Berkunjung ke suatu kota dan berkeliling menggunakan kendaraan pribadi sepertinya sudah biasa. Akan terasa berbeda jika kita menggunakan kendaraan khas di kota tersebut untuk berkeliling dari satu tempat ke tempat lain dan melihat-lihat pemandangan di sekitarnya.Â
Hal ini yang saya lakukan ketika pada 25 Januari 2019 lalu berkunjung ke Taxco de Alarcon atau disingkat Taxco (dibaca Tasko), sebuah kota tua di negara bagian Guerrrero, sekitar 170 km sebelah Barat Daya Mexico City.
Di Taxco terdapat kendaraan angkutan umum taksi yang kerap berseliweran menyusuri jalan-jalan sempit dan berliku serta menanjak dan menurun, kendaraan tersebut adalah taksi Volkswagen Beetle atau akrab disebut VW Kodok.Â
Ratusan VW Kodok berwarna putih dengan tulisan "Taxi" di atas kendaraan dan lingkaran merah bertulisan nama perusahaan taksi di pintu kendaraan berseliweran berbaur dengan VW Kodok milik pribadi berwarna-warni seperti merah, hitam, hijau, biru ataupun kuning.
Pertama kali diproduksi pada tahun 1938, atas permintaan Adolf Hitler guna memenuhi kebutuhan kendaraan murah bagi masyarakat Jerman.
Produksi VW Kodok dihentikan seiring dengan terus menurunnya penjualan VW Kodok yang terbilang drastis menjelang tahun 2000-an dan rencana pabrikan VW untuk memusatkan perhatian pada pengembangan mobil listrik. Â
Pada masa keemasannya, VW Kodok pernah diproduksi besar-besaran di Mexico City dan bahkan sempat dijadikan armada taksi sekaligus menjadi ciri khas salah satu alat transportasi massal.Â
Namun sejak dihentikannya produksi VW Kodok pada tahun 2003, Pemerintah Mexico City pun kemudian mulai meminta perusahaan taksi menggunakan kendaraan empat pintu sebagai armada baru. Sejak itu taksi VW Kodok di Mexico City pun perlahan mulai menghilang digantikan armada taksi berpintu empat atau Uber.
Sejak tersingkir sebagai angkutan umum dari jalan raya Mexico City, lantas kemana VW Kodok yang masih berjalan dengan baik tersebut? Salah satu jawabannya adalah ke Taxco seperti disinggung di atas. Di kota ini VW Kodok masih sangat banyak digunakan sebagai taksi, meski beberapa kendaraan baru sudah mulai menggantikan.
Di kota tua yang pada tahun 1440 pernah menjadi tempat tinggal mayoritas penduduk Bangsa Aztec dan kemudian dikembangkan oleh Rodrigo de Castaneda dari Spanyol sejak tahun 1529 sebagai kota penghasil tambang perak terbesar di Meksiko, VW Kodok masih dipandang sebagai kendaraan yang cocok untuk melintasi jalan-jalan kota yang sempit dan berliku serta penuh tanjakan dan turunan dengan kemiringan hingga 45 derajat.
Taxco yang dibangun di lereng sebuah gunung, memang memiliki kontur tanah yang mendaki dengan akses sepanjang beberapa jalan yang sangat sempit, curam, dan berbatu. Banyak di antaranya adalah lalu lintas dua arah tetapi sebenarnya hanya muat untuk satu file mobil.Â
Dengan kondisi kota seperti ini hanya mobil kecil, murah, tangguh, dan gesit yang bisa melintasi jalan seperti itu. Di sini VW Kodok kemudian hadir dan bertahan, tidak hanya mampu masuk dan keluar melalui celah yang sangat sempit, tetapi juga bisa mendaki di tanjakan tajam.
Untuk bisa menaiki taksi VW Kodok, penumpang mesti membayar tarif awal sebesar 27 pesos seperti tertera di meteran taksi, besaran ongkos selanjutnya tergantung jarak tempuh.Â
Namun untuk kepraktisan, kami memilih untuk langsung tawar menawar secara borongan dengan sopir taksi yang sedang mangkal di dekat alun-alun (Zocalo) dan menyebutkan tujuan kami ke puncak gunung dimana terdapat patung raksasa Yesus.Â
Awalnya si pengemudi menawarkan harga 150 pesos (sekitar 112 rubu rupiah) pergi pulang Zocalo -- Patung Raksasa Yesus, dengan satu kendaraan bisa memuat tiga orang penumpang. Setelah tawar menawar, akhirnya pengemudi taksi yang bernama Raul Martinez sepakat dengan tarif sebesar 120 pesos.
Setelah cocok dengan tarif, Raul yang berperawakan agak gemuk dan terlihat ramah langsung mempersilahkan kami menaiki VW Kodoknya. Setelah siap, kami pun segera meluncur melewati jalan-jalan kecil di Taxco.Â
Tidak jarang VW kodok kami mesti menepi saat berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan.
Raul yang telihat sudah sangat berpengalaman, dengan santai mengemudikan kendaraannya sambil melayani pertanyaan kami dan sesekali ngobrol dengan rekannya lewat telepon genggam.Â
Tidak terlihat kesan khawatir kendaraannya akan bersenggolan dengan kendaraan lain atau menyerempet orang yang di pinggir jalan.
Saat berangkat menuju puncak gunung, sensasi naik VW kodok belum terasa karena jalan batu dan mendaki tidak memungkinan kendaraan untuk dipacu maksimal.Â
Saat turun dari gunung, barulah sensasi luar biasa terasakan. Raul benar-benar membuat jantung kami berpacu kencang dan membawa kami seperti sedang berada dalam acara balap mobil di film "Fast and Furious".
Raul menyetir kendaraannya dengan kecepatan tinggi seolah tanpa rem di jalan menurun. Berbeda dengan jalur keberangkatan yang memutar dengan pendakian terkesan tidak terlalu tajam, maka saat turun yang ditempuh adalah jalur pintas berupa jalan berkelok, sempit dan curam dengan kemiringan sekitar 45 derajat serta hanya dapat dilalui satu kendaraan.Â
Hanya pengemudi yang memiliki ketrampilan tinggi yang saja yang bisa melewati jalan seperti itu dan ketrampilan tersebut dimiliki Raul.
Raul hanya tertawa-tawa senang ketika diantara kami ada yang berteriak ketakutan saat kendaraan meluncur turun. Menurut Raul, hampir setiap hari ia melewati jalan ini sehingga hapal setiap sudut jalan.Â
Dan menurutnya, penumpang tidak perlu khawatir karena ia selalu memeriksa kesiapan dan kondisi kendaraan yang dibawanya, terutama gas dan remnya. Ia selalu berupaya memastikan bahwa remnya tidak blong.
Sekitar 25 menit kami diajak menikmati sensasi menumpang VW Kodok di Taxco. Sebuah sensasi yang tidak bisa didapat di Mexico City.Â
Selain VW Kodok tidak boleh lagi berseliweran sebagai angkutan umum, di ibu kota Meksiko ini juga tidak banyak banyak jalan yang mendaki dan menurun. Kalaupun ada, bukan jalan sempit dan berkelok serta berbatu, namun jalan lebar dan mulus beraspal. Â
Mexico City, 29 januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H