Di halaman depan ada gazebo kayu, dan diteras warung ada bangku kayu. Warung itu menjual air mineral, minuman saset dan mie instant, dan jajanan lainnya. Di dalam dapur disediakan juga menu "prasmanan" ala desa.
Saya pun di persilahkan masuk ke dalam dapur oleh Bu Rahmat, istri dari Pak RT 07 Dusun Candi Promasan. Rumah ini ternyata merupakan Basecamp pendakian Gunung Ungaran via Promasan.
Untuk biaya mendaki, setiap orang dikenakan biaya Rp 5.000. Tentunya murah sekali jika dibandingan dengan pendakian via Basecamp Mawar yang perlu membayar Rp 15.000. Jika bermalam disini, cukup membayar seiklasnya.Â
Di dapur yang sederhana, Bu Rahmat memasak dengan tungku kayu dan kompor gas. Ia bilang nanti mau ada rombongan datang mau naik gunung.
Ada beberapa pilihan menu "prasmanan" yang tersedia di meja makan. Saya mengambil nasi putih dengan lauk, oseng terong, tempe, dan telur dadar dan minumnya es nutrisari rasa jeruk. Semuanya dengan harga Rp 15.000.
Bu Rahmat masih menggoreng nangka di dapur. Sambil makan, saya pun mengobrol dengan beliau.Â
"Di Dusun ini, warga menempati tanah milik Perkebunan Teh Medini. Mereka adalah pekerja kebun. Terdiri dari 17 kepala keluarga (KK)," katanya.
Tahun 2019 listrik baru masuk ke Dusun Candi Promasan. Sebelumnya, untuk penerangan, mereka menggunakan genset dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), mengandalkan aliran air dari Gunung Ungaran. Namun sekarang PLTA kecil itu sudah rusak dan tidak diperbaiki lagi karena sudah ada listrik dari PLN.
Setelah istirahat dan makan siang, badan saya kembali bugar lagi. Kedua kaki saya terasa lebih kuat untuk mengantarkan saya kembali ke Basecamp Mawar.Â
Semoga suatu saat nanti saya bisa mendaki ke puncak Banteng Raiders Gunung Ungaran via Candi Promasan.