Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ada Spot Menarik yang Tersembunyi di Candi Gedong Songo yang Jarang Diketahui

3 November 2023   11:01 Diperbarui: 10 November 2023   14:00 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase - Foto: Dokumentasi Pribadi

"Saat ini akses masuk ke lokasi Candi Gedong Songo dialihkan melalui gang kecil karena sedang ada perombakan tempat parkir," kata seorang warga menjawab pertanyaan saya. 

Namun gang kecil yang melewati rumah warga masih bisa dilalui satu mobil. Sedangkan tiket masuk masih sama. Rp. 15.000; untuk wisatawan lokal.

Tidak banyak yang tahu bahwa destinasi wisata sejarah, budaya dan alam Candi Gedong Songo masih menyimpan beberapa spot menarik yang jarang diketahui pengunjung.

Saya termasuk tipe orang yang kepoan. Dengan nama candi Gedong Songo, seharusnya ada 9 kompleks candi. Namun beberapa kali kesana. Saya hanya menjumpai kompleks candi ke 1, 2, 3, 4 dan 5. Lalu dimana keberadaan yang lainnya?

Pihak pengelola Candi Gedong Songo pun kelihatannya enggan tuk memberikan keterangan. Petunjuk arah maupun larangan tuk mengunjungi keberadaan kompleks candi yang "hilang" tak pernah diungkapkan.

Saya beruntung bisa menemukan lokasi reruntuhan batu-batu candi yang diduga sebagai kompleks candi ke 6, 7, 8 dan 9.  Ada yang terletak didekat kawah mati. 

Bagi penyuka wisata candi. Candi Gedong Songo wajib masuk daftar favoritmu. Lokasinya yang berada di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang menyuguhkan pesona alam yang indah.

Candi Gedong 5 (atas) dan Candi Gedong 3 (bawah) / dokpri
Candi Gedong 5 (atas) dan Candi Gedong 3 (bawah) / dokpri

Lokasi antar candi yang berpencar cukup jauh sungguh mengasyikkan bagi kamu penyuka jalan kaki. Olahraga sambil menambah wawasan sejarah budaya peninggalan masa Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9. Ditemukan oleh Thomas Stanford Raffles pada tahun 1804 (id.m.wikipedia.org).

Namun bagi yang tak kuat jalan kaki, wisata naik kuda keliling area sampai candi ke 5 merupakan alternatif yang menarik.

Saya sebelumnya sudah pernah merasakan sensasi naik kuda dan beberapa kali berjalan kaki di area wisata Candi Gedong Songo. Kali ini saya ingin merasakan sensasi wisata yang berbeda. Mencari sesuatu yang terlewatkan oleh turis pada umumnya.

Saya mendapatkan informasi dari beberapa sumber (Youtube video dan artikel) tentang keberadaan candi-candi yang tersembunyi.

Mereka menuju ke tempat-tempat tersebut melalui jalan setapak naik di dekat lokasi candi ke 4 ke hutan pinus. Dan turun kembali memutar melalui kebun kopi.

Saya memutuskan mencari lokasi keberadaan candi-candi tersebut melalui jalan mereka keluar. Jadi rutenya kebalikan dengan mereka ya. 

Dari pintu masuk kawasan Candi Gedong Songo, saya mengikuti jalur kuda. Disini saya melalui jalan menanjak yang cukup terjal. Pada umumnya pengunjung lewat jalur ini ketika turun dari candi ke 5.

Dokpri
Dokpri

Hari sabtu itu langit nampak cerah, udara pegunungan terasa sejuk dan menyegarkan. Punggung Gunung Ungaran terlihat cantik. Karena masih pagi, belum pukul 7:30, jadi belum banyak pengunjung yang datang. 

Solo hiking kali ini merupakan olahraga sekaligus healing. Jalan yang menanjak menguatkan otot-otot kaki dan menyehatkan jantung. 

Akhirnya saya sampai ke lokasi kebun kopi. Tanaman tersebut tumbuh dibawah pepohonan yang tinggi yang bisa melindungi tanaman kopi dari terpaan angin kencang. 

Saya memasuki jalan setapak sebelah kiri melewati tanaman kopi menuju ke lokasi kompleks candi yang tersembunyi.

Dokpri
Dokpri

Di dalam area kebun kopi ada percabangan jalan setapak, saya belok ke kanan ke arah kawah mati. Sebelumnya ada jalan setapak kekiri yang juga menuju ke candi yang tidak utuh. 

Setelah sempat salah jalan, akhirnya saya menemukan lokasi pertama. Hanya bagian candi yang tidak utuh. Di lokasi yang sama ada batu besar yang didekatnya juga ada tumpukan batu-batu candi.

Dokpri 
Dokpri 

Saya lalu melanjutkan pencarian lagi ke arah kawah mati. Dari kejauhan sudah tercium bau belerang (sulfur) yang tertiup angin. Kawah mati berwarna kuning muda namun tak mengeluarkan asap. Belerang adalah mineral alami dengan bau menyengat yang khas. 

Perut saya mulai terasa agak mual. Segera saya memakai buff masker, tutup hidung dan leher yang biasa dipakai untuk mendaki gunung. Bau belerang dari kawah mati ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan lokasi kolam air panas yang didekatnya keluar asap belerang.

Di bagian atas dekat kawah mati ada reruntuhan batuan candi yang sudah disusun namun tidak lengkap. 

Saya tak berlama-lama disini untuk menghindari efek negatif bau belerang walaupun sudah memakai penutup hidung. Dan sejauh saya berjalan vegetasinya campuran, termasuk pohon pinus dan kopi yang terlihat cukup banyak.

Candi di dekat kawah mati (dokpri)
Candi di dekat kawah mati (dokpri)

Yang terakhir diduga merupakan Candi Gedong 9. Lokasinya sudah saya jelaskan sebelumnya. Yang saya temukan juga sama, yaitu batuan candi yang tak lengkap atau tepatnya masih kurang banyak. 

Disusun agar menyerupai sebuah bangunan candi. Batuan yang lain mungkin masih belum ditemukan atau sudah raib entah kemana.

Apa ini Candi ke 9 ?/dokpri
Apa ini Candi ke 9 ?/dokpri

Kesimpulan

Lokasi reruntuhan candi tersembunyi diduga merupakan kompleks Candi Gedong 6, 7, 8, dan 9. Sengaja tidak diekspose ke publik oleh pihak pengelola Candi Gedong Songo mungkin dengan berbagai pertimbangan:

*) Candi dalam kondisi yang tidak lengkap.

*) Lokasinya tersembunyi sehingga pihak pengelola candi tidak bisa menjamin keselamatan pengunjung. 

*) Area kawah mati mengeluarkan bau belerang yang sangat menyengat yang mungkin bisa mengganggu kesehatan.

*) Tidak semua orang suka blusukan ketempat seperti itu, kecuali orang yang kurang kerjaan seperti saya ini. Hehehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun