Ramadan sekarang ini, seperti buka puasa bersama (bukber) di restoran-restoran, belanja di pusat-pusat perbelanjangan ataupun aplikasi belanja online. Tidak sedikit pengunjung yang datang karena tertarik dengan Promo yang dilakukan para pelaku usaha. Â
Menurut sebuah hasil penelitian, terdapat tiga hal yang membuat orang suka berkumpul, yaitu makan gratis, groufie (group selfie), dan promo. Khusus yang terakhir yaitu promo dapat dilihat dari aktivitas keramaian bulanPemandangan berburu promo Ramadan, saya saksikan sendiri ketika menghadiri kegiatan berbuka puasa bersama di sebuah hotel di kawasan Jalan Kebon Sirih Jakarta, Rabu (20/03/2024). Restoran di hotel tersebut penuh oleh pelanggan yang duduk menyantap hidangan buka puasa bersama.
Selain tamu yang menginap atau sedang mengadakan kegiatan di hotel tersebut, ternyata banyak pula pengunjung umum yang datang ke restoran setelah melihat iklam promo paket bukber dengan harga diskon yang ditawarkan restoran tersebut bekerjasama dengan sebuah bank.
Restoran yang saya kunjungi tersebut hanyalah satu dari sekian banyak tempat yang menawarkan promo di bulan Ramadan. Promo dilakukan oleh para pelaku usaha untuk mendorong minat beli konsumen, di tengah naiknya harga-harga barang, meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk merayakan Lebaran dan tingkat produksi yang cenderung menurun karena bulan puasa serta banyaknya hari libur.
Dengan adanya promo, masyarakat dapat membeli suatu produk dengan harga khusus. Sedangkan bagi para pelaku usaha, program promo dimanfaatkan untuk memastikan angka penjualan tidak anjlok di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu.
Memperhatikan maraknya program promo di momen-momen tertentu seperti Ramadan dan Lebaran, penulis melihat bahwa tidak sedikit konsumen yang tergiur dengan promo yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Terdapat cukup alasan yang menyebabkan sebagian konsumen tertarik untuk berburu promo, terutama di bulan Ramadan, seperti adanya perasaan puas dan senang tersendiri ketika berhasil menemukan penawaran terbaik. Saat berhasil berburu diskon, rasanya seperti mendapatkan hadiah atau meraih kemenangan kecil dalam kegiatan berbelanja.
Alasan berikutnya adalah, dengan berburu promo secara aktif, seseorang dapat menghemat lebih banyak dan bisa disimpan atau digunakan untuk membeli barang-barang yang mungkin sudah lama masuk dalam wishlist.
Semua alasan di atas pada dasarnya boleh-boleh saja. Namun kiranya patut dipertimbangkan etika (aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku) dalam berburu promo Ramadan. Pertama, ikuti aturan main dalam mengikuti promo, misalnya batasan jumlah produk yang dapat dibeli.Â
Berburu promo Ramadan bukan sekedar ikut-ikutan tetapi membeli produk yang memang dibutuhkan. Kedua, patuhi perencanaan keuangan masing-masing yang sudah disusun sebelumnya.Â
Meskipun promo pada dasarnya memberikan diskon belanja dalam jumlah tertentu, bahkan sampai 50 persen, namun harus diingat bahwa membeli suatu produk promo bukan berarti tidak membayar alias gratis, tetap ada dana yang tetap harus dikeluarkan. Oleh karena itu, apabila pengeluaran anggaran tidak terkontrol dengan baik maka bisa merusak perencanaan keuangan yang disusun sebelumnya. Â
Dari sisi pelaku usaha, saya  melihat bahwa program promo merupakan saat yang tepat bagi produsen untuk menghabiskan persediaan produknya dengan menyulap produk-produk yang sudah ada menjadi produk dengan kemasan Ramadan atau Lebaran.
Melalui promo, para pelaku usaha berupaya untuk menarik minat konsumen untuk membeli, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan serta menghindari kerugian.
Namun demikian, dalam prakteknya, saya mengamati bahwa program promo yang dilakukan para pelaku usaha kerap menggunakan trik dalam berkomunikasi, yaitu "sampaikan kebenarannya, tetapi bukan semua kebenaran".
Hal ini dilakukan untuk menutup kelemahan produk dan melebih-lebihkan kemampuan produk, memanipulasi perasaan konsumen dan mengecoh konsumen dengan meniru fitur produk lain. Itulah sebabnya, biasanya ada disclaimer bahwa syarat dan ketentuan berlaku bagi konsumen.
Untuk itu, guna menghindari diri dari hal-hal yang tidak diinginkan dan terkesan membodohi konsumen maka ketika pelaku usaha melakukan promo kiranya harus memperhatikan etika karena di sana terdapat interaksi dengan konsumen yang berasal dari berbagai kalangan yang berbeda suku, agama, budaya dan golongan. Â
Begitupun dalam berburu promosi Ramadan, konsumen harus mengedepankan etika dengan menghindari unsur SARA dan kata-kata yang dapat menyinggung yang lain. (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H