Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Eyes, Nose, Lips

23 Juli 2022   17:48 Diperbarui: 23 Juli 2022   20:35 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan itu berlanjut hingga mereka beranjak SMA. Banyak laki-laki yang menginginkan Sintya, sebab gadis itu telah meninggalkan tubuh kurus nan canggung kanak-kanaknya, tergantikan oleh keanggunan seorang gadis remaja. 

Ben juga salah satu dari mereka. Sahabat sebangkunya itu bahkan terang-terangan meminta Arya mengenalkan dirinya pada Sintya. Tak rela kehilangan pujaan hati, Arya meneguhkan diri dan mengungkapkan rasa di dada.

"Kenapa lama sekali? Aku sudah menunggu tiga tahun" Jawaban Sintya ketika mendengar kata-kata cinta dari mulut Arya.

Kini mereka akan melangkah bersama menapaki kehidupan setelah 12 tahun berdampingan. Sungguh ia tidak menyangka, bahkan ketika ia nyaris kehilangan Sintya setahun yang lalu karena pekerjaan, merengut waktu mereka menjalin asmara. 

Semua itu telah berlalu. Mereka berhasil mengarungi rintangan hingga tiba di pelaminan, merajut mimpi pada detik ini.

Arya berdiri tegap di altar gereja, menunggu sang kekasih datang bergabung mengikrarkan janji. Ia menoreh pada Ben yang berdiri disampingnya, tersenyum sembari mengangkat jempol. 

Sesaat kemudian melodi piano berkumandang menggema pada dinding gereja. Para tamu berdiri bersiap menyambut kedatangan pengantin wanita. 

Ayah dan ibu Arya tersenyum bahagia meski air mata jatuh membasahi pipi mereka. Dua anak kecil melemparkan kelopak mawar merah muda dari keranjang yang jatuh lembut menjamah karpet merah. 

Dua ekor serigala bertubuh manusia membuka peti, dan seketika puluhan merpati terbang menari-nari diudara. Sayapnya berkilatan membiaskan cahaya surya, me_ tunggu dulu, apa ini?

"Gimana?" Ben kembali mengagetkan Arya, "Susah mencari merpati dikota ini. Bagus ga?" lanjutnya.

"Norak lu..." Ujar Arya cengengesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun