Dari sisi pelaku usaha, saya  melihat bahwa program promo merupakan saat yang tepat bagi produsen untuk menghabiskan persediaan produknya dengan menyulap produk-produk yang sudah ada menjadi produk dengan kemasan Ramadan atau Lebaran.
Melalui promo, para pelaku usaha berupaya untuk menarik minat konsumen untuk membeli, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan serta menghindari kerugian.
Namun demikian, dalam prakteknya, saya mengamati bahwa program promo yang dilakukan para pelaku usaha kerap menggunakan trik dalam berkomunikasi, yaitu "sampaikan kebenarannya, tetapi bukan semua kebenaran".
Hal ini dilakukan untuk menutup kelemahan produk dan melebih-lebihkan kemampuan produk, memanipulasi perasaan konsumen dan mengecoh konsumen dengan meniru fitur produk lain. Itulah sebabnya, biasanya ada disclaimer bahwa syarat dan ketentuan berlaku bagi konsumen.
Untuk itu, guna menghindari diri dari hal-hal yang tidak diinginkan dan terkesan membodohi konsumen maka ketika pelaku usaha melakukan promo kiranya harus memperhatikan etika karena di sana terdapat interaksi dengan konsumen yang berasal dari berbagai kalangan yang berbeda suku, agama, budaya dan golongan. Â
Begitupun dalam berburu promosi Ramadan, konsumen harus mengedepankan etika dengan menghindari unsur SARA dan kata-kata yang dapat menyinggung yang lain. (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H