"Kemerdekaan merupakan keadaan suatu bangsa atau negara yang pemerintahannya diatur oleh bangsanya sendiri tanpa intervensi pihak asing" (id.m.wikipedia.org).
"Kolonialisme adalah paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu" (kbbi.web.id).
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menegaskan bahwa kolonialisme atau penjajahan sangat bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Tak ada satupun bangsa di dunia ini yang mau dijajah, sehingga segala bentuk penjajahan harus dihapuskan. Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa. Setiap bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri.
Semarak memperingati kemerdekaan sudah bisa terlihat dan dirasakan di bulan Agustus ini di tanah air. Sampai pada puncaknya upacara pengibaran bendera pada 17 Agustus. Tak terasa bangsa Indonesia sedang memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Sejak proklamasi kemerdekaan sampai hari ini bukanlah waktu yang singkat.
Mengutip dari website "setneg.go.id", HUT RI tahun ini mengusung tema: "Terus Melaju Untuk Indonesia Maju." Merefleksikan semangat Bangsa Indonesia untuk terus melanjutkan perjuangan dan pembangunan, berkolaborasi bersama memanfaatkan momentum ini untuk mewujudkan Indonesia maju.
Sejarah perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan  mengajarkan nilai-nilai ketahanan, keberanian dan semangat melawan penindasan. Edukasi bagi generasi penerus bangsa penting untuk menghargai jasa para pahlawan dan mengisi kemerdekaan yang telah mereka perjuangkan dengan baik.
Ada banyak destinasi wisata sejarah yang menceriterakan perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme. Mengunjungi tempat bersejarah bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan dan referensi visual.
Ambarawa merupakan kota kecamatan di Kabupaten Semarang yang masih menyimpan jejak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kota kecil ini juga dikenal sebagai Kota Palagan Ambarawa. Merupakan peristiwa bersejarah penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.Â
Selain Benteng Pendem dan Museum Kereta Api, Monumen Palagan Ambarawa merupakan salah satu situs sejarah di kota kecamatan ini yang dahulu pernah menjadi ibukota Kabupaten Semarang.
Monumen Palagan Ambarawa berlokasi di Jl Bawen-Ambarawa. Area parkirnya cukup luas. Di sebelah kiri ketika saya memasuki area parkir merupakan sebuah bangunan yang di dalamnya berfungsi sebagai kantor buat para pegawainya. Ruangan itu juga sebagai pusat informasi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang untuk mempromosikan obyek wisata andalan di kabupaten tersebut.Â
Loket berada di bagian depan terpisah, di kacanya ada tulisan besar berwarna merah:
Tiket Masuk
Biasa Rp. 5.000
Libur Rp. 7.500
Hari dan jam bukanya tidak tertulis. Saya pun menanyakannya pada petugas loket. Dia menjawab Monumen Palagan Ambarawa buka setiap hari mulai pukul 08:00 - 17:00.
Terakhir kali saya mengunjungi monumen ini di tahun 2017. Tak terasa sudah enam tahun yang lalu. Sudah banyak yang berubah. Perubahan yang jauh lebih baik terasa ketika kaki menyusuri area Monumen Palagan Ambarawa. Ada air mancur, shelter berlantai keramik dengan bangku dan meja kayu untuk duduk-duduk pengunjung terlihat artistik. Serta ada juga kantin di area ujung monumen. Playground untuk anak-anak ada sedikit tambahan dan kereta api dan truck kuno yang dipajang pun sudah dicat ulang jadi terlihat bersih.
Menurut cacatan "asosiasimuseumindonesia.org", Museum Isdiman dan Monumen Palagan Ambarawa diresmikan pada tanggal 15 Desember 1974 oleh Presiden kedua Indonesia, Jenderal TNI Soeharto. Monumen ini didirikan untuk mengenang pertempuran antara pasukan  Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melawan Sekutu.
Pertempuran dipimpin langsung oleh Kolonel Sudirman pada 2o November 1945 sampai dengan 15 Desember 1945 dengan menggunakan siasat perang "Supit Urang." Akhirnya tentara sekutu bisa dipukul mundur keluar dari Ambarawa. Namun Letkol Isdiman gugur dalam peristiwa tersebut.
Di dalam Museum Isdiman, ada koleksi berupa pakaian dan senjata yang digunakan dalam pertempuran di Ambarawa, serta lukisan-lukisan, foto para pahlawan dan maket teknik "Supit Urang." Di area Monumen ada pesawat terbang, kereta api, tank, truck dan meriam.
Yang menarik perhatian saya adalah keberadaan Pesawat Mustang P 51 (Cocor Merah). Di bagian depan pesawat ada tertulis informasi. Secara ringkas sebagai berikut:
Pesawat "Cocor Merah" merupakan pesawat pemburu dengan 1 orang awak pesawat buatan pabrik Gavaller Aircraft Corporation, Amerika Serikat. Pada waktu itu pesawat tersebut sangat ditakuti. Mempunyai kecepatan jelajah 753 KM/jam. Dengan membawa persenjataan rocket louncher 8 buah dan bom 2 buah.
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berhasil menembak salah satu dari pesawat "Cocor Merah" tersebut dan jatuh tengelam di Rawa Pening. Dan kemenangan dalam Palagan Ambarawa 15 Desember 1945 setiap tahunnya di peringati oleh TNI-AD sebagai "Hari Juang Kartika."
Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa para pahlawan (Bung Karno). Marilah kita semua saling menjaga persatuan dan kerukunan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H