Namun bukanlah Brandon Sanderson jika ia tidak memasukan gaya narasi yang penuh dengan konflik berlapis, ketegangan disetiap sudut bab, serta karakterisasi yang kompleks.
Perdebatan antara Kelsier yang keras kepala dengan rekan-rekannya yang enggan untuk menjalankan misi bunuh diri tersebut memiliki ketertarikan tersendiri.
Tidak seperti kebanyakan cerita yang berfokus pada tokoh utama, variasi keahlian yang dimiliki oleh karakter pendukung turut menciptakan dinamika yang unik, sebab setiap orang mempunyai peran penting dalam rencana tersebut. Oleh karena itu, kelompoknya selalu dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka untuk bekerja sama, meskipun diwarnai oleh perbedaan pendapat.
Selain itu, hubungan mentor dan anak didik diantara Kelsier dan Vin terkesan alamiah dan tidak dipaksakan. Saya merasa dilemparkan ditengah dialog antara dua pribadi yang bertolak belakang, namun mencoba untuk saling mengerti satu sama lain.
Secara tidak sadar, hubungan tersebut berujung pada perkembangan karakter yang saling mempengaruhi diantara keduanya. Konflik serta keterikatan antar karakter sarat akan aspek manusiawi yang bersahaja, hal yang jarang saya temui pada buku-buku fantasi modern.
“The Final Empire” dibumbuhi plot yang dapat membuat pembaca bertanya-tanya tentang rahasia yang terselubung dibalik perjuangan Vin, Kelsier dan kelompok pencurinya.
Bagaimana Lord Ruler memperoleh keabadian, darimana asal usul kabut yang menyelimuti dunia, serta hubungan dewa-dewa Cosmere (alam semesta yang berisi serial-serial ciptaan Brandon Sanderson, mirip dengan Marvel Cinematic Universe) dengan cerita tersebut akan membuat teman-teman terus ditarik kedalam dunia fantasi yang tiada duanya.
Magic system dalam buku ini juga menjadi alasan yang menarik bagi saya. Bagi pembaca yang belum tahu, magic system adalah serangkaian aturan yang dibuat untuk mendefinisikan bagaimana sihir bekerja dalam suatu cerita fantasi. Brandon Sanderson ialah orang yang mencetuskan istilah tersebut melalui teorinya, Sanderson’s laws of magic.
Penggemar fantasi mungkin telah dimanjakan oleh magic system yang terselubung dalam misteri dan tidak perlu diberi penjelasan. Serial-serial kondang seperti Lord of The Rings, Harry Potter hingga Game of Thrones tidak memiliki aturan baku dalam penggunaan sihir.
Gandalf yang menjelma menjadi penyihir putih, John Snow yang dihidupkan kembali, atau kekuatan “cinta” sang ibu yang menyelamatkan Harry dari Voldemort dapat diterima begitu saja tanpa penjelasan yang berbelit-belit.
Toh buat apa juga? Kan cuman cerita itu, ris