Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Bohemian Rhapsody" dan Kisah Vokalis Gay

13 November 2018   07:09 Diperbarui: 13 November 2018   20:45 3611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soal tafsiran lagu Bohemian Rhapsody, misalnya. Meski digambarkan proses kreatif lahirnya lagu tersebut di studio, tapi tidak muncul perdebatan atau diskusi mengenai makna kata-kata yang digunakan dalam lagu tersebut seperti Bismillah, Galileo, Figaro, Scaramouche hingga Fandango.

Meski Freddie Mercury kini sudah tiada, sisa personil Queen seperti Brian May tampaknya tetap ingin merahasiakan makna lagu tersebut lewat film. Di media massa pun Brian May hanya mengatakan bahwa lagu tersebut terkait dengan trauma personal Freddie Mercury.

Terkait perilaku seksual Freddie Mercury yang akhirnya menjadi LGBT, film Bohemian Rhapsody menceritakan bahwa meski kerap berpenampilan nyentrik dan bergaya gemulai di panggung, tapi awalnya Freddie adalah lelaki normal dan punya kekasih bernama Mary Austin yang sudah tinggal bersama sejak ia memulai karir pada 1970.

Barulah pada tahun 1976 Freddie Mercury mengakui penyimpangan seksualnya sebagai gay dan sejak itu hubungannya sebagai sepasang kekasih dengan Mary Austin putus, meski tetap berhubungan sebagai teman.

Namun yang mengherankan, ketiga personil Queen lainnya seolah tidak mengetahui awal penyimpangan perilaku seksual Freddie Mercury.

Ketiganya bahkan tidak menyinggung hubungan khusus Freddie Mercury dengan manajer pribadinya yang ternyata seorang gay dan yang menjadikan Freddie Mercury seorang biseksual. Padahal di film ada penggambaran soal hubungan sesama jenis antara Freddie Mercury dan Paul Prenter.

Ketiga temannya digambarkan hanya mempersoalkan sikap Freddie Mercury yang kerap datang terlambat saat latihan, suka berpesta dan mabuk-mabukan serta kemudian memilih untuk bersolo karir beberapa waktu. Padahal perubahan perilaku biseksual inilah yang antara lain sangat mempengaruhi perubahan perilaku Freddie Mercury secara keseluruhan, baik terhadap Queen ataupun Mary.

Lebih mengherankan lagi adalah penggambaran mengenai sikap ketiga rekannya yang tidak kaget, meski bersedih, ketika Freddie Mercury mengakui bahwa ia terkena AIDS saat latihan menjelang konser LIVE AID 1985. Tidak ada gambaran sikap yang mempertanyakan kenapa Freddie Mercury bisa tertular AIDS, sejak kapan dan siapa yang menularkan. Sama seperti halnya perubahan nama grup band menjadi Queen, lagi-lagi ketiga rekannya seperti langsung memaklumi kondisi Freddie Mercury tertular AIDS.

Sepertinya kedua personil Queen yang menggagas film ini, Brian May dan Roger Taylor, tidak ingin menimbulkan polemik soal LGBT atau menyampaikan pesan moral soal LGBT lewat film ini. Dalam pandangan mereka, LGBT adalah perilaku yang lazim di banyak negara, salah satunya di Meksiko. 

Di Mexico City misalnya, pemandangan gay berciuman bibir di tempat terbuka sudah jadi pemandangan lazim. Karena itu, mereka berdua sepertinya lebih memilih untuk tetap fokus untuk menjadikan film Bohemian Rhapsody sebagai film biopik kisah perjalanan Queen selama 15 tahun daripada sebuah film anti AIDS. Bahwa ada gambaran perilaku seksual yang menyimpang dari Freddie Mercury dan mengakibatkannya tertular penyakit AIDS sepertinya merupakan fakta yang tidak bisa dihilangkan karena fans Queen sudah mengetahuinya. Kalau ditiadakan justru terlihat aneh.

Akhirnya, Brian May dan Roger Taylor sepertinya juga tidak ingin melukai perasaan Freddie Mercury di alam sana dan menghormati pendapatnya untuk menjadi performer, bukan tokoh gerakan anti AIDS apalagi politisi. 'I have no time to be an AIDS poster boy. I want to be a performer in the time left with me," begitu kata Freddie Mercury menjelang akhir hayatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun