Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Studi Karakter: Eren Yeager, Kebebasan atau Kegilaan?

30 Mei 2022   14:31 Diperbarui: 13 Juni 2022   12:52 12499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: dailysia.com

Apa harga dari kebebasan? Adakah batas sampai sejauh mana upaya yang dilakukan demi menjamin kebebasan? Beberapa dari teman-teman mungkin tidak tahu jawaban atas pertanyaan tersebut, sementara yang lain akan menjawab bahwa harga dari kebebasan adalah segalanya. 

Apapun harus kita korbankan demi mencapai sebuah masyarakat yang terbebas dari ancaman atas keberadaannya, bahkan jika itu berarti merengut kebebasan orang lain. 

Jika demikian, apakah mereka yang rela membayar lunas dan menanggung penderitaan tersebut patut diagungkan sebagai pejuang kebebasan, ataukah orang yang haus akan kekuasaan dan terkubur moralnya oleh idealisme semu?

Saya rasa tidak ada karakter fiksi yang dapat membantu kita untuk menjawab pertanyaan diatas sebaik Eren Yeager, tokoh utama dari serian manga dan anime populer, Attack on Titan. 

Sebagai salah satu anime yang sarat akan pergolakan politik, Attack on Titan memberikan sebuah gambaran sederhana tentang perjuangan sebuah kelompok etnis mempertahankan eksistensinya dimuka bumi. 

Eren Yeager sebagai bagian dari masyarakat tersebut merupakan kulminasi ekstrim akan cita-cita masyarakat Eldia untuk terbebas dari monster raksasa Titan serta negara-negara lain yang menginginkan kehancuran mereka. 

Beban moral tersebut membuat dirinya menghilangkan kemanusiaannya dan menyusun rencana untuk melakukan pemusnahan masal terhadap masyarakat dunia melalui "The Rumbling", demi menyelamatkan teman-teman serta negaranya. 

Hal tersebut mengingatkan saya akan "perjuangan" seorang pelukis muda dari Austria yang merasa dirinya menanggung beban moral yang sama hingga berujung pada salah satu perang terbesar dalam sejarah. 

Perlu saya tekankan, tulisan ini tidak bertujuan untuk men-cocoklogi karakter Eren Yeager dengan Adolf Hitler. Meskipun melakukan kejahatan yang sama yaitu genosida, keduanya memiliki motivasi yang berbeda yang akan kita bahas melalui penjabaran latar belakang Eren secara singkat, bagaimana isolasi politik yang dialami oleh kelompok masyarakatnya serta keberadaan titan menjadi faktor krusial akan terlaksananya "The Rumbling." 

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan tentang apakah pembunuhan masal yang dilakukan oleh Eren Yeager dapat dijustifikasi demi menjamin kebebasan masyarakatnya ataukah sebuah kesalahan fatal seorang bocah yang dibutakan oleh penderitaan dunia.

Oleh karena itu, sekali lagi silahkan teman-teman menyiapkan kopi dan snack, nyalakan rokok (biar seblew) dan mari menyelam kedalam tulisan singkat saya tentang sang iblis dari pulau Paradise, Eren Yeager.

Eren lahir dan tinggal di Distrik Shiganshina bersama orang tuanya sampai Tembok Maria, dinding pemisah antara manusia dan Titan dijatuhkan.  

Pada peristiwa tersebut, dirinya menyaksikan sang ibu dimakan oleh Titan yang berujung pada kebencian luar biasa bocah tersebut terhadap para Titan, hingga dia bersumpah untuk menghapus mereka semua dari muka bumi. 

Segera setelah itu, ayahnya, Grisha Yeager, mencarinya dan memberinya kunci ruang bawah tanah rumah mereka, menginstruksikan Eren untuk membuka tempat itu dengan segala cara dan merebut kembali Tembok Maria. Dia kemudian menyuntikkan Eren dengan serum Titan.
Pada tahun 847, Eren, Mikasa Ackerman, dan Armin Arlert bergabung dengan Survey Corps ke-104. Ketiganya lulus dengan Eren menjadi peringkat 5 terbaik, dan mereka bergabung dengan Survey Corps setelah pertempuran di Distrik Trost. 

Setelah menemukan ruang bawah tanah dan membuka ingatan ayahnya, Eren belajar tentang kebenaran tentang apa itu Titan serta sejarah Eldia dan Marley. Eren kemudian bersumpah untuk membebaskan rumahnya dari musuh sejati mereka: seluruh umat manusia yang hidup di seberang lautan.

Eren digambarkan sebagai karakter yang keras kepala, berkemauan keras dan impulsif, yang merupakan atribut dari tekad kuatnya untuk melindungi umat manusia dan tebebas dari tembok tempat tinggalnya. Bahkan saat dia kecil, dia sangat ingin bergabung dengan Survey Corps dan menyebut orang-orang di desa sebagai mahluk "bodoh" dan membandingkan mereka dengan hewan ternak yang mencintai kurungan tempat mereka tinggal.

Keinginan untuk bebas tersebut merupakan intisari dari karakter Eren Yeager yang dapat direfleksikan melalui pemikiran Plato dalam "Perumpamaan Gua". 

Secara sederhana, perumpamaan tersebut menganggap manusia sebagai tahanan yang dirantai di dalam gua dan hanya melihat dunia melalui bayangan dari pantulan cahaya api di dinding gua. Dengan demikian jikalau ada suara yang muncul manusia akan menganggap bahwa sumbernya datang dari bayangan yang ia lihat. 

Bayangan tersebut menjadi satu-satunya kebenaran sebab manusia tidak pernah melihat kebenaran lain dibelakangnya. Menurut Plato, hanya beberapa orang yang akan terlepas dari belenggu tersebut dan melihat dunia sesuai dengan kebenarannya.

Setelah Armin menunjukan kepadanya sebuah buku yang menggambarkan keajaiban dunia luar, Eren menjadi salah satu bagian dari manusia yang digambarkan oleh Plato. Ia secara harafiah menginginkan kebenaran akan dunia luar sehingga obsesi untuk menjadi anggota Survey Corps menguasai kepalanya. 

Menurut Plato, setelah berhasil keluar dari gua, matahari akan membakar matanya, cahaya hanya akan membutakan dia dan manusia itu akan merasakan penderitaan yang membuatnya ingin kembali kedalam kegelapan gua. Hal tersebut terlihat ketika Eren menjadi bagian dari Survey Corps dan menyaksikan rekan-rekannya terbunuh hingga saling membunuh.

 Lembaran rahasia mengenai kebenaran yang semakin lama semakin jelas membuat dirinya merasa terlalu lemah untuk menanggung konsekuensi dari kekuatan titan yang ia miliki. Eren bahkan meminta Historia untuk memakan tubuhnya agar kekuatan serta tanggung jawab tersebut dicabut dari dirinya. 

Meskipun Eren selalu berbicara tentang membasmi titan dengan penuh keyakinan, semua itu tersebulung oleh kecemasan yang mendalam. Ia sering menyalahkan dirinya sendiri akan setiap tindakan yang ia ambil serta gagal diambil sebagai sebab dari nasib buruk yang menimpa teman-temannya. 

Hal tersebut semakin parah ketika ia mencium tangan historia dan masa depan ditunjukan padanya. Kehancuran total adalah apa yang ia lihat dari masa depan bangsa Eldia.

Pada tahap terakhir perumpamaan gua, manusia yang telah beradaptasi dengan cahaya matahari akhirnya mampu melihat dunia seutuhnya. Ia mengetahui bahwa bayangan bukanlah sumber dari suara yang ia dengar. Rerumputan hijau, binatang hutan serta pepohonan tinggi menjadi hal yang familiar dimatanya. Namun apa yang harus ia lakukan terhadap kebenaran tersebut? 

Manusia tersebut akan kembali kedalam gua lalu memberitahu teman-temannya untuk keluar bersama dengan dia. Ketika ia masuk kembali, matanya yang telah terbuka oleh cahaya matahari tidak mampu beradaptasi dengan kegelapan gua. Bagi penghuni gua, kebutaan tersebut menjadi alasan bahwa mereka tidak boleh meninggalkan gua dan bila perlu, menghabisi siapa saja yang mencoba menarik mereka dari dalam gua.

Eren yang dihadapkan pada kebenaran mutlak akan nasib teman-teman serta bangsanya, merasa sendirian akan keputusan yang harus ia ambil. Ia memiliki kecenderungan untuk melihat dunia secara hitam-putih, dimana individu yang menyangkal kebebasan orang lain hanyalah sampah tidak berguna yang tidak layak dibiarkan hidup. 

Eren memiliki sedikit sekali rasa empati dan mengilhami segala sesuatu secara sepihak, mengevaluasi situasi serta ide berdasarkan perspektif pribadinya sendiri tanpa berfikir lebih dalam mengenai orang lain yang tidak sejalan dengan dirinya. Pandangan Us vs Them tersebut mempersempit opsi lain yang dapat digunakan untuk mencapai perdamaian tanpa pembasmian masyarakat dunia. 

Eren juga mempercayai bahwa tujuan yang benar membutuhkan cara yang terkadang tidak etis. Ia siap dan bersedia melakukan metode tersebut ketika dirinya menyatakan perang dengan negara Marley. Ia memanfaatkan kepercayaan Falco, bocah berumur 12 tahun yang berakibat pada kematian banyak sekali warga sipil (serta anak-anak) dalam penyerangan mendadak terhadap Willy Tybur.

Bagi teman-teman yang telah membaca tulisan saya sebelumnya mengenai Uchiha Itachi (Baca di sini), pasti sudah mengetahui pendapat saya bahwa tujuan tidak dapat menjustifikasi metode yang digunakan. Eren Yeager tidak berhak atas nyawa orang lain. Kebebasan bangsanya tidak menjadi alasan untuk menjalankan genosida keji yang ia lakukan melalui "The Rumbling". Pendapat tersebut sepertinya juga ditunjukan oleh sang penulis Attack on Titan sendiri, Hajime Isayama.

Ketika Mikasa membunuh Eren dan menghentikan "The Rumbling", penduduk dunia yang tersisa melakukan persiapan untuk melakukan serangan balik terhadap pulau Paradis dalam upaya balas dendam. 

Rencana Eren untuk membuat Armin, Mikasa serta teman-temannya sebagai pahlawan dunia juga tidak membuahkan hasil. Pada Chapter terakhir Attack on Titan, terdapat panel tambahan yang sengaja Isayama tambahkan karena ketidakpuasannya terhadap akhir cerita. 

Ketika Mikasa yang telah menua mengunjungi makam kekasihnya ratusan pesawat tempur terlihat membombardir pulau Paradis dan kehancuran yang selalu ingin Eren cegah justru terlaksana sebab dendam penduduk dunia yang tersisa tidak dapat sirna dengan mudah. Pengorbanan Eren mencapai kebebasan bagi bangsa Eldia menjadi sia-sia sebab kebencian tidak dapat dimusnahkan dengan kebencian pula.

Eren Yeager bukanlah karakter yang menginginkan kekuasaan serta pengaruh seperti Adolf Hitler. Sehingga tidaklah adil jika kita menyamakan genosida yang ia lakukan sama dengan genosida atas kaum Yahudi dan komunis yang dijalankan oleh pemerintahan Nazi. 

Terbutakan oleh cahaya dari masa depan, Eren menganggap bahwa dengan membunuh masyarakat dunia dan menghilangkan kemampuan mereka untuk menjalankan perang merupakan satu-satunya cara untuk mencapai kebebasan bagi bangsa Eldia.

 Secara sederhana, cara tersebut memanglah terkesan efektif. Namun tidak semua orang dapat ia tarik untuk keluar dari dalam gua dan melihat dunia dari sudut pandangnya. 

Ketika ia berhasil menunjukan bahwa keberadaan bangsa eldia adalah ancaman melalui "the Rumbling", masyarakat dunia tidak punya pilihan lain selain menghabisi kaum Eldia, seperti Eren menghabisi keluarga mereka.

Sumber:

https://en.wikipedia.org/wiki/Allegory_of_the_cave

https://attackontitan.fandom.com/wiki/Eren_Yeager#Personality

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun