Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosok WR Supratman dan Makna Indonesia Raya 3 Stanza yang Membuat Megawati Soekarnoputri Menahan Tangis

9 Februari 2024   06:00 Diperbarui: 9 Februari 2024   06:44 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar wawancara Megawati Soekarputri di Rosi. Sumber gambar: dokpri 

"Saya selalu menangkap, ibu itu selalu bergetar ketika menyebut Indonesia Raya dan membayangkan atau mengimajinasikan sebuah kondisi Indonesia Raya, yang semoga sesuai dengan harapan para founding fathers," tanya Rosiana Silalahi kepada Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dalam acara Rosi yang ditayangkan di Kompas TV pada 8 Februari 2024 malam.

"Situ pernah dengar tidak, itu aku cari-cari akhirnya dapat, karena aku dengar dulu yang dibikin oleh pak Wage Rudolf Supratman.  Aku kalau kayak gini suka mau menangis, karena pikiranku gini, dalam suasana penjajahan kok berani. dan itu indah banget, itu tiga stanza," jawab Megawati sambil menahan tangis.

"Aduh aku pikir, this is Indonesia. This is Indonesia Raya. Kalau sekarang kan cuma satu. Saya sampai mikir kenapa dulu enggak dinyanyikan seperti itu. Saya mengerti karena kalau mengerek, itu kan kepanjangan," tambah Megawati.

"Dari tiga stanza kita lihat yang diinginkan Indonesia itu seperti ini, karena dia negara kaya raya, tinggal orangnya yang sudah tiga setengah abad dijajah, dinaikkan semangatnya, diberikan disipilin dan punya tujuan untuk menuju kesana," tambah Megawati lagi.

Lalu siapakah sosok Wage Rudolf Supratman yang membuat Megawati menahan tangis?

Wage Rudolf Soepratman atau disingkat WR Supratman adalah seorang guru, wartawan, violinis, dan komponis Hindia Belanda kelahiran 19 Maret 1903 dan dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya". WR Supratman wafat pada 17 Agustus 1938 dalam usia 35 tahun atau tepat 8 tahun sebelum Proklamasi Kemerdeka Indonesia.

WR Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya tiga stanza pada malam penutupan Kongres Pemuda kedua, tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. Ia memperdengarkan lagu ciptaannya untuk pertama kali secara instrumental dengan biola. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Namun WR Supratman tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Pemerintah Indonesia memberinya gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Maha Putera Utama kelas III pada tahun 1971.

Bukan hanya itu, hari kelahiran versi pertama WR Soepratman, 9 Maret (versi lain menyebutkan WR Supratman lahir 19 Maret 1903) diresmikan sebagai Hari Musik Nasional oleh Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden RI.

Selanjutnya bagaimana makna indah dan mendalam lagu Indonesia Raya tiga stanza seperti yang disebut Megawati?

Dalam Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (UU Lambang Negara) pasal 58 ayat 1 disebutkan bahwa Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.

Selanjutnya dalam pasal 61 disebutkan bahwa 'apabila lagu kebangsaan dinyanyikan lengkap tiga stanza, bait ketiga pada stanza kedua dan stanza ketiga dinyanyikan ulang satu kali'. Bahkan di Lampirannya termaktub lagu Indonesia Raya dengan 3 stanza.

Berikut lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi asli dengan tiga stanza seperti tercantum dalam lampiran UU Nomor 4 tahun 2009.

Stanza 1:

Indonesia Tanah Airkoe Tanah Toempah Darahkoe
Di sanalah Akoe Berdiri Djadi Pandoe Iboekoe
Indonesia Kebangsaankoe Bangsa Dan Tanah Airkoe
Marilah Kita Berseroe Indonesia Bersatoe

Hidoeplah Tanahkoe Hidoeplah Negrikoe
Bangsakoe Ra'jatkoe Sem'wanja
Bangoenlah Djiwanja Bangoenlah Badannja
Oentoek Indonesia Raja

(Reff: Diulang 2 kali, red)

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

Stanza 2:

Indonesia Tanah Jang Moelia Tanah Kita Jang Kaja
Di sanalah Akoe Berdiri Oentoek Slama-Lamanja
Indonesia Tanah Poesaka P'saka Kita Semoeanja
Marilah Kita Mendo'a Indonesia Bahagia

Soeboerlah Tanahnja Soeboerlah Djiwanja
Bangsanja Ra'jatnja Sem'wanja
Sadarlah Hatinja Sadarlah Boedinja
Oentoek Indonesia Raja

(Reff: Diulang 2 kali, red)

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

Stanza 3:

Indonesia Tanah Jang Seotji Tanah Kita Jang Sakti
Di sanalah Akoe Berdiri 'Njaga Iboe Sedjati
Indonesia Tanah Berseri Tanah Jang Akoe Sajangi
Marilah Kita Berdjandji Indonesia Abadi

S'lamatlah Ra'jatnja S'lamatlah Poetranja
Poelaoenja Laoetnja Sem'wanja
Madjoelah Negrinja Madjoelah Pandoenja
Oentoek Indonesia Raja

(Reff: Diulang 2 kali, red)

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

Setelah membaca lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya secara lengkap, mari kita bedah makna dari setiap stanzanya. 

Pada stanza pertama, setelah adanya pengakuan dari setiap warga negara Indonesia untuk mengaku Indonesia sebagai tanah air dan tumpah darah, maka dilanjutkan dengan ajakan atau seruan untuk bersatu. "Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu". Kalimat ini bermakna penyemangat dan seruan bagi rakyat Indonesia yang kala itu masih belum merdeka.

Selain itu, di dalam stanza pertama juga terdapat lirik "Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya", yang mengajak setiap warga negara Indonesia untuk  membangun jiwa terlebih dahulu, kemudian disusul dengan membangun badannya.  

Di stanza kedua, terdapat frasa yang berbunyi "Marilah Kita Mendoa, Indonesia Bahagia". Lirik ini memperlihatkan bahwa Indonesia adalah negara yang bertuhan. Lirik bermakna sebagai landasan spiritual dengan selalu mendoakan Indonesia yang bahagia.

Maka lanjutan lirik berikutnya adalah seruan agar "Sadarlah Budinya, Sadarlah Hatinya" yang bermakna masyarakat Indonesia senantiasa memiliki budi dan hati yang baik.

Terakhir, stanza ketiga, menekankan pada kalimat "Marilah Kita Berjanji, Indonesia Abadi." Kalimat ini menunjukkan tekad untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa dan negara yang terus ada selamanya, bukan hanya berusia seratus, dua ratus atau tiga ratus tahun saja.

Adapun lirik lanjutannya "Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah Putranya, Pulaunya, Lautnya, Semuanya," kembali memperlihatkan kuatnya landasan spritual bangsa Indonesia dan ajakan untuk mendoakan keselamatan seluruh Indonesia, yang tidak terbatas pada tanahnya saja, melainkah seluruh yang terkandung dalam Indonesia, meliputi tanah, laut, hingga luar angkasanya.

Dengan makna yang indah dan mendalam dalam lirik Indonesia Raya 3 stanza, maka sudah saatnya masyarakat Indonesia memperdengarkan Indonesia Raya 3 stanza dalam setiap kesempatan yang memungkinkan seperti diatur dalam Pasal 59 UU Nomor 24 tahun 2009. Langkah awal yang dilakukan adalah memperdengarkan Indonesia Raya 3 stanza dalam setiap kegiatan di institusi pemerintahan ataupun kegiatan kemasyarakatan.

Sekarang ini, selain PDI Perjuangan yang disebutkan oleh Megawati, institusi pemerintahan yang secara konsisten memperdengarkan Indonesia Raya dalam setiap kegiatannya baru Badan Pembinaan Ideologi Pancasilan (BPIP) atau institusi yang melaksanakan kegiatan bersama BPIP. (AHU)

Bekasi, 9 Februari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun