Satu hal yang menarik yaitu ditampilkannya marching band tradisional asli Salatiga yaitu Drum Bleg. Terbuat dari barang-barang bekas yang berupa ember, jirigen dipadu dengan instrumen bambu yang menghasilkan harmonisasi suara yang unik juga nyaman didengar.
Di tengah-tengah suasana meriahnya Christmas Parade ini, terlihat seorang lelaki dengan perkiraan usia diatas 50 tahun. Dia berjalan sambil menenteng sebuah tas plastis hitam besar di tangan kirinya seperti biasa dipakai untuk tong sampah. Dia nampak sibuk memunguti sampah kecil yang berupa bungkus permen atau sejenisnya yang terlihat di depannya. Sungguh suatu teladan yang baik dan patut ditiru.
Kemeriahan parade menyambut Natal semakin lengkap dengan para Sinterklas yang ikut menyemarakkan kirab budaya tersebut. Saat itu aku melihatnya ada dua. Salah satu dari Sinterklas itu berseru serta melambaikan tangannya kearahku. Hampir aku tak mengenalinya. Ternyata beliau adalah bapak Prasetyawan Koesworo, pendeta kami di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Salatiga Selatan. Beliau selalu setia mendampingi jemaatnya dalam acara Salatiga Christmas Parade 2018.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H