"Memangnya sekarang lagi musim rambutan ya,?" tanya saya lagi
"Enggak juga sih pak. Tahun ini kayaknya enggak ada musim rambutan. Hujan terus menerus membuat pohon rambutan tidak berbuah subur. Bahkan kebun rambutan di kampung saya banyak yang gagal berbuah," ujar Mang Asep.
"Bapak mau beli berapa ikat?," tanya Mang Asep kemudian.
Mendengar pertanyaan mang Asep, saya pun jadi teringat humor di Tiktok tentang seorang pedagang yang ditanya komentarnya mengenai pertanyaan yang paling tidak disukainya.
"Abang pedagang, pertanyaan apa yang paling tidak Abang sukai dari calon pembeli," begitu pertanyaan yang muncul di tiktok.
"Ya sebenarnya pertanyaan yang paling saya tidak sukai adalah tanya-tanya melulu, tetapi tidak beli," jawab Abang pedagang di tiktok.
Khawatir Mang Asep berkomentar seperti Abang pedagang di Tiktok (walau saya todak yakin Mang Asep bermain Tiktok), saya pun langsung bertanya soal harga rambutan yang ada di depan mang Asep.
"Seikatnya dua puluh lima ribu. Bapak mau beli berapa ikat?" ujar Mang Asep.
"Beli dua ikat saja. Tapi semut yang ada di rambutan jangan diajak," ujar saya sambil menyodorkan selembar uang kertas berwarna biru.
"He he he si bapak mah bisa aja atuh. Dua ikat ya pak," dengan sigap mang Asep memasukkan dua ikat rambutan ke dalan kantong plastik berwarna merah.
Terlihat ekspresi  kebahagiaan di raut wajah mang Asep karena mungkin ini rambutan pertama yang berhasil dijualnya.Â