Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Corona Garis Lucu

6 Maret 2020   06:29 Diperbarui: 6 Maret 2020   12:13 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Corona Garis :Lucu

Daftar kelucuan sebenarnya bisa terus bertambah panjang jika kita telaten mendatanya satu per satu. Dari deretan daftar panjang lelucon Corona kiranya ada hal yang patut digarisbawahi yaitu lelucon-leucon tersebut sebenarnya tidak dimaksudkan sebagai lelucon. Lelucon-lelucon tersebut muncul karena kepasrahan menerima kenyataan yang tidak menyenangkan. Kondisinya mirip-mirip sebuah segmen acara komedi-situasi.

Menurut penulis naskah komedi Harison Haris dalam artikelnya di detik.com (11/3) "Virus Corona, Indonesia, dan Lelucon yang Tak Lucu", kelucuan tersebut muncul karena ingin menertawakan diri sendiri. Hal ini mirip yang dilakukan Almarhum Gus Dur yang sering mempraktikkan lelucon terkait dengan penglihatannya yang tidak normal.

Haris kemudian menceritakan penuturan Inayah Wahid pada haul ke-10 akhir tahun 2019 lalu. Inayah bercerita mengenai kebiasaan Gus Dur yang selalu memulai ceramah dengan mengucap salam. Bukan semata-mata beliau mengamalkan amalan sunah. lebih dari itu Gus Dur ingin tahu apakah ada yang datang atau tidak di acara ceramahnya. Pahit, karena Gus Dur memang punya masalah dalam urusan penglihatan. Tapi bikin kita mesam-mesem (bahkan ngakak) mendengar Gus Dur berucap itu.

Tak ada rasa kesal, karena Gus Dur tidak menyinggung siapapun. Gus Dur sedang menertawakan diri sendiri.

Menurut Haris, apa yang dilakukan Almarhum Gus Dur merupakan dark joke. Dark joke memang bukan sekadar joke biasa. Ia punya persyaratan ketat. Penyampai dark joke harus benar-benar memahami relasi kuasa jangan sampai jatuh pada situasi mengolok-olok korban. Juga memahami dengan baik topik yang disampaikan. Syarat lain adalah jangan sampai menabrak batas hingga ke jalur fakir empati. Dan, di atas semua itu tak ada niat buruk!

Ekstremnya, dark joke baru sah bila penyampainya adalah korban atau mewakili suara korban. Karena bagi para korban, dark joke bukan hanya sekadar merebut argumentasi dan narasi atas peristiwa dan pengalaman tertentu. Ia juga berfungsi mendefinisikan dan memberdayakan diri sendiri hingga lepas dari trauma.

Dalam kaitan ini, munculnya Corona garis lucu dipandang sebagai bagian dari upaya anggota masyarakat untuk menguatkan diri sendiri dan lepas dari trauma ancaman penyebarluasan virus Corona melalui cerita, gambar-gambar, meme, video pendek dan sebagainya. Salah satu contohnya adalah cerita Ipeh dan Aa.

Beragam lelucon yang muncul tersebut menunjukkan pentingnya tertawa bagi orang dewasa. Menurut penelitian, mengawali hari dengan senyum dan tertawa selama 15 menit bisa menjadi terapi fisik dan psikis untuk lebih bersemangat melakukan aktivitas dan menyegarkan pikiran sepanjang hari.  

Penelitian juga membuktikan bahwa lelucon, tersenyum dan tertawa baik untuk kesehatan, baik fisik maupun mental. Dengan tertawa kita bisa menghilangkan stress dan mencegah sekitar 70 % penyakit. Ini membuktikan bahwa hati yang senang dan pikiran yang tenang akan menstimulasi kesehatan badan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun