bulan-bulan di luar Ramadan, saran yang disampaikan para pakar adalah menjadikan keseimbangan hidup sebagai gaya hidup.

Apa itu gaya hidup? Secara luas gaya hidup didefinisikan sebagai pola hidup seseorang didunia yang terungkap pada aktivitas, minat dan opininya.

Gaya hidup menggambarkan "keseluruhan diri seseorang" yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Dengan pengertian tersebut di atas, maka menjadikan keseimbangan hidup sebagai gaya hidup, dapat dilakukan dengan cara antara lain:

Pertama, menentukan skala priotas berdasarkan kebutuhan dan kemampuan masing- masing berdasarkan faktor internal dan eksternal untuk mencapai kecerdasan emosional dan spiritual.

Dengan menyusun daftar prioritas, upaya menjaga keseimbangan hidup lebih mudah untuk dicapai karena pembagian waktu dan keterlibatan dalam suatu kegiatan menjadi terukur.

Ingat, dalam menyusun skala prioritas janganlah banyak gaya. Karena menurut ilmu fisika, tekanan berbanding lurus dengan gaya. Jadi kalau seseorang merasa hidupnya penuh tekanan, mungkin karena orang tersebut kebanyakan gaya.  

Kedua, bekerja efektif efisien agar pekerjaan dapat selesai dengan maksimal dengan waktu yang singkat. Ingatlah, bahwa bekerja adalah ibadah yang merupakan amanah Tuhan YME untuk menjemput tidak sekedar uang, namun juga pahala.

Dengan bekerja efektif efisien, seseorang akan dapat menjaga keseimbangan hidup. Seseorang yang bekerja terlalu keras tanpa menyeimbangkan dengan kesenangan untuk dirinya akan bekerja dengan emosi dan cenderung tidak maksimal. (AHU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun