Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pemberontak Papua dan Terorisme yang Didukung Negara

10 Desember 2018   20:37 Diperbarui: 11 Desember 2018   05:14 2916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan rahasia lagi bahwa beberapa negara di Pasifik seperti Vanuatu, Marshall Island dan Tuvalu secara terang-terangan mendukung kegiatan separatisme di Papua. Ketiga negara tersebut setiap tahun selalu mengusik Indonesia di forum PBB. Ketiga negara itu menuduh pemerintah Indonesia melakukan pelanggaran HAM (PBB) di Papua Barat dan menyuarakan dukungan untuk separatis kelompok Papua Merdeka. 

Di luar ketiga negara tersebut, terdapat beberapa negara atau kelompok yang secara diam-diam mendukung gerakan separatis Papua dengan tujuan politik dan ekonomi.

Menghadapi tudingan terbuka dari beberapa negara Pasifik tersebut di forum PBB, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) secara konsisten dan tegas melakukan pembelaan dan sanggahan pada setiap kesempatan. Bukan hanya itu, Kemlu juga melakukan penggalangan ke negara-negara atau kelompok yang diduga berpotensi memberikan dukungan bagi gerakan separatis Papua.

Namun seperti pernyataan mantan Sekjen PBB Kofi Annan "You can do a lot with diplomacy, but with diplomacy backed up by force you can get a lot more done",  maka kiranya langkah diplomasi yang dilakukan Kemlu di berbagai forum internasional perlu didukung kekuatan nyata berupa penegakan kedaulatan di dalam negeri. Penumpasan oleh negara terhadap mereka mestinya tidak lagi bersifat 'penegakan hukum', tetapi penegakan kedaulatan dan perlindungan hak asasi manusia.

Operasi militer komprehensif menjadi satu-satunya opsi yg dimiliki oleh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan dengan menumpas kelompok separatis Papua tersebut. Kurang dari itu, bisa diartikan pembiaran atau bahkan kelemahan.

Pemerintah RI tidak perlu lagi merasa gamang dalam penangannya. Tidak perlu lagi berkepanjangan memperdebatkan kegiatan pemberontak sebagai tindak kriminal yang tidak elok atau kekhawatiran akan dituduh melakukan pelanggaran HAM. 

Pernyataan juru bicara TPNPB-OPM bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah upaya untuk memerdekakan Papua jelas merupakan tindakan separatis. Karena itu, untuk mewujudkan slogan "NKRI harga mati" maka tidak terdapat pilihan lain selain menumpas separatisme. 

Untuk dapat melakukan hal tersebut, jelas bukan semata tugas dan tanggung jawab Polisi yang terbatas  untuk menjaga keamanan negara tetapi sudah merupakan tugas dan tanggung jawab bersama TNI untuk menjaga ketahanan negara.

Pernyataan Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Martuani Sormin bahwa Nduga merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Papua yang sebagian warganya menolak kehadiran TNI dan Polri justru menjadi dasar memperkuat kehadiran TNI-Polri dan melakukan operasi militer komprehensif dan berkelanjutan disana. Negara tidak boleh kalah oleh teroris dan gerakan separatis. Kita tidak mesti menunggu jatuhnya korban lagi untuk melakukan hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun