Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Permata dari Surga" Potret Kehidupan Beragama di Indonesia

14 Maret 2019   07:50 Diperbarui: 14 Maret 2019   08:06 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Wamenlu AM Fachir / Foto pribadi

Di Jakarta misalnya, diceritakan mengenai sejarah Klenteng Toapekong Ancol atau Vihara Bahtera Bhakti Ancol yang didirikan sekitar tahun 1650 Masehi. Tempat ibadah umat Budha yang masih berdiri kokoh ini menjadi saksi hubungan baik Tiongkok - Pasundan di tepi Pantai Ancol.

Klenteng tersebut menjadi tempat peribadatan umat Budha, Khonghucu, Tao, sekaligus tempat ziarah bagi umat Islam di Betawi tempo dulu dan kini. Penyebabnya adalah adanya sejumlah makam tokoh Sunda yang beragama Islam di dalam lokasi klenteng. 

Menurut tim penulis, hal tersebut membuktikan bahwa klenteng tersebut menjadi wadah bersatunya unsur Islam dan non-Islam. Klenteng bukan hanya tempat untuk beribadah, tempat orang berziarah ke kuburan orang Muslim, tetapi juga sebagai wadah persatuan antara unsur-unsur beragama di dalamnya. Islam dan penganut Buddha, Islam dan penganut Konghucu dapat saling bekerja sama satu dengan yang lainnya.

Di Bangka Belitung, masyarakat lintas iman yang rukun dan damai diperlihatkan antara masyarakat Melayu yang beragama Islam dengan masyarakat pendatang keturunan Tionghoa. 

Hal ini tidak terlepas dari memori kolektif yang terpahat dalam sejarah Bangka, dimana orang-orang Melayu, dalam hal ini diwakili Depati Amir, bisa bekerja sama dengan para buruh tambang Tionghoa dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan.

Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang tengah dihadapkan pada beragam cobaan  dan terkotak-kotak karena pilihan politik pemilihan presiden, kehadiran buku "Permata Dari Surga: Potret Kehidupan Beragama di Indonesia" menjadi sangat penting dan bermanfaat sebagai salah satu referensi dalam memahami potret kerukunan dan keberagaman di Indonesia. 

Potret tentang Indonesia sebagai negara multietnis dan multikultural dimana masyarakatnya memandang perbedaan itu indah dan bagian inheren dalam kehidupan yang perlu dipelihara.

Melalui buku ini kita juga bisa memahami bahwa Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara merupakan aktualisasi nilai-nilai dari kebutuhan untuk memelihara kerukunan dalam bangsa yang multikultural. Nilai-nilai tersebut hidup dalam keseharian masyarakat Indonesia dan tetap mesti dipelihara dari hari ke hari.

Karena itu, pengembangan budaya dialog, toleransi serta saling memahami antar umat beragama dan antar peradaban menjadi hal yang patut diperhatikan dan terus dikembangkan. 

Hal ini perlu untuk menghilangkan kecurigaan dan kesalahpahaman antar agama dan budaya, dan mempromosikan harmoni serta kerjasama di tengah-tengah perbedaan dan keanekaragamaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun