Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hidup di Desa, Mandi dan Cuci Pakaian di "Belik"

22 September 2023   19:31 Diperbarui: 23 September 2023   08:10 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belik di Desa Kalibeji Tuntang (DokPri)

Salah satu dari belik yang ada di tanah yang lebih rendah dari kuburan dipagar bambu. Pohon bambu banyak tumbuh di pinggir kuburan, sehingga warga yang membutuhkan tinggal menebangnya. 

Dari tempat air mengalir disusun batu sehingga menyerupai bak penampung air. Air jernih terus keluar dari belik itu. Sebagian warga di kampung memanfaatkan air tersebut untuk mandi dan mencuci pakaian. Sedangkan warga yang lain memperoleh air dari sumur dan PDAM.

Kerap kali terlihat para ibu mencuci pakaian sambil mengobrol. Biasanya obrolannya seputar masalah keluarga dan tetangga. Belik pun mempunyai fungsi sosial yang penting bagi masyarakat dimana saya tinggal.

Walaupun rumah semasa kecil saya berada di pinggir jalan utama, namun saya terbiasa bermain dengan tetangga yang rumahnya masuk di dalam gang. Sehingga saya pun paham bahwa sebagian masyarakat sangat tergantung dengan keberadaan belik tersebut. Tak jauh dari situ sebenarnya ada belik juga namun airnya mengalir tak cukup banyak.

Namun seiring berjalannya waktu. Kota kelahiran saya telah berubah menjadi pusat perbelanjaan. Tanah pekarangan yang dulunya ditumbuhi tanaman buah-buahan telah disulap menjadi pertokoan. Dua belik itu pun akhirnya turut hilang ditelan zaman setelah airnya tak lagi keluar.

Kurang lebih dua bulan yang lalu, ketika di suatu pagi saya sedang berjalan kaki menyusuri jalanan rabat beton di Desa Kalibeji, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Tempatnya masih asri banyak pepohonan besar. Di sini sumber mata air masih berlimpah. 

Sekitar sepuluh meter di depan saya, seorang pemuda desa dengan handuk dipundaknya keluar dari belik yang sudah ada tembok pembatas untuk memisahkan pria dan wanita. Belik itu terletak di bawah sebuah pohon besar (fotonya seperti yang diatas). Ia terlihat segar setelah mandi. Saya pun menyapanya. "Disini airnya melimpah ya mas?"  Dia menghiyakan sambil menganggukkan kepala pelan.

Saya pun terus melangkahkan kaki saya sambil menikmati kesejukan dan keindahan alami Desa Kalibeji dimana warga desanya masih bisa menikmati mandi dan mencuci di belik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun