Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Solo Tektok ke Puncak Gunung Merbabu 3.142 Mdpl, Sesaat Sebelum Badai Menerjang

16 Maret 2024   17:25 Diperbarui: 23 Maret 2024   17:35 5975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Trianggulasi Gunung Merbabu di ketinggian 3.142 mdpl (Dokumentasi Pribadi)

Merbabu adalah salah satu gunung favorit para pendaki di Jawa Tengah, juga bagi mereka yang berasal dari luar provinsi. Secara administratif, gunung ini berada di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali, Semarang dan Magelang.

Musim hujan pun bukan suatu halangan bagi para pecinta pendakian gunung tuk menapakkan kaki ke puncaknya.

Namun, sebaiknya tidak mendaki gunung ketika hujan dan cuaca sedang buruk. Medan pendakian yang basah menjadi semakin sulit dilalui dan akan membahayakan keselamatan pendaki.

Usai badai pada hari Sabtu 9 Maret, 2 jalur pendakian Merbabu via Selo dan Suwanting ditutup sementara, dan di buka lagi tanggal 16/4/2024 (kompas.com/11/3/2024).

Sungguh bersyukur saya bisa menggapai Puncak Kenteng Songo 3.122 mdpl dan Puncak Trianggulasi 3.142 mdpl dengan selamat, sebelum badai menerjang jalur pendakian Gunung Merbabu yang saya lalui itu.

Gunung Merbabu (Dokumentasi Pribadi)
Gunung Merbabu (Dokumentasi Pribadi)

Tentunya melalui perjuangan yang cukup berat; berpacu dengan waktu sebelum badai datang, melalui medan pendakian yang licin, hujan, berangin dan kabut. Inilah pengalaman solo tektok saya ke puncak Gunung Merbabu di musim hujan.

Sebenarnya, ini bukanlah pengalaman yang patut untuk ditiru, karena mendaki gunung ketika turun hujan sangatlah berbahaya. Dan jangan pernah kamu berharap mendapatkan view yang indah, selain dinding kabut putih.

Sekitar pukul 06:30 saya sudah berada di salah satu basecamp pendakian Gunung Merbabu via Gancik, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. 

Ini sebenarnya adalah jalur evakuasi yang dikelola warga sebagai jalur pendakian. Sehingga warga Gancik bisa mendapatkan penghasilan dari wisata pendakian Gunung Merbabu. Mereka mendapatkan uang dengan menyediakan rumah mereka sebagai basecamp pendakian, homestay, jasa porter dan ojek gunung.

Syarat bagi setiap pendaki cuma satu, yaitu wajib naik ojek karena tidak ada biaya simaksi maupun registrasi. Naik ojek sampai ke pos 1 Rp50.000, ke pos ojek Rp30.000, sedangkan sampai batas vegetasi (batas hutan dengan ladang warga) Rp20.000. 

Pengalaman seru pendakian melalui jalur Ganjik-Selo banyak beredar di Youtube video. Ini yang jadi alasan bagi saya untuk mencobanya. Dan yang paling menggembirakan bagi saya, yaitu dibolehkan solo tektok lewat jalur ini. 

Tentunya saya sudah mempersiapkan fisik dengan baik. Secara rutin melakukan aktivitas olahraga; jogging dan renang, terlebih lagi akan mendaki gunung setinggi 3.142 mdpl. Serta membawa carrier dengan logistik yang mencukupi, dan tentunya jas hujan. 

Pengemudi ojek tanpa buang waktu langsung tancap gas melalui jalur evakuasi menuju ke pos 1. Jalur evakuasi sangat bermanfaat ketika terjadi bencana alam, ataupun kecelakaan di gunung karena merupakan jalur turun tercepat.

Perjalanan naik ojek dari basecamp ke pos 1 menempuh waktu sekitar 15 menit. Jika berjalan kaki bisa sekitar 1 jam 30 menit. Lumayan sekali bisa menghemat waktu dan tenaga, walaupun selama dibonceng ojek terasa ngeri-ngeri sedap. 

Pos 1 (Dokumentasi Pribadi)
Pos 1 (Dokumentasi Pribadi)

Pukul 07:00 tepat, tracking dari pos 1 ke summit dimulai. Kabut sudah turun dan gerimis kecil menemani pendakian saya. Dari pos 1 ke pos 2 treknya menanjak. Saya berusaha berjalan sepelan mungkin agar otot-otot kaki tidak kaget, dan bisa beradaptasi terlebih dahulu.

Tiga puluh lima menit kemudian saya sampai di pos 2. Tidak seperti di pos 1, di sini tidak ada shelter. Saya mendapat bonus jalan landai, bisa untuk mengatur nafas dan mengendorkan otot-otot kaki. 

Di trek landai ini saya bisa berjalan agak cepat menuju ke bukit di depan sana. Pos 3 pastinya setelah melewati bukit itu, pikirku.

Singkat cerita, saya sudah sampai di pos 3. Hujan turun semakin deras walaupun dengan butiran air kecil. Saya sudah memakai jas hujan, namun masih ada air yang merembes ke jaket saya. Ternyata setelah saya cek, ada sedikit robek di jas hujan tersebut. Terkoyak ketika saya membetulkan posisi carrier.

Pos 3 merupakan jalur pertemuan antara jalur pendakian via Selo Taman Nasional Gunung Merbabu dan jalur evakuasi Selo-Gancik. Di sini ada sebuah shelter emergency.

Shelter emergency berfungsi untuk menanggulangi kecelakan di gunung, sehingga pertolongan bisa lebih maksimal dan cepat, dan juga sebagai tempat berteduh para pendaki ketika terjadi badai.

Dipendakian itu, saya bertemu seorang lelaki berlari sambil menggendong seorang gadis yang terkena hipotermia. Semoga dia baik-baik saja. 

Ketika pendaki mengalami hipotermia, suhu tubuhnya akan menurun drastis. Akibatnya fungsi sistem syaraf dan organ tubuh dapat mengalami gangguan. Jika tidak segera ditangani akan sangat berbahaya. Ini bisa disebabkan karena pendaki tersebut terpapar suhu dingin terus menerus ketika mendaki gunung (halodoc.com).

Saat itu kabut cukup tebal disertai hujan dan angin yang kencang. Seorang pemuda memperingatkan saya kalau nanti akan ada badai, lalu mempersilakan saya masuk ke dalam shelter emergency. Ternyata di dalam sudah penuh orang.

Ternyata prakiraan cuaca tidak seratus persen akurat. Kenyataan bisa lebih buruk. Dikatakan di Kecamatan Selo hujan ringan pukul 07:00, dan hujan disertai petir baru pada pukul 13:00. Namun, badai nampaknya akan datang lebih cepat.

Menurut hitungan saya, jika jalannya cepat, bisa tiba di Puncak Kenteng Songo lebih awal, sehingga sekitar pukul 13:00 saya mungkin sudah turun di Pos 2. 

Dari Pos 3 saya cuma berpikir, bagaimana mencapai Pos 4 (sabana 1) dengan cepat. Saya tidak ingin berada di posisi "abu-abu," yaitu hanya menunggu hujan reda di shelter emergency. Diam menunggu akan membuat tubuh saya kedinginan.

Lalu saya melanjutkan pendakian ke bukit di depan mata yang puncaknya tertutup kabut tebal. Trek menuju ke Pos 4 sangat terjal dan licin, untunglah ada tali disebelah kanan untuk pegangan. Trek tanah tergerus air terlihat berlobang-lobang tak beraturan.

Dari Pos 4 ke Pos 5 (sabana 2) ada tali juga untuk membantu pendakian. Ketika hujan sedikit reda, saya baru bisa mengambil handphone saya lalu mengabadikan jalurnya.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Sebelum sampai puncak gunung, saya disuguhi trek eksrem, paling terjal. Untunglah berupa undak-undakan tanah yang sedikit berumput atau ilalang pendek kering biasa diinjak pendaki. 

Nyaman buat kaki untuk menapak dan tidak licin. Namun, saya sering berhenti karena nafasnya "ngos-ngosan" sekali, sehingga saya persilahkan pendaki-pendaki lain yang masih muda untuk mendahului saya.

Puji Tuhan, setelah perjuangan berat melalui tanjakan terjal, kabut, hujan dan berangin. Akhirnya saya sampai di Puncak Kenteng Songo 3.122 mdpl. Start dari Pos 1 pukul 07:00 sampai disini pukul 11:05. Jadi saya membutuhkan waktu 4 jam 5 menit. 

Karena hujan semakin deras, saya tidak berlama-lama di Puncak Kenteng Songo, lalu menuju ke Puncak Trianggulasi 3.142 mdpl yang berada sangat dekat. Sayangnya Tugu Puncak Trianggulasi dalam kondisi roboh.

Puncak Kenteng Songo 3.122 mdpl (Dokumentasi Pribadi)
Puncak Kenteng Songo 3.122 mdpl (Dokumentasi Pribadi)

Dalam kondisi pakaian basah, saya bergegas menuruni puncak Gunung Merbabu untuk menghindari hujan badai. Tentunya saya tetap harus berhati-hati, jalur pendakian semakin licin, terlebih lagi ketika turun. Sebagian trek pendakian telah berubah jadi aliran air yang deras menggerus tanah yang dilaluinya.

Setelah sampai di Pos 3 saya merasa lega sekali karena tinggal menuju ke Pos 2 dan 1 yang treknya relatif mudah, namun tetap berhati-hati karena masih melalui jalanan setapak yang licin diguyur hujan dengan angin yang semakin kencang.

Di Pos 1 saya berhenti di shelter untuk menyantap bekal makan siang saya. Cukup lama saya beristirahat disitu sambil ngobrol dengan tiga pendaki lainnya yang saya temui.

Setelah beristirahat, saya melanjutkan perjalanan turun ke basecamp dalam cuaca yang masih hujan berangin kencang.

Saya melangkahkan kedua kaki dengan pelan karena otot-otot kaki sekitar lutut terasa "kemeng", minta segera diistirahatkan. Puji Tuhan, akhirnya sekitar pukul 16:30, saya sudah tiba di Basecamp Bang Pletek dengan selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun