Medan pendakian cukup ekstrem banyak tanah berlobang tergerus aliran air ketika hujan. Untunglah disediakan tali disebelah kanan sebagai pegangan agar tak jatuh terpeleset. Sesekali menengok kebelakang, mengagumi keelokan Gunung Merapi  dari ketinggian dibingkai oleh cantiknya hamparan bunga edelweiss.
Di trek yang menguras stamina seperti ini, secara naluriah tanpa dikomando, team pendakian dibagi menjadi dua kelompok. Di depan ada Kak Lilie, Pak Ju, dan Mita. Sedangkan kami bertiga; Bu Untung, Pak Untung dan saya tertinggal jauh di belakang.
Sekitar pukul 07:12, sampailah kami di Pos 4 atau Sabana 1. Disini merupakan camp area. Bu Untung nampak bahagia sekali telah melewati salah satu tantangan terberat. Mendaki dengan santai dan sering berhenti beristirahat membuat badan kami tetap bugar.
Tantangan berikutnya yaitu menuju ke Sabana 2. Tingkat kesulitannya sebenarnya tak jauh berbeda dari sebelumnya, hanya bantuan tali yang tersedia kurang banyak.
Pukul 08:12 kami sudah memasuki area Pos 5 atau Sabana 2. Panorama disini sungguh terlihat indah sekali, namun tenda yang didirikan tak terlalu banyak.
Bu Untung yang tak pernah membayangkan akan bisa sampai ke Sabana 2 sungguh sangat bersyukur. "Terima kasih Tuhan," berulangkali diucapkannya. Rasanya ingin menangis bahagia. Semangatnya tuk mencapai puncak tertinggi Gunung Merbabu menjadi semakin kuat. "Sekarang atau tidak sama sekali," pikirnya.Â
Berbagai rintangan berupa trek licin, berdebu, menanjak cukup terjal, menanjak sangat ekstrem, ditambah sengatan sinar matahari, berhasil dilalui oleh Bu Untung dengan penuh kesabaran. Tak pernah sedikitpun mengeluh. Pasrah dan senantiasa mengucap syukur pada Sang Khalik. Jika Ia berkehendak, tidak ada sesuatu yang mustahil bagi-Nya, katanya.
Saya yang lebih muda tujuh tahun, tentunya banyak belajar dari Bu Untung. Ternyata menaklukkan gunung tinggi seperti Merbabu tak cukup jika hanya sekedar mengandalkan kekuatan stamina saja.