Di Jakarta misalnya, diceritakan mengenai sejarah Klenteng Toapekong Ancol atau Vihara Bahtera Bhakti Ancol yang didirikan sekitar tahun 1650 Masehi. Tempat ibadah umat Budha yang masih berdiri kokoh ini menjadi saksi hubungan baik Tiongkok - Pasundan di tepi Pantai Ancol.
Klenteng tersebut menjadi tempat peribadatan umat Budha, Khonghucu, Tao, sekaligus tempat ziarah bagi umat Islam di Betawi tempo dulu dan kini. Penyebabnya adalah adanya sejumlah makam tokoh Sunda yang beragama Islam di dalam lokasi klenteng.Â
Menurut tim penulis, hal tersebut membuktikan bahwa klenteng tersebut menjadi wadah bersatunya unsur Islam dan non-Islam. Klenteng bukan hanya tempat untuk beribadah, tempat orang berziarah ke kuburan orang Muslim, tetapi juga sebagai wadah persatuan antara unsur-unsur beragama di dalamnya. Islam dan penganut Buddha, Islam dan penganut Konghucu dapat saling bekerja sama satu dengan yang lainnya.
Di Bangka Belitung, masyarakat lintas iman yang rukun dan damai diperlihatkan antara masyarakat Melayu yang beragama Islam dengan masyarakat pendatang keturunan Tionghoa.Â
Hal ini tidak terlepas dari memori kolektif yang terpahat dalam sejarah Bangka, dimana orang-orang Melayu, dalam hal ini diwakili Depati Amir, bisa bekerja sama dengan para buruh tambang Tionghoa dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan.
Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang tengah dihadapkan pada beragam cobaan  dan terkotak-kotak karena pilihan politik pemilihan presiden, kehadiran buku "Permata Dari Surga: Potret Kehidupan Beragama di Indonesia" menjadi sangat penting dan bermanfaat sebagai salah satu referensi dalam memahami potret kerukunan dan keberagaman di Indonesia.Â
Potret tentang Indonesia sebagai negara multietnis dan multikultural dimana masyarakatnya memandang perbedaan itu indah dan bagian inheren dalam kehidupan yang perlu dipelihara.
Melalui buku ini kita juga bisa memahami bahwa Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara merupakan aktualisasi nilai-nilai dari kebutuhan untuk memelihara kerukunan dalam bangsa yang multikultural. Nilai-nilai tersebut hidup dalam keseharian masyarakat Indonesia dan tetap mesti dipelihara dari hari ke hari.
Karena itu, pengembangan budaya dialog, toleransi serta saling memahami antar umat beragama dan antar peradaban menjadi hal yang patut diperhatikan dan terus dikembangkan.Â
Hal ini perlu untuk menghilangkan kecurigaan dan kesalahpahaman antar agama dan budaya, dan mempromosikan harmoni serta kerjasama di tengah-tengah perbedaan dan keanekaragamaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H