Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hobi Gowes, Pendakian Gunung Ungaran via Mawar Jadi Terasa Ringan

24 November 2023   17:48 Diperbarui: 25 November 2023   15:16 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pos masuk Kawasan Wisata Umbul Sidomukti (dokpri)

Gowes atau bersepeda merupakan salah satu hobi yang menyenangkan dan banyak dilakukan orang untuk menjaga serta meningkatkan kebugaran tubuh. Olahraga rekreasi naik gunung pun akan mudah dilakukan jika kamu rajin gowes.

Menurut catatan sepeda.me, bersepeda merupakan olahraga jenis kardio yang akan membakar lemak dan kalori, menyehatkan paru-paru, jantung, dan otak pun akan menjadi lebih fokus. Beberapa jenis otot akan digunakan ketika kaki mengayuh pedal. 

Otot-otot yang bekerja saat bersepeda:

1. Glutes (Otot Bokong/Otot Pinggul)

Ketika kamu mengayuh pedal sepeda, sekitar 25% kamu mengunakan otot glutes untuk menggerakkan pangkal paha dan pinggul.

2. Quadricep (otot besar di bagian depan paha) dan Hamstring (otot bagian belakang paha)

Quadricep merupakan otot penggerak utama selama kamu bersepeda. Berkontribusi hampir 40% dari total kekuatan pedal. Otot ini mendominasi pada power zone. 

Otot hamstring penggunaannya hampir sama dengan otot glutes yang dimulai dari tahap kamu mendorong sampai menekan pedal.

3. Calf (otot betis)

Calf berfungsi sebagai otot penggerak pedal dan stabilizer.

4. Bicep dan Trisep (otot lengan)

Otot bicep berada di lengan atas bagian depan, sedangkan otot tricep terletak di lengan atas bagian samping dan belakang. Otot bicep dan otot trisep dipakai untuk menopang tubuh pada handlebars atau stang sepeda.

Sumber ilustrasi bersepeda: sepeda.me
Sumber ilustrasi bersepeda: sepeda.me

Melakukan olahraga jenis kardio seperti bersepeda bisa sebagai persiapan sebelum naik gunung. Tubuhpun menjadi ringan ketika mendaki gunung.

Bagi kamu penghobi gowes, sangatlah wajar jika suatu saat ingin hiking ke puncak gunung. Melakukan cross training, yaitu melakukan olahraga jenis lain sebagai pendukung olahraga utama. Cross training akan meningkatkan level stamina dan kebugaranmu. 

Mendaki gunung bisa menjadi alternatif cross training yang mengasyikkan bagi kamu para gowesers. Ajang rekreasi yang bisa untuk mengetes apakah otot-otot yang biasa digunakan untuk bersepeda relevan dengan jenis otot-otot yang diperlukan untuk mendaki gunung. Seberapa kuatkah stamina seorang goweser ketika hiking gunung?

Giri Santoso (57), saya biasa memanggilnya Pak Giri, merupakan seorang penghobi gowes. Menggeluti olahraga bersepeda sejak 2011, namun sempat terhenti sebentar saat pandemi Covid-19. 

Bersama komunitasnya, pria berkumis ini pernah melakukan touring sepeda dari Salatiga-Mojokerto-Malang. Sebelumnya pernah touring dari Salatiga-Pantai Drini Gunungkidul, Yogyakarta. Dan masih banyak touring-touring bersepeda dengan rute jarak jauh yang sudah diikutinya.

Saya yang biasanya melakukan solo hiking kepuncak gunung, kali ini saya mendapatkan seorang teman yaitu Pak Giri. Tentunya sangat menyenangkan sekali. Cerita awalnya begini.

Di hari minggu pagi, sebelum ibadah dimulai, kami mengobrol. Sampai akhirnya terjadi kesepakatan untuk mendaki gunung bersama. Hiking ke puncak Gunung Ungaran via Basecamp Mawar. 

Sebelumnya saya sudah pernah mendaki Gunung Ungaran 3 kali, namun kesemuanya via Basecamp Perantunan. Sedangkan Pak Giri belum pernah sekalipun mendaki Gunung Ungaran.

Akses untuk menuju ke Basecamp Mawar melalui Kawasan Wisata Umbul Sidomukti. Ketika sampai disana, pak satpam mengatakan lokasi baru buka pukul 07:00 WIB. Kamipun menunggu 15 menit di depan pos. Disitu ada spanduk MMT besar bertuliskan "Jam Operasional Kawasan Wisata Umbul Sidomukti."

Pos masuk Kawasan Wisata Umbul Sidomukti (dokpri)
Pos masuk Kawasan Wisata Umbul Sidomukti (dokpri)

Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp. 15.000, dengan perincian HTM Rp. 5.000 per orang, dan retribusi parkir mobil Rp. 5.000, kamipun menuju ke arah Basecamp Mawar.

Kurang lebih 10 menit kemudian, sampailah kami di Basecamp Mawar, terletak di Jl. Goa Jepang, Kluwihan, Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

Di loket registrasi kami membayar Rp. 40.000, dengan perincian per orang Rp. 15.000 untuk tiket pengelolaan dan pemeliharaan Mawar Camp Area-Basecamp Gunung Ungaran dan untuk penitipan mobil dengan tarif Rp. 10.000.

Oleh petugas di loket registrasi, kami diberi peta jalur pendakian. Tertulis juga di peta; elevasi/ waktu tempuh/jarak sebagai berikut:

Basecamp Mawar 1.250 mdpl

Pos 1 Bedengan 1.376 mdpl/30 menit/864 m

Mata Air 1.400 mdpl/17 menit/629 m

Pos 2 Kinatar 1.438 mdpl/5 menit/134 m

Pos 3 Pronojiwo 1.500 mdpl/10 menit/214 m

Pos 4 Bukak'an 1.631 mdpl/20 menit/700 m

Pos 5 Tedeng 1.765 mdpl/25 menit/400 m

Puncak Tanggul Angin 1.876 mdpl/15 menit/300 m

Puncak View 1.876 mdpl/15 menit/300 m

Puncak Batu 1.908 mdpl/6 menit/80 m

Puncak Raiders 2.050 mdpl/25 menit/350 m

Total: 153 menit / 3.671 m

Estimasi waktu pendakian hanya perkiraan saja. Tiap individu tentunya mempunyai kesiapan fisik yang berbeda, lamanya waktu istirahat dan pengalaman mendaki gunung.

Menurut seorang petugas di pos registrasi, di akhir pekan dan hari libur jumlah pendaki Gunung Ungaran via Basecamp Mawar sekitar 100-an orang, sedangkan dihari-hari biasa paling 2 - 3 orang. Malah terkadang tak ada yang mendaki. 

Perlu di ingat ya. Jika kamu ingin mendaki ke puncak Gunung Ungaran via Mawar, minimal harus 2 orang dengan alasan keselamatan. Solo hiking tidak dibolehkan. Namun ketika saya melakukan pendakian dari Basecamp Perantunan, di Puncak Tugu Raiders saya bertemu dan sempat berbincang sebentar dengan solo hiker via Mawar. 

Dari Basecamp Mawar, pendakian kami dimulai pukul 7:15 WIB.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Trekking menuju ke Pos 1 melewati camping ground dan pintu rimba yang bertuliskan bukit paralayang. Cuaca cerah dan udara yang sejuk membuat kami semakin bersemangat.

Daun-daun pinus yang jatuh di tanah padat yang agak basah terserak disepanjang trek pendakian. Kaki pun jadi terasa empuk ketika menapak diatasnya. 

Disebelah kanan, perpaduan langit biru dan bukit hijau sangat memanjakan mata kami. Hingga tak terasa kami sudah sampai di Pos 1 Bedengan. Pos 1 berupa shelter sederhana dari kayu beratap asbes atau seng. Saya malahan kurang memperhatikan dengan detail. Yang jelas warnanya sudah kusam. Ada pohon besar disampingnya. Diseberang, cukup dekat ada bak kecil penampungan air yang bisa terdengar suara gemericik airnya.

Pos 1 dan view selama perjalanan menuju kesana (dokpri)
Pos 1 dan view selama perjalanan menuju kesana (dokpri)

Baru berjalan sampai disini, saya sudah bisa menyimpulkan. Benar juga perkataan beberapa pendaki yang pernah menceriterakan pengalamannya. Jalur pendakian Gunung Ungaran via Mawar sangat natural. Vegetasinya pun lebih beragam dan lebih rapat, sehingga terasa sejuk sekali. 

Oksigen yang dikeluarkan tumbuhan melalui dedaunan menjadi tambahan energi bagi kami. Paru-paru kami serasa disegarkan kembali. Selain itu disini pun ada mata airnya. Dingin, jernih dan bersih. Tipikal mata air pegunungan. Dialirkan melalui pipa yang ditanam. Sungguh bersyukur mereka yang menerima air dari mata air Gunung Ungaran tersebut. 

Pak Giri berdiri di lokasi mata air (dokpri)
Pak Giri berdiri di lokasi mata air (dokpri)

Dari lokasi mata air yang berbatu, trek sedikit naik ke arah Pos 2 Kinatar. Disini kami beristirahat sebentar, tak lebih dari 5 menit lalu melanjutkan pendakian lagi.

Dari Pos 2 menuju ke Pos 3 Pronojiwo, treknya masih wajar, sedangkan ketika menuju ke Pos 4 Bukak'an treknya sedikit lebih menanjak daripada sebelumnya. Disinipun kami istirahat sebentar. Ketika istirahat, buah, roti dan minuman yang kami konsumsi cepat memulihkan stamina kami tuk kembali melanjutkan pendakian.

Trekking dari Pos 4 ke Pos 5 Tedeng, mengingatkan saya ke Ondo Rante, jalur pendakian Gunung Ungaran via Basecamp Perantunan. Namun disini menurut saya lebih terjal. Dengan trek berbatu yang cukup menantang. 

Untunglah viewnya sangat cantik dengan hamparan perbukitan hijau dibawah sana, sehingga rasa capek bisa terlupakan. Kami pun beristirahat sejenak menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Walaupun treknya mulai terbuka, namun kami masih merasakan udara pegunungan yang sejuk. Ilalang terlihat mendominasi. Batu-batuan menempel di badan gunung terlihat eksotis. 

Hutan terlihat masih alami, mata air dan bebatuan besar menjadi magnet yang memikat para pendaki untuk mengulangi pendakian ke Gunung Ungaran via Mawar. 

Adrenalin pun terasa meningkat ketika melewati Pos 5 Tedeng. Wow tantangan seru menuju ke Puncak Tanggul Angin. Bukit berbatu. Disini perlu ekstra konsentrasi.

Pak Giri (dokpri)
Pak Giri (dokpri)

Sampai disini pun belum terlihat tanda-tanda kecapean pada Pak Giri. Langkah kakinya masih terlihat lincah walaupun trek menanjak ektrem. Staminanya sangat luar biasa. Walaupun saya 5 tahun lebih yunior. Saya merasakan cape. Menyuruh dia berhenti sejenak untuk difoto merupakan trik saya tuk mencuri nafas dan mengistirahatkan otot paha yang terasa mulai bergetar. 

Biasanya kalau solo hiking. Saya berjalan lambat tidak secepat ini. Namun pendakian berdua ini sungguh sangat bermanfaat untuk mengetes stamina saya. Hiking bersama goweser yang sudah terbiasa bersepeda jarak jauh merupakan tantangan yang menyenangkan. Saya pun bisa intropeksi diri, nafas dan otot-otot paha depan (quadriceps) wajib lebih dikuatkan. 

Akhirnya sampailah kami di Puncak Tanggul Angin pada elevasi 1.876 mdpl. Pendakian yang lalu dari Basecamp Perantunan, saya pernah sampai ke puncak ini sebelumnya, namun sayang saat itu kabut tebal menutupi panorama yang indah.

Pak Giri di Puncak Tanggul Angin 1.876 mdpl (dokpri)
Pak Giri di Puncak Tanggul Angin 1.876 mdpl (dokpri)

Pak Giri menatap Puncak Batu dari Puncak Tanggul Angin (dokpri)
Pak Giri menatap Puncak Batu dari Puncak Tanggul Angin (dokpri)

Tak membuang waktu lama di Puncak Tanggul Angin, kami melanjutkan pendakian ke Puncak Batu. Trek berbatu menanjak kembali menjadi santapan kami. 

Tak terasa sampailah kami di Puncak Batu dengan elevasi 1.908 mdpl.

Puncak Batu (dokpri)
Puncak Batu (dokpri)

Sialnya saya kelupaan membuka peta pendakian. Sebenarnya masih ada satu puncak lagi, yaitu Puncak View dengan elevasi 1.876. Ketinggiannya sama dengan Puncak Tanggul Angin. Lokasinya memutar sehingga banyak pendaki lain yang melewatkannya juga.

Banyaknya bebatuan di punggung gunung, dari kejauhan terlihat seperti biskuit choco chips. Namun dari dekat sebagian dari batuan tersebut ternyata besar, dan terkadang merintangi jalan. Namun bagus untuk melatih keseimbangan tubuh, dan melatih konsentrasi agar tetap dijaga. Lengah bisa berakibat fatal.

Pak Giri melewati batuan besar (dokpri)
Pak Giri melewati batuan besar (dokpri)

Pukul 10:00 WIB kami akhirnya sampai di ujung pendakian. Sampai di Puncak Tugu Raiders atau lebih populer dengan nama Puncak Banteng Raiders pada elevasi 2.050 mdpl. Jadi pendakian dari Basecamp Mawar sampai ke Puncak Raiders membutuhkan waktu 2 jam 45 menit. Sudah termasuk istirahat dan foto-foto.

Ini merupakan puncak dari pendakian Gunung Ungaran via Basecamp Mawar. Kalau stamina masih kuat bisa saja berlanjut ke Puncak Botak. Namun biasanya pendaki yang dari Basecamp Mawar hanya sampai ke Puncak Tugu Raiders saja.

Kurang lebih 30 menit kami berada di Puncak Tugu Raiders sambil menatap Puncak Botak dari kejauhan. Kemudian kami kembali turun ke Basecamp Mawar.

Pak Giri diatas Puncak Banteng Raiders Gunung Ungaran (dokpri)
Pak Giri diatas Puncak Banteng Raiders Gunung Ungaran (dokpri)

Puncak Banteng Raiders Gunung Ungaran (dokpri)
Puncak Banteng Raiders Gunung Ungaran (dokpri)

Kesimpulan

Goweser sejati yang sudah melakukan hobi bersepeda sejak lama, bahkan sudah sering mengikuti touring sepeda jarak jauh, dijamin staminanya pasti kuat. Hiking Gunung Ungaran pun jadi terasa ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun