Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menanti Komisi Penyiaran Indonesia Hentikan Tayangan Hasil Quick Count Pemilu 2024

17 Februari 2024   07:01 Diperbarui: 17 Februari 2024   07:05 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembicaraan pro dan kontra seperti tersebut di atas berseliweran di masyarakat, setelah penghitungan suara di TPS pada Pemilu Serentak 14 Februari 2024 selesai. Sejumlah lembaga survei merilis hasil quick count yang mengunggulkan pasangan Prabowo-Gibran di kisaran angka 58 berbanding 24 (Anies-Muhaimin) dan 16 persen (Ganjar-Mahfud).

Terjadinya pandangan yang pro dan kontra soal hasil Pemilu 2024 seperti sekarang ini sesungguhnya bukanlah yang pertama. Dalam setiap pemilu selalu terjadi perdebatan panas yang menguras energi dan pikiran masyarakat, salah satunya terjadi setelah melihat tayangan quick count di televisi.

Menanggapi munculnya perdebatan panas seperti tersebut di atas, pengamat politik Eep Saefulloh Fatah mengatakan bahwa sesungguhnya quick count merupakan metode ilmiah untuk memotret hasil Pemilu dengan sangat cepat menggunakan TPS sampel. Namun demikian, data quick count bukanlah data resmi hasil pemilu karena data yang sesungguhnya adalah data yang dihitung dan diumumkan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Oleh karena itu, untuk mencegah perdebatan yang berkepanjangan, dalam sebuah tayangan di kanal Youtube miliknya, dengan nada keras Eep menyampaikan bahwa penayangan hasil quick count di stasiun tekevisi harus segera dihentikan. Sebagai gantinya, stasiun televisi menyiarkan secara terus menerus hasil perhitungan nyata (real count) yang dilakukan KPU sesuai jumlah surat suara yang masuk.

Menurut Eep, penayangan real count KPU di stasiun televisi sesungguhnya merupakan bagian dari pertanggungjawaban publik bagi penyelenggara pemilu tersebut. Melalui pertanggungjawaban publik, KPU dapat memperlihatkan bahwa perhitungan suara dilakukan dengan jujur tanpa memanipulasi Formulir Model C1-Plano atau catatan hasil penghitungan suara Pemilu 2024 pada Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) seperti yang disampaikan Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari dalam perbincangan di Rosi Spesial Kompas TV, Jumat (16/02/204).

Sementara itu bagi KPI, sekarang saatnya untuk meminta seluruh lembaga penyiaran untuk memberhentikan tayangan berisi hasil quick count, real count versi lembaga survei, dan klaim kemenangan serta ucapan selamat kepada pasangan Capres-Cawapres tertentu.

Pemberhentian tayangan data quick count perlu dilakukan demi kepentingan publik yang lebih besar dan untuk menjaga integrasi nasional dan tidak meresahkan dan menyesatkan masyarakat. Karena bagaimanapun tayangan-tayangan hasil quick count seolah memaksa masyarakat untuk menerima hasil Pilpres dan menganggap bahwa negara ini sudah memiliki Presiden baru.

Dan bagi KPI, penghentian tayangan hasil quick count sendiri bukanlah yang pertama. Sebelumnya pada Pemilu 2014, KPI pernah memerintahkan seluruh lembaga penyiaran untuk menghentikan siaran quick count, real count, klaim kemenangan dan ucapan selamat secara sepihak kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden sampai tanggal pengumuman resmi hasil Pemilu oleh KPU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun