Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menikmati Demokrasi ala Tacos

2 Februari 2019   07:51 Diperbarui: 2 Februari 2019   13:34 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tacos de camarones / foto Aris Heru Utomo

Awalnya taco banyak dikonsumsi masyarakat di daerah pedesaan Meksiko saat para istri membawa makanan suaminya ke ladang yang dibungkus tortilla. Taco kemudian berkembang di perkotaan ketika banyak orang desa yang bermigrasi ke kota, khususnya di Mexico City, pada abad ke-20.

Dalam perkembangannya, taco yang pada awalnya hanya tortilla isi ikan (tacos de pescado) atau udang (tascos de camarones), berkembang menjadi taco dengan isi daging aneka ragam, mulai daging babi cincang dicampur dengan jus dan irisan nanas, daging sapi cincang dan bistik, hingga daging domba. 

Selain itu ada pula taco berisi potongan lidah, bibir dan mata babi, sapi atau domba. Saus yang digunakan pun beraneka ragam, mulai dari guacamole (alpukat dicampur bawang bombang dan garam) hingga tomat dipotong kecil-kecil dicampur bawang.

Di Mexico City banyak dijumpai tempat menjual taco atau taquerias khas dari berbagai daerah di Meksiko dengan jenis dan topping yang bervariasi seperti daging, ikan, udang, alpukat, aneka sayuran, bawang bombay dan sebagainya. 

Tempat penjualan pun mulai dari restoran besar dan kecil hingga warung kaki lima dengan konsumen yang tidak memandang strata sosial, kaya ataupun miskin menyantap taco.

Dari sekian banyak taquerias di Mexico City, salah satu tempat yang kerap saya kunjungi adalah Pasar Sabtu yang biasa disebut Tianguis di kawasan Park Lincon, Colonia Polanco, tidak jauh dari tempat saya tinggal. 

Di tempat ini terdapat banyak warung tenda kaki lima yang menjajakan aneka ragam taco, salah satunya adalah taco de camarones seharga 25 Pesos per buah.

Di Tianguis, tortilla untuk taco biasanya langsung dipanggang ditempat sehingga kelembutan dan kehangatannya sangat terasa. Melihat sepintas cara penjual taco memanggang tortillas sepertinya mudah. 

Adonan tortillas yang sudah dibentuk pipih tinggal diletakkan di atas panggangan dan diangkat saat sudah terlihat agak kering. Namun dalam prakteknya ternyata tidak semudah yang diperkirakan. 

Saya pernah beberapa kali ikutan mencoba memanggang tortilla basah di atas panggangan lebar, namun seringkali gagal saat meletakkannya. Tortilla yang saya letakkan kerap sobek dan berantakan saat diletakkan. 

Beberapa taco yang populer di masyarakat antara lain adalah tacos al pastor atau tacos de adobada (taco yang berisikan potongan daging babi panggang yang sudah dibumbui), Tacos de asador (taco berisikan daging saping panggang), Tacos de tripita (berisikan daging panggang garing), Corizo asado (taco berisi sosis tradisional Spanyol yang disebut chorizo). Masing-masing ditambah dengan guacamole, salsa, bawang, dan ketumbar (ketumbar).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun