Mohon tunggu...
Aris Hartono
Aris Hartono Mohon Tunggu... -

Penikmat Literasi - Kesejukan rohani seakan tumbuh bersamaan dengan cerita panjang yang disajikan dalam perpaduan kata bak sastra indah pengisi qolbu.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Trisakti untuk Negeri

16 Maret 2016   22:45 Diperbarui: 16 Maret 2016   23:14 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tanggal 17 Agustus 1964 Presiden Soekarno dalam pidatonya untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke 19 Republik Indonesia yang berjudul “Tahun Vivere Pericoloso” atau sering dikenal dengan akronim “Tavip” mengungkapkan tiga paradigma yang akan mampu membangkitkan Indonesia menjadi bangsa yang besar, baik secara politik, budaya maupun ekonomi. Konsep tiga paradigma tersebut dinamakan dengan “Trisakti” atau tiga kekuatan yang berfungsi sebagai kesaktian bangsa.

Tiga paradigma yang dimaksudkan Soekarno adalah berdaulat dalam politik, berdikari dibidang ekonomi, dan bekepribadian dalam kebudayaan. Dalam konteks Trisakti terdapat pesan yang tersirat bahwa Soekarno menginginkan Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang adil dan makmur terhadap masyarakatnya serta bangsa yang mampu tampil dengan kepribadian serta identitasnya sendiri. Tentunya hal tersebut tidak mampu tercapai bila bangsa ini tidak sepenuhnya memahami konsepsi Trisakti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menjadi terbalik ketika Trisakti justru diterapkan oleh Fidel Castro Presiden kuba saat bertemu Adam Malik yang pada waktu itu menjadi Menteri Luar Negeri bahwa dirinya telah mengadopsi ajaran – ajaran dari Soekarno.

Trisakti merupakan nilai – nilai yang terlahir dari bumi pertiwi yang merupakan penjabaran dari Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Pada tahun 2016 ini Trisakti telah menemani kehidupan bangsa Indonesia selama 52 tahun. Selama kurun waktu berpuluh – puluh tahun itu, nilai – nilai Trisakti seakan luntur ditelan zaman. Pemaknaan Trisakti hanya bersifat penghafalan dilingkungan – lingkungan pendidikan tanpa adanya implementasi yang nyata sehingga mudah untuk dilupakan.

Hal tersebut menjadi sangat mengkawatirkan manakala masyarakat Indonesia sendiri tidak mengenal Trisakti sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan bangsa. Masyarakat telah terninabobokan dengan globalisasi sehingga masyarakat menjadi tertidur terhadap perkembangan arus globalisasi yang lambat laun akan masuk ke sendi – sendi kehidupan bangsa Indonesia. Kenapa globalisasi lambat laun akan masuk ke sendi – sendi kehidupan bangsa Indonesia ? begitulah sebuah pertanyaan yang akan menjelaskan apa itu globalisasi.

Menurut wikipedia Indonesia, globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Pada tahun 2000, International Monetary Fund (IMF) mengidentifikasikan empat aspek dasar globalisasi yaitu perdagangan, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, serta pembebasan ilmu pengetahuan. Dari defenisi globalisasi tersebut saat ini Indonesia menjadi bagian dari semakian derasnya arus globalisasi yang menghampiri sehingga mau tidak mau harus diterima. Globalisasi memberikan ruang terbuka bagi siapapun untuk lebih mengenal dunia sehingga nantinya batas antar negara yang sejauh ribuan mil tidak dirasakan lagi. Hal tersebut yang akan menyebabkan semakin cepat masuknya dampak buruk globalisasi bagi bangsa Indonesia.

Globalisasi dan Trisakti adalah dua hal yang berbeda, globalisasi dapat dikatakan sebagai racun yang mempunyai kadar kematian yang tinggi, sehingga lambat laun akan menyebabkan kematian kepada yang terkena racunnya, sebaliknya Trisakti merupakan madu sebagai penawarnya yang didapatkan asli dari bumi pertiwi sehingga Trisakti mampu untuk menjadi penawar bangsa Indonesia saat menghadapi arus globalisasi yang semakin deras ini. Trisakti mempunya tiga kekuatan yang berfungsi sebagai kesaktian bangsa, tiga kekuatan inilah yang harus dimaknai sebagai pegangan serta jalan keuar dalam mengatasi problematika bangsa Indonesia yang semakin hari semakin kompleks.

 

BERDAULAT DALAM POLITIK

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, berdaulat berasal dari kata daulat yang artinya kekuasaan, pemerintahan, sedangkan berdaulat artinya mempunyai kekuasaan tertinggi atas pemerintahan negara, daerah dan sebagainya. Sedangkan menurut teori klasik Aristoteles bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Ditinjau dari dua definisi tersebut, Soekarno menginginkan Indonesia mempunyai kekuasaan sendiri atas bangsanya sendiri. Kekuasaan yang dimaksud yaitu kekuasaan tanpa adanya campur tangan dari negara lain dalam urusan negaranya sendiri. Hubungan dengan negara lain merupakan suatu bentuk globalisasi yang tidak dapat dihindari oleh suatu negara, negara yang tidak mau ikut dalam globalisasi lambat laun akan tertinggal bahkan akan diasingkan didalam dunia internasional. Selama ini Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif tanpa memihak blok timur maupun blok barat sehingga Indonesia berada diporos tengah dalam menjalankan politik luar negerinya. Hal ini dipertegas kembali oleh Presiden Joko Widodo dalam Nawacita yaitu mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

Negera harus memaknai globalisasi sebagai suatu cara untuk mempertegas sikap politik Indonesia didunia internasional serta memperkokoh jati diri bangsa untuk mencapai kemakmuran bersama. Dampak globalisasi yang akan masuk ke Indonesia sudah tidak dapat dihindari kembali, intervensi – intervensi politik dari luar negeri serta lembaga – lembaga internasional merupakan hal yang wajar diera globalisasi ini, hal inilah yang harus dimengerti bahwa intervensi – intervensi politik merupakan suatu penjajahan baru untuk mengontrol negara agar mau ikut dalam peraturan – peraturan yang sangat merugikan. Berdikari dalam bidang politik merupakan suatu formula untuk mengingatkan bangsa ini bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar, bangsa yang mempunyai prinsip – prinsip politik yang kuat dan bangsa yang mempunyai jati diri untuk mencegah dampak – dampak yang ditimbulkan dari globalisasi politik.

 

BERDIKARI DI BIDANG EKONOMI

Pada tahun 1966 dihadapan Sidang Umum IV MPRS, Soekarno menegaskan makna dari Berdikari “...Bahwa berdikari tidak berarti mengurangi, melainkan memperluas kerjasama Internasional, terutama antara semua negara baru merdeka. Yang ditolak berdikari adalah ketergantungan pada imperalis, bukan pada kerja sama yang sama derajat dan saling menguntungkan. Berdikari bukan hanya tujuan, tetapi yang tidak kurang pentingnya harus merupakan prinsip dari cara kita mencapai tujuan itu, prinsip untuk melaksanakan pembangunan degan tidak menyadarkan diri kepada bantuan negara atau bangsa lain. Adalah jelas, bahwa tidak menyandarkan diri tidak berarti bahwa kita tidak mau kerja sama berdasarkan sama derajat dan saling menguntungkan...”. Sedangkan Ekonomi menurut kampus besar bahasa Indonesia adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan); pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga; tata kehidupan perekonomian (suatu negara); 4 cak urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara).

Ekonomi merupakan bidang yang sangat fundamental disuatu negara. Tanpa ekonomi yang kuat negara tidak akan mampu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat. Ekonomi yang mandiri ditopang dengan SDA dan SDM yang berkualitas merupakan kunci utama suatu negara dapat mencapai tingkat ekonomi dengan predikat “Negara Maju”. Globalisasi dan ekonomi merupakan perpaduan yang tidak dapat dipisahkan bahkan secara khusus IMF telah mendefinisikan arti globalisasi dalam bidang ekonomi. Globalisasi ekonomi menuntut adanya pasar bebas (free market) dan pasar global (global market), barang – barang dari luar negeri menjadi bebas masuk karena jarak antar negara bukan lagi menjadi hambatan tetapi jutru menjadi celah  semakin kuatnya perputaran ekonomi dunia. Pesatnya barang impor yang masuk ke suatu negara tanpa terkecuali Indonesia pada tahun 2016 ini menurut Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor Indonesia mencapai US$ 10.45 miliar dollar dengan negara pemasok impor paling tinggi adalah Tiongkok sebesar US$ 2,48 miliar dollar atau (26,86 %).

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan tingkat konsumsi yang tinggi ditambah dengan adanya perdagangan bebas ASEAN – CINA (ACFTA) serta perdagangan antar dengara ASEAN atau MEA. Globalisasi menuntut setiap negara untuk meminimalisir campur tangan dalam perekonomian sehingga globalisasi mengarahkan negara untuk mengembalikan segala mekanisme ke mekanisme pasar dengan kata lain global market atau free market. Negara harus mampu melindungan  melindungi dengan menerapkan ekonomi kerakyatan berbasis mikro dan makro sehingga ekonomi tidak hanya tumbuh di hilir tetapi dapat berkeseimbangan antara hulu dan hilir. Regulasi yang kuat harus dibuat semata – mata hanya untuk kepentingan rakyat sehingga ekonomi dapat tumbuh dan berkembang seperti cita cita Soekarno yaitu “ ... prinsip untuk melaksanakan pembangunan degan tidak menyadarkan diri kepada bantuan negara atau bangsa lain”.

 

BERKEPRIBADIAN DALAM KEBUDAYAAN

Indonesia adalah negeri dengan berbagai macam kebudayaan begitulah penyebutan bagi bangsa yang mempunyai 1340 suku bangsa dan lebih dari 546 bahasa. Tidak heran jika Indonesia disebut sebagai The Best National Custom karena begitu banyak suku bangsa dari berbagai daerah di Indonesia. Berkepribadian dalam kebudayaan begitulah Soekarno menyebutkan dalam Trisakti. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kepribadian sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain, yang diawali dari kata ber yang artinya mempunyai, sehingga arti kata berkepribadian yang dimaksud dalam Trisakti tersebut adalah mempunyai sifat yang berbeda dengan orang lain atau bangsa lain.

Arti kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; Antara keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan menjadi penting bagi suatu negara bahkan di era globalisasi ini. Globalisasi mengakibatkan jarak dan wilayah menjadi tidak ada, sehingga arus kebudayaan yang masuk dapat dirasakan keberadaannya. Hal tersebut ditambah dengan semakin banyaknya imigran – imigran yang mencari suaka atau bahkan menjadi warga negara sehingga akulturasi kebudayaan sudah tidak dapat dicegah lagi tetapi justru menghasilkan budaya baru. Soekarno menegaskan bahwa kebudayaan merupakan sarana untuk membangun bangsa, sehingga budaya bangsa harus dijunjung tinggi dan dijaga keberadaannya. Arus globalisasi yang membawa budaya asing masuk merupakan cara bangsa ini untuk mempertegas budaya sebagai kepribadian untuk menunjukan bahwa negara ini memiliki nilai lihur yang tinggi seperti bermusyawarah, bergotong royong, menghargai sesama, bersatu, dan lain sebagainya.

Hal inilah yang harus dikuatkan bangsa Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi bahwa kebudayaan bangsalah yang akan membawa bangsa ini untuk mencapai kemakmuran. Kepribadian dan kebudayaan merupakan amanah yang harus dijalankan sehingga nilai- nilai luhur budaya bangsa akan menjadi batas – batas serta pengingat bangsa ini dalam menghadapi arus globalisasi.

Anak bangsa dari sudut negeri

Aris Hartono

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun