[caption id="attachment_185305" align="alignleft" width="300" caption="Moscow State University, 1 dari Seven Sisters"][/caption]
Moskow atau kadang ditulis Moskwa merupakan ibu kota Rusia yang saat ini berpenduduk sekitar 11 juta jiwa. Kota ini telah sejak lama menjadi pusat pemerintahan, tidak saja di masa Uni Soviet dan Kekaisaran Rusia, tetapi juga sejak masa Kerajaan Muscovy, Rusia pra-Kekaisaran. Posisinya yang strategis di tepi sungai Moskow menjadikan kota ini sebagai plihan yang tepat untuk dijadikan ibu kota negara.
Menempuh perjalanan Jakarta-Moskow selama 15 jam, termasuk transit 4 jam di Doha, pesawat Etihad yang kami tumpangi tiba di Bandara Internasional Domodedovo, Moskow pada hari Minggu 13 Juni 2010 pukul 15.30 waktu setempat. Usai menyelesaikan urusan imigrasi dan barang bawaan, kami pun segera ke ruang kedatangan bandara untuk menunggu jemputan. Suasana ruang kedatangan tampak sangat ramai, tidak ubahnya seperti suasana di Bandara Soekarno-Hatta. Di luar bandara, seolah menyambut kedatangan kami, hujan turun dengan derasnya.
[caption id="attachment_185330" align="aligncenter" width="300" caption="Bandara Internasional Domodedovo, Moskow"][/caption] [caption id="attachment_185331" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana ruang kedatangan bandara Domodedovo"][/caption]
“Lho kok hujan, katanya sudah masuk musim panas?” begitu pertanyaan pertama kami ketika melihat turunnya hujan.
“Hujan baru saja turun kok, mulainya sekitar 30 menit yang lalu. Dari tadi pagi cuaca malah cerah dan cukup hangat. Tapi biar musim panas, bukan berarti tidak ada hujan” jawab Asep,staf KBRI Moskow yang menjemput kami.
[caption id="attachment_185339" align="aligncenter" width="300" caption="Hujan membasahi pelataran parkir bandara"][/caption]
Ya, saat ini Moskow memang sedang musim panas dengan suhu berkisar 20-24 derajat Celcius. Cukup hangat bagi orang Rusia yang terbiasa menghadapi musim dingin dengan suhu dibawah nol derajat. Mulai pertengahan Juni, selama sekitar 2-3 minggu warga Moskow biasanya dapat menikmati sinar matahari jauh lebih lama dari hari-hari sebelumnya Jika di musim dingin matahari bersinar selama 9-10 jam per harinya, maka di musim panas matahari memancarkan sinarnya selama sekitar 15 jam dimana matahari terbenam pukul 22.30 waktu setempat.
Mengetahui waktu siang hari lebih panjang dari biasanya dan masih ada cukup waktu sebelum lapor kedatangan ke Wakil Duta Besar RI di Moskow, Agus Sriyono, maka dalam perjalanan dari bandara kami menyempatkan diri untuk berfoto di depan gedung Moscow State University. Gedung ini merupakan salah satu dari 7 gedung yang memiliki kesamaan arsitektur (disebut sebagai Seven Sisters) dan dibangun antara tahun 1947-1953.
[caption id="attachment_185311" align="alignleft" width="225" caption="Gedung Kementerian Luar Negeri Rusia"][/caption]
Usai lapor diri dan menyimpan koper dan barang bawaan, kami pun kembali memanfaatkan terangnya waktu malam untuk melihat sejenak kawasan pusat kota yang dikenal dengan sebutan Arbat. Karena hari Minggu, tidak tampak adanya kemacetan lalu lintas. Jalan-jalan raya yang kebanyakan memiliki 4 jalur pada setiap sisinya terlihat lengang dan banyak kendaraan terlihat melaju cepat. Karena itulah hanya perlu sekitar 10 menit untuk sampai ke tujuan.
Di Arbat, wisatawan dapat melihat gedung-gedung tua peninggalan jaman Kekaisaran Rusia dan pemerintahan Uni Soviet yang berdiri megah. Salah satunya adalah gedung Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia. Sama seperti Moscow State University, Gedung Kemlu Rusia yang megah ini juga merupakan salah satu dari seven sisters. Disini ingatan saya sepertinya dibawa ke gedung-gedung pencakar langit rekaan yang ada di Gotham City dalam film-film Batman. Lucunya saya juga membayangkan Batman duduk di salah satu puncak menara gedung tersebut.
[caption id="attachment_185323" align="alignright" width="272" caption="Wanita Rusia yang modis"][/caption]
Seperti layaknya di Paris atau Brussel, di Arbat kita juga mudah menjumpai warga kota Moskow berpakaian modis. Kaum wanitanya pun tidak sedikit yang berpenampilan sexy dengan pakaian dan rok mini. Melihat tampilan wanita Rusia tersebut saya jadi teringat film James Bond yang dibintangi Sean Connery “From Russia With Love”. Dalam film tersebut agen rahasia wanita Rusia yang dibintangi Daniela Bianchi memang berpenampilan sexy dan menarik dengan sorot mata yang tajam.
Di antara para warga Moskow dan wisatawan yang meramaikan Arbat, terdapat pula para pengamen yang menunjukkan kebolehannya sambil mengharapkan Rubel dari orang-orang yang melihat penampilannya. Para pengamen tersebut ada yang bernyanyi, menari hip hop dan break dance, memainkan biola atau berpantomim.
[caption id="attachment_185317" align="alignleft" width="300" caption="Restoran cepat saji McDonald di Arbat"][/caption]
Lelah berjalan-jalan, kita bisa mampir sejenak di café atau restoran yang ada disepanjang kawasan ini. Jika di masa perang dingin sepertinya mustahil menjumpai café dan restoran Barat seperti Pizza HUT, McDonald, Hard Rock Face atau Starbuck Coffee, maka kini semuanya ada di kawasan ini. Produk-produk Barat bukan lagi barang haram disini dan Moskow pun tidak berbeda dengan kota metropolis lainnya di dunia.
“I follow the Moskva, Down to Gorky Park, Listening to the wind of change …” begitu lirik lagu “Wind of Change” dari group band Scorpion ketika menggambarkan angin perubahan d Moskow yang berimbas ke seluruh dunia, salah satunya adalah runtuhnya tembok Berlin.
Di Rusia, angin perubahan memang telah merubah kota Moskow. Selain penampakan produk barat di café dan restoran serta tempat lainnya, perubahan juga tampak di jalan raya dimana kendaraan beragam merk hilir mudik termasuk limousine yang saya jumpai saat berfoto di depan Moscow State University. Kaum mudanya pun terlihat lebih menyukai musik-musik pop Barat seperti yang terlihat antara lain dari lagu-lagu yang dinyanyikan para pengamen atau ditampilkannya tarian patah-patah (break dance) atau hip hop untuk mengamen.
Angin perubahan memang tidak dapat terelakkan. Dan Moskow pun telah mendengarkan angin perubahan tersebut. Kebijakan Glasnost dan Perestroika yang digulirkan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada pertengahan tahun 1980-an merupakan salah satu upaya pembaruan yang memberikan momentum bagi liberalisasi politik dan ekonomi Rusia. Dan kini Rusia sebagai penerus kejayaan Uni Soviet tengah membuktikan kemampuannya untuk melakukan pembaruan dan penyesuaian yang dibutuhkan. Perlahan namun pasti Rusia akan muncul sebagai salah satu kekuatan dunia.
Akhirnya waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 22.30 waktu setempat dan matahari baru saja beranjak ke peraduan, saatnya bagi kami untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan kegiatan keesokan harinya. Meski sejenak, senang rasanya bisa melihat salah satu sisi kota Moskow.
Tulisan terkait:
Melongok ASEAN Center di Moskow
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H