Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menikmati Warisan Kekayaan Sang Proklamator Kemerdekaan RI

8 Agustus 2016   05:50 Diperbarui: 8 Agustus 2016   07:28 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Diri PAngeran Diponegoro karya Sudjono Abdullah 1947

Saya langsung berdecak kagum melihat keindahan karya Raden Saleh dan detail teknis yang luar biasa. Bagaimana setiap elemen yang ada di lukisan digarap telaten, bahkan hingga lampu kaca yang tergantung di bangunan menjadi terlkiat berkilau. Saya juga kagum dengan sikap politik Raden Saleh, yang meski membuat lukisan tersebut di Belanda, namun ia tetap memperlihatkan perlawanannya terhadap Pemerintah Belanda dengan antara lain menggambar sosok Jenderal de Kock secara tidak proporsional dan sikap tubuh Pangeran Diponegoro yang seolah menantang.

Sementara itu di sub tema berikutnya yaitu sub tema kondisi sosial masyarakat masa revolusi dapat dijumpai lukisan yang sarat akan kritik sosial dan menggambarkan kepedihan masa revolusi Indonesia. Beberapa lukisan seperti "Awan Berarak Jalan Bersimpang" dan "Biografi II di Malioboro" karya Harijadi Sumadidjaja, "Di Depan Kelambu Terbuka" dan “Kawan-kawan Revolusi” karya S Sudjojono, serta tentu saja lukisan berjudul "Rini" karya Soekarno.

Lukisan iconic dari kelompok ini adalah lukisan “Kawan-kawan Revolusi” karya S. Sudjojono dan “Rini” karya Soekarno. Lukisan “Kawan-kawan Revolusi” yang dibuat pada 1947 menjadi iconic karena berhasil menggambarkan wajah-wajah para pejuang dan simpatisan pejuang terlihat penuh semangat. Lukisan ini menjadi favorit Soekarno dan terpilih sebagai cover buku “Di Bawah Bendera Revolusi”.

Sementara lukisan “Rini” karya Presiden Soekarno berhasil membentot perhatian karena lukisan tersebut memperlihatkan bukti keahlian seorang Bung Karno dalam melukis. Meski sketsa awal dibuat oleh pelukis Dullah, namun penyelesaian keseluruhan dilakukan oleh Bung Karno di Istana Tampaksiring Bali. Yang tidak kalah menarik adalah tokoh Rini dalam lukisan tersebut. Banyak yang bertanya siapakah Rini. Sampoai sekarang idak ada kejelasan mengenai siapakah Rini dalam lukisan Soekarno. Ada yang bilang Rini wanita Jawa karena berkebaya dan mengenakan jarik batik, ada juga yang menyebut wajah Rini adalah gabungan wajah wanita Sasak dan Jawa.

Lukisan Wanita Bernama Rini karya Soekarno
Lukisan Wanita Bernama Rini karya Soekarno
Lukisan terakhir yang menurut saya iconic adalah karya Diego Rivera “Gadis Melayu dengan Bunga”. Diego Rivera adalah pelukis asal Meksiko yang karya-karya dipandang sangat luar biasa dan bernilai tinggi sehingga harus dilindungi oleh undang-undang negara dan dilarang dibawa keluar dari negaranya. Yang membuat paling menarik dari “Gadis Melayu dengan Bunga” ini adalah kisah diberikannya lukisan tersebut ke Indonesia. Konon Presiden Meksiko pada saat itu, Presiden Lopez, mesti mengamademen undang-undang di negerinya agar lukisan tersebut dapat diboyong ke Indonesia.

Secara keseluruhan, ke-28 lukisan yang dipamerkan kali ini sangat menarik dan mengagumkan. Hal ini memperlihatkan bahwa Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia ini selain piawai dalam berpolitik, juga sangat mencintai dan paham akan seni. Pilihan-pilihan lukisan yang menjadi koleksi Bung Karno sangat luar biasa. Dan kita patut bersyukur bahwa akhirnya bisa menikmati warisan kekayaan seni koleksi Sang Proklamator Kemerdekaan RI. Kekayaan luar biasa yang tidak ternilai dengan materi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun