Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Fantasi: Anjing Liar Part 2

5 Juni 2022   07:30 Diperbarui: 5 Juni 2022   07:40 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku bukan penyair. Aku hanya seorang petani yang bisa menulis." Jawab Ouhm tersenyum.

"Begitu juga dengan Radhit serta Mola. Tetap syair yang mereka ciptakan sangat melegenda. Saat di ibukota, aku menjadi pendongeng jalanan untuk mencari uang. Kalau tidak keberatan bolehkah aku membaca tulisanmu ini?" ujar si pengembara sembari menatap kertas yang ditindih arang di sampingnya.

"Silahkan saja, tapi aku tidak menjamin kalau kau akan menyukainya."

Haka melekatkan pandangan pada setiap penggalan syair. Matanya tak berkedip, hingga beberapa saat kemudian bibirnya menyimpul.

"Tuan Ouhm memiliki gaya tulis yang unik, meskipun agak sedikit kaku dan kuno. Mengingatkanku akan karya-karya dari Ghilan yang usianya sudah ratusan tahun. Sudut pandang yang tuan pilih juga menarik. Jika Ghilan berfokus pada ratapan manusia akan ketidakberdayaan kita didepan alam semesta, tuan justru menganggapnya sebagai berkah. Ketakutan akan masa depan hanya akan membuat manusia tak bersyukur dan menikmati masa sekarang."

"Intuisimu cukup bagus. Tidak kusangka kau mengenal karya-karya Ghilan. Ku kira anak muda sekarang tak lagi menghargai puisi dan hanya berfikir untuk menjadi prajurit serta mencari uang."

"Dunia mungkin telah berubah, tuan. Namun dengan tulisan, sejarah akan tetap hidup dan kehidupan tetap terpatrih pada lembaran bertinta hitam, hilang saat tak ada yang menorehkannya lagi."

Ouhm tertawa lepas mendengar Haka mengutip syair dari Farik si buta. Sungguh anak muda yang menarik. Hal itu membuat dirinya sungkan untuk membunuhnya ketika ia menghentikan semua basa basi ini. Untuk sekarang ia akan mengikuti permainan bocah yang tersenyum hangat sambil menyeruput teh disampingnya.

Bersambung....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun