Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pancasila dalam Segelas Kopi

12 Maret 2020   17:24 Diperbarui: 12 Maret 2020   17:16 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila adalah sebuah konsepsi yang lahir dari rahim bumi pertiwi. Adanya pancasila menjadi sebuah kanal bagi semua golongan untuk bisa bertemu dalam satu titik sinergitas memperjuangkan tujuan bangsanya yang berisi berbagai macam suku ada di dalamnya.

Para pendiri bangsa sepakat menjadikan Pancasila sebagai sebuah bentuk ideologi final untuk bisa bersatu. Sebelum berbentuk menjadi teks yang tercantum dalam konstitusi negara, Pancasila telah mewujud pada kehidupan sosial masyarakat dan suku-suku yang ada di Indonesia. Terbukti dengan adanya kata-kata yang ada pada kitab Sutasoma karangan Empu Tantular "Bhinneka tunggal ika".

Seiring perjalanan waktu, perbincangan mengenai Pancasila tidak terbatas di ruang tertutup tetapi kerap dibincangkan dalam pelbagai aktivitas sosial kemasyarakat dan kerap melibatkan kopi di dalamnya. Keberadaan kedai kopi pun berubah menjadi ruang publik untuk memupuk proses demokratisasi dan pembangunan peradaban.

Di kedai kopi terdapat tradisi untuk mencari obrolan dan membahas perkembangan situasi, kondisi, sosial, politik dan budaya. Terjadi interaksi antara penjual kopi dengan peminum kopi secara egaliter. Berbeda dengan tradisi minum teh yang cenderung lebih individual dan herbalistik, minum kopi memiliki daya eksotik dan menghadirkan sifat kultural dan expieriential.

Di kedai kopi kita  bisa duduk bersama, berdiskusi dan bekerjasama mewujudkan mimpi bersama sebagai rakyat Indonesia. Ide-ide kreatif dan gagasan yang bermanfaat timbul melalui secangkir kopi.

Secangkir kopi adalah sebuah penghangat dan penetralisir suasana agar tidak dingin juga tidak menjadi panas suasana yang terjadi di meja diskusi. Karena itu, sambil menyeruput kopi nusantara yang memiliki kualitas terbaik di dunia kita misalnya bisa menangkap makna filosofis bahwa, peradaban Nusantara ini begitu tinggi di hadapan pelbagai peradaban lainnya di dunia.  

Siapapun bebas menikmati kopi, baik kopi pahit maupun manis. Siapapun bebas mengaduk kopi dengan cara yang sama tanpa memperhatikan status sosial. Bahkan setiap tetesan kopi, menghantarkan para penikmat kopi pada rasa dan aroma egalitarian. Dan terkadang, ide dan gagasan muncul serta bertransformasi menjadi pikiran-pikiran segar, revolusioner dan bahkan melampui zaman.

Dari perbincangan di kedai kopi kita belajar menguatkan toleransi, demokrasi kita lebih substansial, keadaban yang kita tampak dalam kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian kedai kopi, tidak sekedar menjadi tempat berkumpul dan menyeruput kopi saja, tetapi saat ini kedai kopi telah menjadi tempat yang strategis dalam interaksi sosial. Dimana ide dan gagasan terjalin melalui segelas kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun