Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku Mistborn: The Final Empire, Novel Fantasi Tanpa Cela

9 Juni 2022   15:19 Diperbarui: 12 Juni 2022   11:19 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"There's always another secret" -Kelsier

Brandon Sanderson bukanlah nama yang asing bagi penggemar fantasi modern. Karya-karya seperti The Stormlight Archives, Skyward Series, hingga buku-buku lanjutan dari karya apik Robert Jordan, The Wheels of Time telah membuat nama penulis asal Amerika Serikat tersebut bersinar di kalangan pecinta sihir dan petualangan. 

Sanderson memiliki sensifitas yang menonjol dalam menulis buku-buku bergenre fantasi sehingga karya-karyanya selalu dapat membuat penggemar tenggelam di dalam dunia ciptaanya.  

Bagi saya, dirinya berhasil memberikan udara baru bagi genre yang sering dianggap telah mati. Dengan demikan, saya ingin membahas sebuah buku yang memperkenalkan saya pada Sanderson yaitu The Final Empire, buku pertama dari Mistborn Series, salah satu serial dari Cosmere Universe. (I know it's complicated)

Buku yang dipublikasikan pada tahun 2006 tersebut bercerita tentang Vin, gadis pencuri berumur 16 tahun di jalanan Luthadel, ibukota Kekaisaran Terakhir, negeri yang selalu terselubung kabut tebal.  

Cerita berputar mengenai kehidupannya hingga ia mengetahui bahwa dirinya seorang Mistborn, orang yang dapat menkonsumsi beberapa jenis metal dan memperoleh kekuatan sihir.

Kekaisaran terakhir dipimpin oleh Lord Ruler, seorang penguasa abadi yang telah berkuasa selama ribuan tahun. Ia membagi masyarakat Kekaisaran Terakhir menjadi dua kelompok utama yaitu Skaa (kelompok budak rendahan) serta Royalty (kelompok bangsawan) yang ia perintahkan untuk memimpin para Skaa.

 Vin yang seorang Skaa hidup dalam kesengsaraan. Ia menemukan harapan saat bertemu dengan Kelsier, seorang pemimpin kelompok pencuri legendaris. Kelsier membawanya dan mengajari gadis itu segala hal yang ia ketahui tentang menjadi seorang Misborn, sebab pria itu juga memiliki kemampuan yang sama.

Kelsier yang menyimpan dendam dengan Lord Ruler mengumpulkan kembali kelompok pencurinya dengan satu misi baru, menjatuhkan Kekaisaran Terakhir. Sebuah misi yang akan mengubah sejarah Kekaisaran Terakhir untuk selamanya.

Secara sepintas, alur cerita ini terkesan tidak begitu spesial karena memang telah sering diekplorasi dalam film-film bergenre heist seperti Heat, Ocean’s 11, Snatch dan lainnya.

Sanderson sendiri juga mengatakan bahwa serial Mistborn terispirasi dari kesenangannya menonton film-film perampokan tersebut hingga menyebutnya sebagai “Heist dengan kemampuan sihir.”

Namun bukanlah Brandon Sanderson jika ia tidak memasukan gaya narasi yang penuh dengan konflik berlapis, ketegangan disetiap sudut bab, serta karakterisasi yang kompleks. 

Perdebatan antara Kelsier yang keras kepala dengan rekan-rekannya yang enggan untuk menjalankan misi bunuh diri tersebut memiliki ketertarikan tersendiri.

Tidak seperti kebanyakan cerita yang berfokus pada tokoh utama, variasi keahlian yang dimiliki oleh karakter pendukung turut menciptakan dinamika yang unik, sebab setiap orang mempunyai peran penting dalam rencana tersebut. Oleh karena itu, kelompoknya selalu dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka untuk bekerja sama, meskipun diwarnai oleh perbedaan pendapat. 

Selain itu, hubungan mentor dan anak didik diantara Kelsier dan Vin terkesan alamiah dan tidak dipaksakan.  Saya merasa dilemparkan ditengah dialog antara dua pribadi yang bertolak belakang, namun mencoba untuk saling mengerti satu sama lain. 

Secara tidak sadar, hubungan tersebut berujung pada perkembangan karakter yang saling mempengaruhi diantara keduanya. Konflik serta keterikatan antar karakter sarat akan aspek manusiawi yang bersahaja, hal yang jarang saya temui pada buku-buku fantasi modern.

“The Final Empire” dibumbuhi plot yang dapat membuat pembaca bertanya-tanya tentang rahasia yang terselubung dibalik perjuangan Vin, Kelsier dan kelompok pencurinya. 

Bagaimana Lord Ruler memperoleh keabadian, darimana asal usul kabut yang menyelimuti dunia, serta hubungan dewa-dewa Cosmere (alam semesta yang berisi serial-serial ciptaan Brandon Sanderson, mirip dengan Marvel Cinematic Universe) dengan cerita tersebut akan membuat teman-teman terus ditarik kedalam dunia fantasi yang tiada duanya.

Magic system dalam buku ini juga menjadi alasan yang menarik bagi saya. Bagi pembaca yang belum tahu, magic system adalah serangkaian aturan yang dibuat untuk mendefinisikan bagaimana sihir bekerja dalam suatu cerita fantasi. Brandon Sanderson ialah orang yang mencetuskan istilah tersebut melalui teorinya, Sanderson’s laws of magic.

 Penggemar fantasi mungkin telah dimanjakan oleh magic system yang terselubung dalam misteri dan tidak perlu diberi penjelasan. Serial-serial kondang seperti Lord of The Rings, Harry Potter hingga Game of Thrones tidak memiliki aturan baku dalam penggunaan sihir. 

Gandalf yang menjelma menjadi penyihir putih, John Snow yang dihidupkan kembali, atau kekuatan “cinta” sang ibu yang menyelamatkan Harry dari Voldemort dapat diterima begitu saja tanpa penjelasan yang berbelit-belit.

Toh buat apa juga? Kan cuman cerita itu, ris

Sanderson punya filosofi yang berbeda. Cerita yang baik merupakan penggabungan dari alur, karakter, serta seting yang kemudian diikat dengan konflik. Dengan memberikan penjabaran pada magic sistem sebagai bagian dari seting, setiap aspek dalam cerita akan turut dipengaruhi perkembangannya.

 Allomancy, Feruchemy dan Hemalurgy (magic system dalam buku ini) tidak hanya menjadi penghias karena buku fantasi harus memiliki sihir, melainkan salah satu penggerak krusial cerita. 

Ketiganya terikat pada sejarah berdirinya kekaisaran, pada agama dan mitologi yang berkembang, tatanan sosial masyarakat, serta struktur kekuatan diantara para bangsawan dan Skaa. 

Hal itu tentu saja menambah warna dari konflik di dalam cerita. Sinergi world building yang efektif tersebut membuat buku ini pantas disandingkan dengan karya apik J.R.R Tolkien, Lord of The Rings sebagai salah satu “kitab suci” bagi para penulis fiksi.

Satu hal lain yang membuat saya menyukai buku ini adalah dinamika politik didalamnya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, masyarakat Kekaisaran Terakhir terbagi menjadi dua kelompok yaitu kaum Skaa dan Royalty

Saya rasa sangat mudah bagi pembaca untuk menemukan kesamaan dari struktur tersebut dengan pembagian kelas menurut teori marksisme klasik. Secara sederhana, teori tersebut membagi suatu kelompok masyarakat kedalam dua kategori sosial-ekonomi yaitu kaum buruh (pekerja dan petani) serta kaum burjois (pemilik tanah, bangsawan serta pemerintah.)

Meski tidak dapat saya katakan bahwa hal tersebut adalah tujuan dari penulis, cerminan marksisme dalam buku ini tidak bisa saya hiraukan. Perjuangan Vin, Kelsier dan rekan-rekannya untuk dapat lepas dari kuasa para bangsawan sangat merefleksikan perjuangan kelas dalam teori marksisme demi mencapai kesetaraan sosial.

 Namun tentu saja akan berbeda jika puncak hirarki kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kekuatan luar biasa hingga mampu hidup selama ribuan tahun. Lord Ruler bahkan dianggap sebagai tuhan oleh setiap warganya, baik itu skaa maupun bangsawan. Ia adalah Kekaisaran itu sendiri.

Jika demikian, bisakah misi Kelsier dan rekan-rekannya dikatakan sebagai perjuangan kaum buruh, dan bukan penghapusan total terhadap intisari dari Kekaisaran Terakhir? Sanderson memiliki cara yang kompleks dan mendalam untuk menelusuri pertanyaan tersebut, baik dalam buku ini maupun lanjutannya.

Masih banyak hal yang tidak sempat saya jabarkan mengenai “The Final Empire,” buku yang saya anggap sebagai “fantasi tanpa cela.” Saya harap review singkat ini dapat membantu teman-teman merambah masuk ke dalam Cosmere, dunia penuh keajaiban yang saya ikuti selama 2 tahun terakhir. Siapa tahu, teman-teman akan menemukan hal baru yang mungkin tidak pernah saya bayangkan. Oleh karena itu, saya sangat merekomendasikan “The Final Empire” dan Misborn Series bagi semua orang, baik pembaca maupun penulis fiksi.

Terimakasih sudah membaca, salam literasi :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun