Daftar kelucuan sebenarnya bisa terus bertambah panjang jika kita telaten mendatanya satu per satu. Dari deretan daftar panjang lelucon Corona kiranya ada hal yang patut digarisbawahi yaitu lelucon-leucon tersebut sebenarnya tidak dimaksudkan sebagai lelucon. Lelucon-lelucon tersebut muncul karena kepasrahan menerima kenyataan yang tidak menyenangkan. Kondisinya mirip-mirip sebuah segmen acara komedi-situasi.
Menurut penulis naskah komedi Harison Haris dalam artikelnya di detik.com (11/3) "Virus Corona, Indonesia, dan Lelucon yang Tak Lucu", kelucuan tersebut muncul karena ingin menertawakan diri sendiri. Hal ini mirip yang dilakukan Almarhum Gus Dur yang sering mempraktikkan lelucon terkait dengan penglihatannya yang tidak normal.
Haris kemudian menceritakan penuturan Inayah Wahid pada haul ke-10 akhir tahun 2019 lalu. Inayah bercerita mengenai kebiasaan Gus Dur yang selalu memulai ceramah dengan mengucap salam. Bukan semata-mata beliau mengamalkan amalan sunah. lebih dari itu Gus Dur ingin tahu apakah ada yang datang atau tidak di acara ceramahnya. Pahit, karena Gus Dur memang punya masalah dalam urusan penglihatan. Tapi bikin kita mesam-mesem (bahkan ngakak) mendengar Gus Dur berucap itu.
Tak ada rasa kesal, karena Gus Dur tidak menyinggung siapapun. Gus Dur sedang menertawakan diri sendiri.
Menurut Haris, apa yang dilakukan Almarhum Gus Dur merupakan dark joke. Dark joke memang bukan sekadar joke biasa. Ia punya persyaratan ketat. Penyampai dark joke harus benar-benar memahami relasi kuasa jangan sampai jatuh pada situasi mengolok-olok korban. Juga memahami dengan baik topik yang disampaikan. Syarat lain adalah jangan sampai menabrak batas hingga ke jalur fakir empati. Dan, di atas semua itu tak ada niat buruk!
Ekstremnya, dark joke baru sah bila penyampainya adalah korban atau mewakili suara korban. Karena bagi para korban, dark joke bukan hanya sekadar merebut argumentasi dan narasi atas peristiwa dan pengalaman tertentu. Ia juga berfungsi mendefinisikan dan memberdayakan diri sendiri hingga lepas dari trauma.
Dalam kaitan ini, munculnya Corona garis lucu dipandang sebagai bagian dari upaya anggota masyarakat untuk menguatkan diri sendiri dan lepas dari trauma ancaman penyebarluasan virus Corona melalui cerita, gambar-gambar, meme, video pendek dan sebagainya. Salah satu contohnya adalah cerita Ipeh dan Aa.
Beragam lelucon yang muncul tersebut menunjukkan pentingnya tertawa bagi orang dewasa. Menurut penelitian, mengawali hari dengan senyum dan tertawa selama 15 menit bisa menjadi terapi fisik dan psikis untuk lebih bersemangat melakukan aktivitas dan menyegarkan pikiran sepanjang hari. Â
Penelitian juga membuktikan bahwa lelucon, tersenyum dan tertawa baik untuk kesehatan, baik fisik maupun mental. Dengan tertawa kita bisa menghilangkan stress dan mencegah sekitar 70 % penyakit. Ini membuktikan bahwa hati yang senang dan pikiran yang tenang akan menstimulasi kesehatan badan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H