Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketika Mereka yang Termarjinalkan Bergembira lewat Sepak Bola

18 November 2018   10:39 Diperbarui: 18 November 2018   22:46 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama tim.Indonesia di Zocalo, centrumnya MexiCo Citu /photo dok/pri

Kejuaraan piala dunia sepak bola jalanan (street football) atau Homeless World Cup (HWC) tahunan digelar di Mexico City pada 13-18 November 2018.

Ini adalah untuk kedua kalinya Meksiko menjadi tuan rumah sepak bola bagi tuna wisma dan orang-orang yang termarjinalkan, setelah penyelenggaraan pada tahun 2012. HWC tahun ini diikuti oleh 42 negara untuk kategori tim pria/campuran dan 16 negara untuk kategori tim wanita.

Jika memperhatikan terminologi homeless atau tuna wisma, jangan mengira jika peserta HWC hanya berasal dari negara-negara berkembang atau terbelakang dimana banyak warganya yang tuna wisma. Karena peserta yang hadir ternyata juga berasal dari negara-negara maju seperti AS, Perancis, Inggris, Jerman, Swedia, Finlandia, bahkan Swiss.

Hal tersebut menunjukkan bahwa di negara-negara maju pun tuna wisma masih ada. Bahkan dengan diperluasnya kriteria peserta yang mencakup mantan pecandu narkoba maka jumlah negara peserta pun tidak terbatas pada negara-negara yang masih memiliki tuna wisma dan marjinal.

Bagi Indonesia, keikutsertaan dalam kejuaraan dunia kali ini adalah untuk yang ke delapan kalinya.  Tim Indonesia untuk HWC 2018 di Meksiko turun di kategori tim pria/campuran dan terdiri dari delapan pemain yang didampingi seorang manajer dan pelatih.

Kedelapan pemain merupakan hasil seleksi yang diikuti 70 peserta dari sejumlah provinsi, yaitu Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali. Mereka adalah  Rizal Ferdian Somawijaya, Eva Dewi Rahmadiani, Moh Fajar Priatna, Dego Z.A, Samsul Rizal, Adam Riyaldi, Yandi Abdul Rajab dan Miftah Ul Maarif.

Delapan pemain ini berasal dari organisasi dan LSM mitra Rumah Cemara dalam program pengembangan olahraga untuk perubahan sosial. Dari delapan pemain, Eva Dewi asal Bandung merupakan satu-satunua perempuan, mantan pengguna narkoba dan diketahui sebagai penderita AIDS/HIV.

Ditemui di sela-sela kejuaraan, manajer Tim Indonesia Yana Suryana mengatakan bahwa para  pemain dipilih karena motivasi individu  untuk menggunakan kesempatan ini sebagai salah satu cara dalam membuat perubahan dalam kehidupan individualnya. 

Ditambahkan oleh Yana bahwa untuk pertama kalinya, tim Indonesia melibatkan pemain perempuan dalam tim dan berkompetisi dalam kategori pria/campuran. Menurut Yana, keterlibatan perempuan dalam olahraga menjadi salah satu program Rumah Cemara untuk memberikan kesempatan sama bagi siapapun untuk terlibat, tanpa memandang jenis kelamin dan latar belakang apapun.

Hingga sehari menjelang penutupan tanggal 18 November 2018, prestasi tim Indonesia cukup menggembirakan karena berhasil masuk babak final perebutan Piala Carlos Slim Foundation (piala yang diperebutkan oleh tim yang menduduki urutan 9-16). 

Indonesia  belum berhasil masuk ke babak perebutan piala utama ( Piala HWC) karena pada babak kualifikasi di group B menduduki urutan ke-3 di bawah Brasil dan Afrika Selatan. Dengan urutan tersebut, Indonesia betada di luar delapan besar.  

Di final Piala Carlos Slim Foundation yang akan berlangsun tanggal 18 November 2018 pukul 13.40 waktu Meksiko (lebih lambat 13 jam dibandingkan WIB), Indonesia akan berhadapan dengan Rusia. Jika menang, bukan saja mendapatkan Piala Carlos Slim, tim Indonesia memastikan berada pada urutan ke-9 dunia.

Terlepas dari hasil akhir nanti, keikutsertaan Indonesia dalam HWC dan apa yang sudah diraih sejauh ini pada dasarnya sudah merupakan  keberhasilan tersendiri. Sepeti dikatakan Yana, para pemain sudah memperlihatkan permainan terbaiknya dan perubahan  dalam hidupnya, mulai dari hal-hal yang yang terlihat sederhana.

Contoh, seorang pemain yang berasal dari anak jalanan yang kerap tidak mengenal tata krama, mulai mencium tangan orang tuanya saat pamit pergi berlatih bola.

Mengenai hal ini, saya merasakannya sendiri ketika para pemain menyalami saya, bukan sekedar menyalami tetapi juga membungkuk seperti hendak mencium tangan saya. Selain itu ada pemain yang berhasil kuliah dan mendapat beasiswa bidik misi. 

Bahwa hasil akhir bukan segalanya juga dikatakan Eva yang merupakan satu-satunya pemain perempuan di tim Indonesia. Ia sudah cukup bergembira dapat mengikuti kejuaraan dunia yang hanya bisa diikuti sekali seumur hidup.

Tahun 2013 Eva pernah ikut seleksi dan lulus menjadi salah seorang pemain yang akan mengikuti HWC di Polandia. Tapi batal berangkat karena jumlah anggota tim perempuan kurang. Karena itu ia sangat.senang bisa menjadi anggota tim Indonesia kali ini meski bukan di tim khusus perempuan.

Bukan hanya itu, bagi Eva, sepak bola adalah upaya untuk menjadi orang yang lebih baik untuk diri dan keluarganya. Bermain bola adalah untuk menjaga kesehatannya, terlebih sepak bola adalah permainan yang membutuhkan fisik dan pikiran yang cepat dalam bertindak. Dan yang tidak kalah penting "menjadi wanita bukanlah halangan (untuk bermain bola)."

Terkait alasan dipilihnya sepak bola jalanan untuk membina mereka yang termarjinalkan, Homeless Foundation yang menyelenggarakan kegiatan tampaknya melihat bahwa sepakbola adalah olah raga populer dan mudah dimainkan di tempat yang tidak terlalu luas, bahkan di jalanan. 

Aturan bermainnya pun bisa dibuat sederhana yaitu hanya dimainkan oleh empat pemain saja setiap timnya dan waktu bermain singkat, hanya 2 x 7 menit dan jeda 1 menit, dan bisa dimainkan pria dan wanita dalam satu tim.

Yang tidak kalah penting, guna memberikan kesempatan bagi sebanyak mungkin tuna wisma dan mantan pecandu narkoba untuk terlibat dalam HWC, maka setiap pemain hanya boleh ikut sekali seumur hidup. Kecuali si pemain tersebut berganti profesi sebagai pelatih atau manajer tim.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun