Dari sisi komunikasi diplomatik, pernyataan tegas tersebut juga menunjukkan sikap adaptif diplomat Indonesia dalam menerapkan komunikasi diplomatik guna meraih tujuan yang hendak dicapai.
Dalam kasus Vanuatu, tujuannya jelas yaitu meminta Vanuatu untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri Indonesia tanpa syarat. Â Â
Penyampaian kata-kata tegas dan langsung ke sasaran merupakan bagian dari upaya untuk menghindari kemungkinan Vanuatu mempertentangkan atau menyangkalnya.
Narasi yang disampaikan terdengar bertenaga, tidak emosional, dan menggunakan intonasi yang stabil hingga terhindar dari kesalahan.
Komunikasi diplomatik yang adaptif juga pernah dilakukan ketika Indonesia menggunakan isu pelanggaran dan kekerasan terhadap perempuan di Vanuatu pada pertemuan di markas PBB di Jenewa, Swiss, pada tahun 2019
"Indonesia merekomendasikan pemerintah Vanuatu agar segera mengambil langkah memperbaiki hak perempuan dan mencegah tindak kekerasan pada perempuan sesuai dengan Konvensi Penghapusan Berbagai Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)," ujar seorang diplomat Indonesia di PTRI Jenewa.
Efektifkah komunikasi tersebut? Waktu lah yang akan menjawabnya.
Namun selama Vanuatu dan beberapa negara lain yang secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan di Papua yang di gagas oleh pemerintah kerajaan Belanda, maka hal tersebut merupakan pengkhianatan bagi persahabatan dengan Indonesia selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H