Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Indonesia: Vanuatu Bukan Representasi Papua

28 September 2020   07:30 Diperbarui: 29 September 2020   09:04 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diplomat Indionesia di PTRI New New York sedang sampaikan hak jawab via Youtube PBB

Dari sisi komunikasi diplomatik, pernyataan tegas tersebut juga menunjukkan sikap adaptif diplomat Indonesia dalam menerapkan komunikasi diplomatik guna meraih tujuan yang hendak dicapai.

Dalam kasus Vanuatu, tujuannya jelas yaitu meminta Vanuatu untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri Indonesia tanpa syarat.    

Penyampaian kata-kata tegas dan langsung ke sasaran merupakan bagian dari upaya untuk menghindari kemungkinan Vanuatu mempertentangkan atau menyangkalnya.

Narasi yang disampaikan terdengar bertenaga, tidak emosional, dan menggunakan intonasi yang stabil hingga terhindar dari kesalahan.

Komunikasi diplomatik yang adaptif juga pernah dilakukan ketika Indonesia menggunakan isu pelanggaran dan kekerasan terhadap perempuan di Vanuatu pada pertemuan di markas PBB di Jenewa, Swiss, pada tahun 2019

"Indonesia merekomendasikan pemerintah Vanuatu agar segera mengambil langkah memperbaiki hak perempuan dan mencegah tindak kekerasan pada perempuan sesuai dengan Konvensi Penghapusan Berbagai Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)," ujar seorang diplomat Indonesia di PTRI Jenewa.

Efektifkah komunikasi tersebut? Waktu lah yang akan menjawabnya.

Namun selama Vanuatu dan beberapa negara lain yang secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan di Papua yang di gagas oleh pemerintah kerajaan Belanda, maka hal tersebut merupakan pengkhianatan bagi persahabatan dengan Indonesia selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun