"Bu, maafin Bagus sudah banyak salah sama ibu."Â
Sesaat kemudian Ia melap air matanya, lalu pergi ke luar rumah sambil menarik tangan Radit. Tidak lupa ia mengambil kunci mobil pada gantungan kunci di samping TV. Segera ia membuka gerbang lebar-lebar, sejenak menatap wajah adiknya yang penuh kebingungan.
"Dit, kamu makan mie tadi?"
Radit menggelengkan kepala, "Ga, kak. Ga bisa kubuka plastiknya."
"Baguslah." Ia memeluk tubuh adiknya, "Dengerin kakak, Dit. Kita bakal pergi ke villa di bogor. Kamu mau, kan?"
Radit mengangguk pelan mengiyakan. "Tapi ibu..."
"Ibu ga bisa ikut kita, Dit." Ujarnya menahan tangis.
"Kenapa, kak?"
Bagus menarik nafas panjang sembari tersenyum lebar, berusaha meyakinkan adiknya kalau semuanya akan baik-baik saja.
 "Ibu lagi sakit. Nanti ibu menyusul kalau sudah baikan. Sekarang bantu kakak buka garasi mobil, ok?"
Keduanya melangkah pada garasi lalu mengangkat pintunya ke atas. Mobil putih keluarga mereka bersarang didalam garasi seolah menunggu untuk dinyalakan. Segera bagus menekan tombol kunci otomatis pada mobil, menghasilkan bunyi siulan meleking yang khas.Â