"Ibu diantar tentara? kenapa bisa?"
"Aku ga tahu, kak. Oh iya, ibu bilang kalau kakak atau ayah pulang, nonton video di dalam laptop itu." Radit menunjuk laptop yang diletakan diatas meja kecil di samping sofa.
Gemuruh lanjutan dari dalam kamar mengagetkan Bagus hingga ia meloncat dari sofa. Perlahan Bagus melangkah menuju pintu kamar orang tuanya.
"Bu.. ibu ga apa-apa?" Ujarnya sembari memegang gagang pintu kamar.Â
Seketika ia mundur seribu langkah saat suara teriakan ibunya menggema dari dalam kamar. Pintu seolah didobrak berkali-kali mengunakan benda keras, atau tubuh manusia yang dipukulkan padanya.
"Kak, ibu kenapa?" Tanya Radit yang ikut bengong menatap pintu. Bocah itu telah mengurungkan niat untuk makan dan berdiri meremas lengan kakaknya.
Segera Bagus mengambil laptop di meja yang kemudian ia hidupkan. Nampak sebuah video rekaman ibunya pada layar depan. Secepat kilat Bagus memutar video itu.Â
"Mas Gatot, Bagus. Siapapun yang melihat video ini, bawa Radit dan segera pergi dari kota ini." Ujar bu Ratna dari dalam rekaman itu. Ia duduk di kasur kamar, air mata membasahi kelopaknya.
"Pagi tadi ibu dijemput oleh tentara dan di bawa pergi ke rumah sakit. Mereka butuh bantuan ibu untuk melihat mayat seorang perempuan yang meninggal di pabrik gabah Rodasari. Perempuan itu mati ditembak oleh polisi karena dia mencoba menyerang seperti anjing gila.
Setelah ibu melihat mayatnya, ibu kaget karena jamur Cordyceps tumbuh di dalam tubuhnya. Wanita itu digigit oleh orang tidak dikenal yang menularkan jamur ketubuhnya. Bagus, kamu anak yang pintar. Kamu pasti tahu apa maksud dari ini semua. Penularan jamur Cordyceps itu kasus yang baru, bahkan tidak mungkin terjadi. Penyakit ini tidak bisa di sembuhkan.Â
Karena itu ibu menyarankan tentara untuk membom seluruh penjuru kota untuk menghentikan penyebaran. Kalau kalian belum tertular, jangan makan makanan yang terbuat dari tepung. Bawa mobil dan pergi ke villa keluarga kita. Jika bertemu dengan orang yang tertular, jangan sampai digigit. Ka_"
Tubuh bu Ratna seketika gemetaran seperti tak terkontrol. Airmata tak mampu lagi dibendung dan mengalir deras membasahi pipinya.
"Mas Gatot, terimakasih untuk waktu kita selama ini. Apapun yang terjadi, jangan buka pintu kamar. Ibu sudah tidak ada lagi. Selamat tinggal mas. Anak-anak, ibu sayang kalian." bu Ratna mematikan rekaman sambil terisak-isak.
"Kak, kenapa ibu bilang begitu?" Tanya Radit menggoyangkan tangan kakaknya.
Bagus melotot tak kuasa mencerna semua informasi itu. Sebagai mahasiswa ilmu Mikologi, semua yang dikatakan ibunya terdengar tidak masuk akal. Cordyceps tumbuh didalam tubuh manusia? jangan bercanda. Itu tidak mungkin.
Tapi ibunya tidak pernah mengarang, apalagi tentang bidang yang ia tekuni. Ia meremas kepalanya tak mampu mengambil keputusan. Suara benturan yang masih saja terdengar dari dalam kamar membuat Bagus menjatuhkan air mata.
Ia meletakan telapak tangan pada pintu, menangis terisak didepan kamar ibunya.