“Iya, sesuai peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), PPLN memang diperbolehkan untuk menggelar Pemilu sebelum tanggal 9 April 2014, yang waktunya disesuaikan dengan kondisi setempat, khususnya waktu libur setempat. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada WNI yang ada di suatu negara untuk memberikan hak suaranya tanpa mengganggu aktivitas kesehariannya”, ujar Eddy Prabowo salah seorang anggota PPLN lainnya.
“Wah kalau dilaksanakan terlebih dahulu, terus penghitungan suaranya bagaimana? Apakah dilakukan segera setelah pemilihan dilaksanakan?”
“Meski pemilu dilaksanakan terlebih dahulu, sesuai aturan KPU, proses penghitungan suara tetap akan dilaksanakan pada 9 April bersamaan dengan penghitungan suara di Indonesia. Perhitungan dilakukan bersamaan guna menghindari dampak situasi pemilih di Tanah Air jika penghitungan suara dilakukan lebih dahulu dari Indonesia. Semua surat yang sudah dicoblos akan disimpan di KBRI Beijing”, demikian ditambahkan Eddy
“Pada saat penghitungan nanti , apakah kami boleh menyaksikan? Dan apakah akan ada bazaar mini yang menjual makanan Indonesia? Asyiik banget lho, bisa menghilangkan kangen akan masakan Indonesia”
“Oh boleh-boleh, silahkan datang tanggal 9 April saat penghitungan surat suara. Tapi kalau soal bazaar mini, PPLN gak bisa janji. Itu bukan PPLN yang mengadakan, tapi ibu-ibu Dharma Wanita KBRI”, ujar Eddy yang juga dosen jurusan Indonesia pada Beijing Foreign Studies University.
Ya selain dua buah tenda besar untuk TPS yang disiapkan PPLN, pemandangan pada acara pemilu yang digelar di halaman KBRI Beijing ini menjadi lebih semarak dengan adanya beberapa buah tenda yang digunakan untuk menjual makanan/minuman Indonesia dan pakaian/bahan batik yang dikoordinir ibu-ibu Dharma Wanita.
Usai memilih, para anggota masyarakat Indonesia yang hadir langsung menyerbu stand makanan dimana tersaji makanan siap santap antara lain ketoprak, sate plus lontong, mpek-mpek, siomay, mi bakso, bubur manado, dan asinan. Makanan tersebut dijual bervariasi mulai harga 20 yuan hingga 35 yuan. Sementara untuk makanan kering tampak kecap dan saos sambal botol, mie instan Indonesia (maaf gak boleh nyebut merk), santan kemasan dan teh dalam botol siap minum. Dan seperti halnya stand makanan, stand penjual batik juga ramai dikunjungi, utamanya oleh WNI yang pasangannya adalah orang asing.
“Wah keren banget, suasananya seperti pesta rakyat saat 17-an. Bedanya cuma gak ada panggung hiburan.”
“Makanan yang dijual ibu-ibu rasanya top markotop, Indo banget. Gue ngincer mpek-mpek dan siomaynya. Benar-benar bisa ngobatin rasa kangen”
Sambil makan dan berbincang-bincang, saya sempat nguping berbagai ragam perbincangan, khususnya yang terkait dengan cerita-cerita politik.
“Saya dukung partai yang warnanya ini, tapi presidennya mesti si A dari partai yang warna itu”, begitu ujar seorang bapak yang dari gaya bahasanya ketahuan kalau beliau dari Indonesia bagian Timur