Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gebyar Saparan, Teladan Guyub Rukun dari Kelurahan Tegalrejo, Salatiga

5 November 2018   10:05 Diperbarui: 21 April 2023   15:21 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kirab Saparan di Tegalrejo (DokPri).

Kirab Budaya menampilkan beragam budaya tradisional Indonesia dimulai dari Balai Kelurahan Tegalrejo menuju lapangan Bengkok.  Rute jalan yang dilewati dimulai dari jalan Magersari dan belok kiri ke jalan Jodipati. Mobil Voorrijder dari Polsek Argomulya membuka jalannya parade budaya ini dan kemudian diikuti oleh Pasukan Bendera Merah Putih dari SMA Negeri 2 Salatiga. 

Tak kalah semangatnya, Pasukan Marching Band MTs Negeri Salatiga dengan gagahnya memainkan seperangkat alat perkusi. Sehingga para warga yang sudah dari tadi menunggu sudah terlihat menyiapkan kamera maupun ponselnya untuk mengabadikan momen tahunan tersebut. Sedangkan saya sendiri walaupun bukan warga Kelurahan Tegalrejo tak ingin hanya menyaksikan kirab budaya ini dengan berdiam di satu tempat. Saya pun ikut berjalan disepanjang rute yang dilewati iring-iringan kirab budaya tersebut. Saya bisa melihat antusias warga ternyata cukup besar untuk menyaksikanya. 

Sampai akhirnya rombongan kirab budaya itu memasuki lapangan Bengkok sebagai tujuan akhirnya yang saat saya datang sedang dilangsungkan pertunjukkan Barongsai pimpinan pak Teguh dari Gereja Katolik Kristus Raja. Dan setelah tarian Barongsai selesai dilanjutkan dengan hiburan solo organ dari atas panggung dengan membawakan lagu-lagu khas dangdut dan campursari. 

dok pribadi
dok pribadi
Lapangan Bengkok Sebagai Lokasi Perayaan Saparan

Bapak Sudarso, ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), mengatakan; pemindahan lokasi Saparan dari semula di  halaman Kantor Kelurahan Tegalrejo ke Lapangan Bengkok yang lokasinya berdekatan sempat menjadi polemik. Generasi 'sepuh' sempat menolak karena menurut tradisi itu harus dilaksanakan di Balai Desa seperti tradisi Saparan yang sudah dijalankan para Lurah terdahulu.

Pendapat tersebut pun tentunya punya argumen yang kuat  karena budaya Jawa terkenal sarat dengan makna filosofi yang akan memberikan sesuatu yang baik jika dijalankan. Namun animo masyarakat di Kelurahan Tegalrejo untuk menghadiri undangan Saparan terlihat menurun. 

Setelah ditelusuri apa penyebabnya, mereka bukannya tak tertarik menyaksikan pagelaran budaya tersebut namun lebih karena faktor sungkan. Terkesan ada jurang pemisah. Tamu-tamu undangan berpakaian formal terkesan lebih diperhatikan. Selain itu halaman Kantor Kelurahan Tegalrejo pun tak terlalu luas. Sehingga dengan mempertimbangkan berbagai hal terutama guna tetap melestarikan budaya Saparan/Merti Desa, akhirnya lokasi perayaannya dipindahkan ke Lapangan Bengkok dan ini merupakan yang kedua kalinya di lapangan itu. 

Benar juga setelah pindah ke tempat baru yang lebih luas, animo masyarakat setempat maupun dari desa tetangga seperti saya ini hehehe..untuk datang meningkat. Dipinggiran lapanganpun tersedia aneka jajanan dan minuman sebagai pelepas lapar dan dahaga.

Selamatan Saparan

Selamatan Saparan, bertempat di Gedung Serbaguna Kantor Kelurahan Tegalrejo. Tempat tersebut disore hari biasa dimanfaatkan warga sebagai tempat bermain bulutangkis. Selamatan Saparan merupakan salah satu acara inti Saparan. Ini berupa swadaya warga sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta atas berkat jasmani maupun rohani yang telah mereka terima selama ini. Mereka mempersembahkan tumpeng putih beserta ubo rampenya seperti tempe goreng, telur rebus yang dipotong dua sehingga warna kuning telurnya terlihat cantik serta gudangan. Dan ada juga pisang dan buah-buahan lainnya. Namun yang tak terlupakan adalah ingkung ayam dan jajanan pasar yang semuanya punya makna filosofi tersendiri. 

Acara Selamatan Saparan dihadiri oleh Lurah Tegalrejo yaitu bapak Edhi Suyatno, Ketua LPMK bapak Sudarso, Ketua Panitia Saparan bapak Budi Darmawan, tokoh agama, Bapak RW, Bapak RT dan tokoh masyarakat. Sekitar 19 orang duduk diatas tikar mengelilingi bancakan yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai hidangan yang disediakan dalam selamatan atau kenduri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun